Bak Neraka, Io Berlantai Magma dan Punya Ratusan Gunung Berapi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Inilah tempat dengan gunung berapi terbanyak di Tata Surya: Io . Bukan sebuah planet. Melainkan bulan dari planet Jupiter . Dan untuk pertama kalinya, para astronom bisa lebih dekat mempelajari Io.
Penyebabnya, karena pesawat ruang angkasa NASA akan melewati Io dan memberikan sudut pandang lebih dekat terhadap salah satu tempat paling vulkanik di Tata Surya kita itu.
Pesawat luar angkasa NASA, Juno, rencananya memang akan terbang dekat melewati Io. Begitu dekat, hingga mereka bisa mengumpulkan informasi yang cukup banyak dan penting tentang Io. Juno sendiri telah mengorbit di Jupiter sejak Juli 2016.
Io merupakan satu dari 80 bulan di dalam sistem Jupiter. Permukaan Io bertatahkan magma. Permukaannya dipenuhi ratusan gunung berapi.
Para ilmuwan ingin memahami bagaimana letusan ini bisa mengubah magnetosfer Jupiter dan apa pengaruhnya terhadap aurora planet yang hidup.
Selama satu setengah tahun ke depan, pesawat ruang angkasa Juno akan melakukan total sembilan penerbangan melintas Io.
Dua pertemuan jarak dekat akan membawa wahana itu ke jarak 1.500 km dari permukaan Io.
Awal tahun ini, Juno mengabadikan pemandangan dramatis Io dari jarak sekitar 50.000 mil. Permukaan Io yang aktif secara vulkanik, dihiasi dengan ratusan gunung berapi dan dirusak oleh danau lava silikat cair, tampak bersinar dalam gambar inframerah. Bintik terang di potret menunjukkan area dengan suhu lebih tinggi, menurut NASA.
Juno diluncurkan ke luar angkasa pada 2011 dan tiba di Jupiter lima tahun kemudian.
Pesawat ruang angkasa tersebut kemudian menghabiskan lima tahun lagi untuk mempelajari Jupiter, planet terbesar di tata surya itu. Juno mengintip melalui awan tebal Jupiter dan mempelajari atmosfer serta cuaca di planet tersebut.
Ekspedisi ini dirancang untuk membantu para astronom memahami bagaimana Jupiter terbentuk dan berevolusi, dan bagaimana raksasa gas lain di Tata Surya muncul.
Tahun lalu, NASA memperpanjang misi Juno hingga September 2025. Wahana tersebut terus mempelajari Jupiter, serta banyak bulan di sistem planet tersebut.
Pesawat ruang angkasa itu juga sudah melakukan terbang lintas dekat dua bulan lainnya: Ganymede pada 2021 dan Europa awal tahun ini.
“Dengan setiap terbang lintas dekat, kami dapat memperoleh banyak informasi baru,” kata Scott Bolton, wakil presiden asosiasi Southwest Research Institute di San Antonio dan penyelidik utama misi Juno.
“Sensor Juno dirancang untuk mempelajari Jupiter. Tetapi kami senang sekali melihat bagaimana Juno dapat melakukan tugas ganda dengan mengamati bulan-bulan Jupiter.”
Selama misinya yang diperpanjang, wahana Juno akan memeriksa struktur interior Jupiter, medan magnet internal, atmosfer, dan aurora.
Pesawat ruang angkasa itu juga akan terbang melalui awan partikel bermuatan yang mengelilingi Europa dan Io berkali-kali, mengumpulkan data tentang tingkat radiasi di wilayah ini. NASA mengatakan bahwa para ilmuwan juga berharap mencurahkan waktu untuk mempelajari debu di cincinredupJupiter.
Penyebabnya, karena pesawat ruang angkasa NASA akan melewati Io dan memberikan sudut pandang lebih dekat terhadap salah satu tempat paling vulkanik di Tata Surya kita itu.
Pesawat luar angkasa NASA, Juno, rencananya memang akan terbang dekat melewati Io. Begitu dekat, hingga mereka bisa mengumpulkan informasi yang cukup banyak dan penting tentang Io. Juno sendiri telah mengorbit di Jupiter sejak Juli 2016.
Io merupakan satu dari 80 bulan di dalam sistem Jupiter. Permukaan Io bertatahkan magma. Permukaannya dipenuhi ratusan gunung berapi.
Para ilmuwan ingin memahami bagaimana letusan ini bisa mengubah magnetosfer Jupiter dan apa pengaruhnya terhadap aurora planet yang hidup.
Selama satu setengah tahun ke depan, pesawat ruang angkasa Juno akan melakukan total sembilan penerbangan melintas Io.
Dua pertemuan jarak dekat akan membawa wahana itu ke jarak 1.500 km dari permukaan Io.
Awal tahun ini, Juno mengabadikan pemandangan dramatis Io dari jarak sekitar 50.000 mil. Permukaan Io yang aktif secara vulkanik, dihiasi dengan ratusan gunung berapi dan dirusak oleh danau lava silikat cair, tampak bersinar dalam gambar inframerah. Bintik terang di potret menunjukkan area dengan suhu lebih tinggi, menurut NASA.
Juno diluncurkan ke luar angkasa pada 2011 dan tiba di Jupiter lima tahun kemudian.
Pesawat ruang angkasa tersebut kemudian menghabiskan lima tahun lagi untuk mempelajari Jupiter, planet terbesar di tata surya itu. Juno mengintip melalui awan tebal Jupiter dan mempelajari atmosfer serta cuaca di planet tersebut.
Ekspedisi ini dirancang untuk membantu para astronom memahami bagaimana Jupiter terbentuk dan berevolusi, dan bagaimana raksasa gas lain di Tata Surya muncul.
Tahun lalu, NASA memperpanjang misi Juno hingga September 2025. Wahana tersebut terus mempelajari Jupiter, serta banyak bulan di sistem planet tersebut.
Pesawat ruang angkasa itu juga sudah melakukan terbang lintas dekat dua bulan lainnya: Ganymede pada 2021 dan Europa awal tahun ini.
“Dengan setiap terbang lintas dekat, kami dapat memperoleh banyak informasi baru,” kata Scott Bolton, wakil presiden asosiasi Southwest Research Institute di San Antonio dan penyelidik utama misi Juno.
“Sensor Juno dirancang untuk mempelajari Jupiter. Tetapi kami senang sekali melihat bagaimana Juno dapat melakukan tugas ganda dengan mengamati bulan-bulan Jupiter.”
Baca Juga
Selama misinya yang diperpanjang, wahana Juno akan memeriksa struktur interior Jupiter, medan magnet internal, atmosfer, dan aurora.
Pesawat ruang angkasa itu juga akan terbang melalui awan partikel bermuatan yang mengelilingi Europa dan Io berkali-kali, mengumpulkan data tentang tingkat radiasi di wilayah ini. NASA mengatakan bahwa para ilmuwan juga berharap mencurahkan waktu untuk mempelajari debu di cincinredupJupiter.
(dan)