Gantikan Jarum, Ilmuwan Gunakan Nyamuk untuk Suntikkan Vaksin ke Manusia
loading...
A
A
A
LONDON - Para ilmuwan telah berhasil mengubah salah satu serangga paling mematikan menjadi sistem pengiriman vaksin. Menurut laporan baru dari NPR, uji klinis untuk metode vaksinasi unik itu sudah dilangsungkan di Inggris.
Temuan percobaan telah dipublikasikan di Science Translational Medicine. Dalam makalah penelitian dikatakan bahwa para ilmuwan mampu memodifikasi parasit secara genetik untuk memberikan vaksin malaria melalui gigitan nyamuk.
Ini adalah proposisi yang menarik untuk menggunakan nyamuk sebagai alat vaksin. Meskipun kedengarannya sangat licik, namun uji coba yang mengharuskan peserta digigit sebanyak ratusan kali itu menunjukan hasil positif.
Untuk mendapatkan efek yang diinginkan dari nyamuk yang memberikan vaksin, para ilmuwan memuatnya dengan parasit yang dimodifikasi secara genetik yang dikenal sebagai Plasmodium falciparum.
Di masa lalu, para ilmuwan telah mencoba melakukan hal serupa. Namun, ini adalah pertama kalinya CRISPR digunakan untuk mencapainya yang membuat pengiriman vaksin malaria menjadi jauh lebih mudah.
Melansir dari BGR, Senin (3/10/2022), 14 dari 26 peserta uji yang sudah mendaoatkan vaksin masih tertular penyakit tersebut. Artinya, sistem pemberian vaksin nyamuk hanya efektif sekitar 50 persen.
Hasil penelitian ini merupakan sebuah lompatan besar meskipun belum sepenuhnya efektif. Saat ini yang diperlukan adalah evaluasi untuk pengembangan metode yang lebih baik lagi. Kemungkinan akan sempurna dalam beberapa tahun kedepan.
Untuk diketahui, metode vaksinasi mrenggunakan nyamuk tidak dilakukan dengan menyebar nyamuk ke alam bebas. Meskipun peneliti menyebut ini adalah proporsi yang menarik, tetapi akan memerlukan riset yang lebih mendalam.
Dengan cara tersebut perlu persetujuan medis dan bioetika karena mereka tidak dapat mengontrol siapa yang diinokulasi dan terpapar. Maka dsri itu saat ini hanya dilakukan secara terbatas, dengan maksud hanya untuk memberikan vaksin dengan cara yang lebih terkontrol.
Temuan percobaan telah dipublikasikan di Science Translational Medicine. Dalam makalah penelitian dikatakan bahwa para ilmuwan mampu memodifikasi parasit secara genetik untuk memberikan vaksin malaria melalui gigitan nyamuk.
Ini adalah proposisi yang menarik untuk menggunakan nyamuk sebagai alat vaksin. Meskipun kedengarannya sangat licik, namun uji coba yang mengharuskan peserta digigit sebanyak ratusan kali itu menunjukan hasil positif.
Untuk mendapatkan efek yang diinginkan dari nyamuk yang memberikan vaksin, para ilmuwan memuatnya dengan parasit yang dimodifikasi secara genetik yang dikenal sebagai Plasmodium falciparum.
Di masa lalu, para ilmuwan telah mencoba melakukan hal serupa. Namun, ini adalah pertama kalinya CRISPR digunakan untuk mencapainya yang membuat pengiriman vaksin malaria menjadi jauh lebih mudah.
Melansir dari BGR, Senin (3/10/2022), 14 dari 26 peserta uji yang sudah mendaoatkan vaksin masih tertular penyakit tersebut. Artinya, sistem pemberian vaksin nyamuk hanya efektif sekitar 50 persen.
Hasil penelitian ini merupakan sebuah lompatan besar meskipun belum sepenuhnya efektif. Saat ini yang diperlukan adalah evaluasi untuk pengembangan metode yang lebih baik lagi. Kemungkinan akan sempurna dalam beberapa tahun kedepan.
Untuk diketahui, metode vaksinasi mrenggunakan nyamuk tidak dilakukan dengan menyebar nyamuk ke alam bebas. Meskipun peneliti menyebut ini adalah proporsi yang menarik, tetapi akan memerlukan riset yang lebih mendalam.
Dengan cara tersebut perlu persetujuan medis dan bioetika karena mereka tidak dapat mengontrol siapa yang diinokulasi dan terpapar. Maka dsri itu saat ini hanya dilakukan secara terbatas, dengan maksud hanya untuk memberikan vaksin dengan cara yang lebih terkontrol.
(wbs)