Masalah Sampah Plastik di Bumi dan Cara Penanggulangannya saat Pandemik

Rabu, 01 Juli 2020 - 16:05 WIB
loading...
Masalah Sampah Plastik di Bumi dan Cara Penanggulangannya saat Pandemik
Penggunaan ulang plastik di masa pandemik saat ini menjadi kekhawatiran besar. Sebab, jika hanya sekali pakai saja, sampah plastik bisa menggunung di banyak negara di dunia.
A A A
JAKARTA - Sampah plastik masih menjadi ancaman global yang menjadi konsentrasi banyak negara. Jika didiamkan saja, plastik merupakan material yang membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk terurai, sehingga penumpukan sampahnya tidak terelakkan. Ahli Sebut Virus Corona Bisa Bertahan 20 Tahun dalam Minus 20 Derajat

Berdasarkan laporan United Nations Environment Programme (UNEP) tentang plastik sekali pakai, lebih dari 400 juta ton plastik diproduksi pada 2015. BACA JUGA - Lawan Brompton, KTM dan Harley-Davidson Produksi Sepeda Gaya-Gayaan

Sementara itu, mengutip dari BBC, jumlah sampah plastik yang ada di dunia saat ini setidaknya sudah mencapai angka 300 juta ton dalam setahun. Artinya, jika dipadatkan, jumlah tersebut akan sama dengan 10 kali keliling bumi.

Lebih dari 60 negara mengambil langkah praktis dengan melakukan pembatasan penggunaan sampah plastik. Padahal, plastik sebenarnya bukan masalah utama, tetapi penggunaannya yang cenderung menjadi masalah.

Laporan asosiasi manufaktur plastik, PlasticsEurope menyebutkan, saat menjadi sampah, plastik punya tiga alternatif konversi, yakni bisa menjadi sumber energi, bisa menjadi campuran bahan baku kimiawi ataupun bahan baku untuk pengolahan mekanis.

Negara-negara di Eropa juga mulai menerapkan skema reproduksi serupa dari sampah plastik. Masih berdasarkan laporan PlasticsEurope tahun lalu, dari total 27,1 juta ton sampah plastik yang dikumpulkan di Benua Biru sepanjang 2016, sebesar 31,1% didaur ulang dan 41,6% diolah menjadi energi.

Upaya ini relatif berhasil. Sebab, membuat hanya sekitar 27,3% sampah plastik yang ditumpuk di tempat pembuangan akhir yang ada di Eropa.

Sementara di Tanah Air, pemerintah menargetkan untuk mengurangi sampah plastik di lautan sebesar 70% pada tahun 2025, dan mewujudkan Indonesia bebas sampah plastik pada 2040.

Merespon hal tersebut, mengutip laman Greenpeace, National Plastic Action Partnership (NPAP) Indonesia memuat sejumlah langkah progresif. Antara lain reduksi plastik menjadi prioritas utama.

“Reduksi ini perlu benar-benar diimplementasikan, mengingat regulasi yang mengaturnya belum memaksa produsen kebutuhan sehari-hari (fast moving consumer goods atau FMCG), untuk mengubah kemasannya dengan menghindari plastik sekali pakai,” ujar Muharram Atha Rasyadi, Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1441 seconds (0.1#10.140)