Mengenal G-Force, Tekanan Gravitasi yang Bisa Tentukan Hasil Balap Pembalap F1 dan MotoGP

Kamis, 15 September 2022 - 16:00 WIB
loading...
Mengenal G-Force, Tekanan Gravitasi yang Bisa Tentukan Hasil Balap Pembalap F1 dan MotoGP
Mengenal G-Force membuat para pembalap F1 melakukan latihan kjhusus di bagian leher atau kepala. Foto/IST
A A A
JAKARTA - G-Force merupakan tekanan gravitasi yang dirasakan pembalap F1 dan MotoGP. Mengapa G-Forcer berpengaruh pada hasil balapan?

G-Force atau Gravitational Force merupakan gaya gravitasi atau tekanan yang diterima pada bagian tubuh akibat kekuatan percepatan. Secara sederhana, G-Force adalah tekanan gravitasi yang dialami oleh tubuh manusia akibat kondisi tertentu. Karena manusia hidup di bumi, maka patokan penghitungan G force juga didasarkan pada gravitasi bumi.

Jadi semua orang pasti merasakan G-Force. Hanya saja bagi profesi tertentu tekanan itu jauh lebih besar. Misalnya pilot pesawat terbang dan pembalap.

Bagi pembalap tekanan gravitasi semakin besar saat mereka menaikkan kecepatan, mengurangi kecepatan atau mengerem, serta melewati tikungan dengan kecepatan laju yang tinggi. Saat itu pembalap dan pilot terkena efek G-Force, tubuhnya terutama leher dan kepala akan menerima dorongan yang sangat kuat dan berat, jauh lebih berat berkali-kali lipat dibandingkan bobot tubuhnya sendiri.



Jadi, semakin besar efek G-Force yang diterima maka semakin besar pula dorongannya. Pada saat balapan mobil, misalnya dalam ajang Formula 1, tubuh akan mendapatkan sekitar 2 G saat menaikkan kecepatan, sekitar 5 G saat mengerem, dan sekitar 4-6 G saat melintasi tikungan. Kisaran 1 G setara dengan 1 kali lipat berat badan sang penerima efek G-Force.

Sedikit berbeda saat balapan motor, misalnya dalam ajang MotoGP, tubuh akan mendapatkan sekitar 1,1-1,5 G saat mengurangi kecepatan dan sekitar 1,2 G saat melintasi tikungan. Namun kisaran tersebut akan jauh lebih tinggi saat menabrak, tergantung pada kecepatan kendaraan sebelumnya.

Ketika menerima efek tersebut, sang pembalap harus mengambil tindakan sigap untuk mempertahankan posisi tubuhnya. Sebab jika tidak sigap, jaringan lunak pada tubuh, seperti pembuluh darah, otot, serta organ-organ internal lainnya akan tersumbat, terhambat, terhimpit, serta terhenti kerjanya.

Hal itu menyebabkan cedera, pingsan, mata buram, patah tulang, kerusakan atau gegar otak, bahkan kematian. Terlebih jika efek G-Force diterima dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, pembalap perlu menggunakan perangkat penopang kepala dan leher berupa tali pengikat yang terletak di bahu pengemudi, guna mempertahankan posisi tubuhnya.



Cara pembalap meminimalisir efek G-Force adalah menjalani pelatihan fisik yang intensif, dengan fokus utama pada peningkatan kekuatan bahu dan leher. Biasanya, pembalap berlatih menggunakan helm berbobot besar atau menarik beban menggunakan leher.

Ketika pembalap mampu menahan efek G-Force yang diterima, maka ajang balapan tersebut akan berjalan lancar sebagaimana mestinya. Berbeda jika pembalap tidak mampu menahannya, maka ia akan kehilangan kendali yang menyebabkan kecelakaan, entah menabrak pembatas, mobil lain, atau lainnya. Dengan demikian, efek G-Force sangat mempengaruhi performa pembalap saat mengikuti ajang balapan, seperti Formula 1 dan MotoGP.

Tercatat ada beberapa pembalap Formula 1 yang mendapatkan efek G-Force dengan jumlah besar, yakni Verstappen sebesar 51 G saat menabrak pembatas di sirkuit Silverstone, lalu Haas Romain sebesar 67 G saat menabrak pembatas di sirkuit Formula 1 GP Bahrain.

Serta, Jules Bianchi sebesar 92 G saat menabrak pembatas di sirkuit Formula 1 GP Jepang, dan Kenny Brack sebesar 214 G di sirkuit IndyCar, jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar sepanjang sejarah. Hal serupa terjadi pada pembalap MotoGP, yakni Loris Baz sebesar 30 G di sirkuit Sepang Internasional, Malaysia.

MG/Afridha Khalila
(wsb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1507 seconds (0.1#10.140)