Gagak Terbukti Cerdas, Kalahkan Monyet Pahami Pola Rekursif

Kamis, 10 November 2022 - 16:59 WIB
loading...
Gagak Terbukti Cerdas, Kalahkan Monyet Pahami Pola Rekursif
Burung gagak (Corvus corone) terkenal sebagai satwa yang pintar karena mampu dapat menggunakan alat, memahami konsep nol dan mengikuti analogi dasar. Foto/Smithsonian/wildlife
A A A
BERLIN - Burung gagak (Corvus corone) terkenal sebagai satwa yang pintar karena mampu dapat menggunakan alat, memahami konsep nol dan mengikuti analogi dasar. Terbaru ilmuwan Jerman membuktikan kembali kecerdasan burung gagak lebih baik dalam memahami prinsip kognitif kompleks dibandingkan monyet atau anak kecil.

Para peneliti menemukan bahwa gagak dapat membedakan elemen berpasangan yang tersembunyi dalam urutan yang lebih besar, kemampuan kognitif yang dikenal sebagai rekursi. Untuk lebih mudah memahami, coba baca kalimat: "Kucing yang dikejar anjing mengeong."

Meskipun kalimat tersebut diakui sebagai tata Bahasa yang buruk, kebanyakan orang dewasa akan segera memahami bahwa kucing mengeong dan anjing mengejar kucing. Kemampuan untuk memasangkan elemen seperti "kucing" menjadi "mengeong" dan "anjing" untuk "mengejar" dalam sebuah kalimat, dikenal sebagai rekursi.



Kemampuan rekursi pernah dianggap sebagai salah satu sifat unik manusia. Namun, studi baru menunjukkan bahwa burung gagak dapat melakukannya juga. Penelitian terbaru ini dibangun di atas penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya penalaran rekursif pada monyet.

“Salah satu fitur yang paling membedakan dari kognisi komunikatif manusia, ternyata tidak hanya berlaku pada manusia,” kata Diana A Liao, peneliti di University of Tübingen, Jerman, kepada Live Science, Kamis (10/11/2022).

Tata bahasa bukan satu-satunya tempat di mana rekursi terjadi. Telinga kita dapat membedakan frasa musik dalam bagian yang lebih besar, dan pikiran kita dapat mengesampingkan ekspresi matematis yang disematkan di antara tanda kurung.

Memang, sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances menunjukkan bahwa orang dapat mengikuti pola rekursif. Bahkan tanpa latar belakang pendidikan formal dalam membaca dan matematika. Dalam penelitian itu, orang-orang dari suku Amazon yang terisolasi mengidentifikasi pola rekursif seperti halnya orang dewasa yang tinggal di AS.



Primata bukan manusia juga menunjukkan kemampuan untuk memahami rekursi, penelitian yang sama menemukan bahwa monyet rhesus (Macaca mulatta) memiliki kemampuan sedikit lebih rendah daripada balita. Terutama dalam hal membedakan elemen berpasangan, seperti tanda kurung buka dan kurung tutup, dari rawa simbol.

Studi baru, yang diterbitkan 2 November di Science Advances, didasarkan pada tugas penelitian ini untuk memperluas temuan di luar primata. Liao dan rekan peneliti lainnya memulai dengan mengajar dua burung gagak (Corvus corone) untuk mengidentifikasi simbol { }, [ ] dan < >.

Kemudian, menghadiahi burung gagak dengan camilan ketika mematuk dalam urutan rekursif yang tepat, seperti { ( ) } atau ( { } ). Burung gagak membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk belajar mematuk simbol dalam urutan itu.

Setelah itu burung gagak duduk untuk dilakukan pengujian akhir dengan rangkaian simbol serupa yang belum pernah mereka lihat, seperti { } [ ]. Manusia, balita, dan monyet yang menghadapi ujian seperti itu biasanya mengerti bahwa jika { ( ) } benar maka { [ ] } atau [ { } ] juga benar.
Gagak Terbukti Cerdas, Kalahkan Monyet Pahami Pola Rekursif


Adapun gagak, ternyata mampu menunjukkan kemampuan lebih baik dibandingkan anak-anak kecil (prasekolah) pada tes semacam itu dan juga mengungguli monyet. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengidentifikasi urutan rekursif, yang sering dianggap sebagai ciri khas Bahasa manusia, mungkin awalnya berkembang untuk tujuan lain.

“Temuan bahwa hewan non-linguistik, seperti monyet dan gagak, dapat mewakili urutan kompleks ini. Sekaligus menunjukkan bahwa kemampuan ini mungkin telah berevolusi di luar domain bahasa,” kata Stephen Ferrigno asisten profesor di Departemen Psikologi di University of Wisconsin-Madison.

Mungkin juga logika rekursif adalah komponen kunci komunikasi, bahkan untuk burung gagak. “Jika burung gagak penyanyi dapat memahami dan menghasilkan struktur rekursif, mereka juga dapat menggunakannya untuk komunikasi vokal dan mengelola hubungan sosial mereka yang rumit,” tambah Liao.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2025 seconds (0.1#10.140)