Insinyur Singapura Kembangkan Kumbang Cyborg
A
A
A
SINGAPURA - Cyborg, singkatan dari Cybernetic Organism (Organisme Sibernetik). Istilah ini diciptakan oleh Manfred Clynes pada 1960 guna menggambarkan kebutuhan manusia untuk meningkatkan fungsi biologis artifisial dalam bertahan hidup pada ruang lingkup dari lingkungan yang tak bersahabat.
Kini, setelah bertahun-tahun lamanya, istilah cyborg memperoleh arti yang lebih umum untuk menggambarkan ketergantungan manusia pada teknologi. Dalam pengertian ini, istilah cyborg dapat digunakan untuk mengkarakterisasi siapa saja yang bergantung pada perangkat teknologi, bahkan komputer untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari sekalipun.
Namun, sebagian orang meyakini bahwa cyborg adalah sesuatu yang setengah manusia dan setengah mesin. Misalnya Terminator, sebuah robot yang tercakup dalam jaringan manusia. Terminator bukanlah cyborg sesungguhan, tetapi sekedar sebuah fiksi. Sampai saat ini, orang masih membedakan cyborg menjadi dua macam, yaitu cyborg fiksi dan cyborg non-fiksi.
Apakah pada masa mendatang cyborg fiksi akan menjadi cyborg non-fiksi, tampaknya tanda-tanda itu semakin jelas hadir bersamaan dengan hadirnya kecanggihan teknologi.
Melihat perkembangan teknologi dan sains memang sangat pesat belakangan ini. Bahkan beberapa tahun lalu, para peneliti berhasil membuat kecoa dapat dikendalikan sampai batas tertentu untuk bergerak sepanjang jalan yang diinginkan.
Namun kini ada teknologi yang lebih maju di Singapura, dimana insinyur dari Nanyang Technological University mengembangkan teknologi serupa pada kumbang Cyborg. Pada dasarnya konsep ini kira-kira sama, dimana akan ada perangkat yang melekat pada kumbang sehingga dapat mengendalikan mereka dari jarak jauh.
Seperti dilansir dari Motherboard, perangkat yang dimaksud adalah kabel untuk serangga dan kemudian dapat digunakan untuk mengontrol cara berjalan mereka, kecepatan, arah terbang, dan bentuk gerakan lainnya. Pada dasarnya ini merupakan serangga yang tidak memiliki kontrol atas tubuh mereka selama hidup.
Namun tampaknya bahwa energi yang diperlukan untuk kumbang bergerak masih berasal dari makanan mereka, yang berarti bahwa jika serangga kelaparan, mereka tidak bisa dipaksa untuk bergerak dengan perangkat.
Ide di balik pengembangan pengendalian kumbang Cyborg ini adalah bahwa sensor panas dapat ditempatkan pada mereka dan mengirim mereka ke lokasi tersembunyi, di mana buronan atau penjahat bisa bersembunyi.
Ini terlihat seperti robot atau drone dalam versi nyata atau hidup. Adapun implikasi etis, para peneliti mengklaim bahwa konfigurasi ini tidak berbahaya bagi serangga dan bahwa tidak ada kumbang meninggal setelah stimulasi otot mereka. Selain itu, umur kumbang ini dikatakan 3-6 bulan, dan bahwa mereka masih bisa hidup selama itu terlepas dari campur tangan para peneliti.
Kini, setelah bertahun-tahun lamanya, istilah cyborg memperoleh arti yang lebih umum untuk menggambarkan ketergantungan manusia pada teknologi. Dalam pengertian ini, istilah cyborg dapat digunakan untuk mengkarakterisasi siapa saja yang bergantung pada perangkat teknologi, bahkan komputer untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari sekalipun.
Namun, sebagian orang meyakini bahwa cyborg adalah sesuatu yang setengah manusia dan setengah mesin. Misalnya Terminator, sebuah robot yang tercakup dalam jaringan manusia. Terminator bukanlah cyborg sesungguhan, tetapi sekedar sebuah fiksi. Sampai saat ini, orang masih membedakan cyborg menjadi dua macam, yaitu cyborg fiksi dan cyborg non-fiksi.
Apakah pada masa mendatang cyborg fiksi akan menjadi cyborg non-fiksi, tampaknya tanda-tanda itu semakin jelas hadir bersamaan dengan hadirnya kecanggihan teknologi.
Melihat perkembangan teknologi dan sains memang sangat pesat belakangan ini. Bahkan beberapa tahun lalu, para peneliti berhasil membuat kecoa dapat dikendalikan sampai batas tertentu untuk bergerak sepanjang jalan yang diinginkan.
Namun kini ada teknologi yang lebih maju di Singapura, dimana insinyur dari Nanyang Technological University mengembangkan teknologi serupa pada kumbang Cyborg. Pada dasarnya konsep ini kira-kira sama, dimana akan ada perangkat yang melekat pada kumbang sehingga dapat mengendalikan mereka dari jarak jauh.
Seperti dilansir dari Motherboard, perangkat yang dimaksud adalah kabel untuk serangga dan kemudian dapat digunakan untuk mengontrol cara berjalan mereka, kecepatan, arah terbang, dan bentuk gerakan lainnya. Pada dasarnya ini merupakan serangga yang tidak memiliki kontrol atas tubuh mereka selama hidup.
Namun tampaknya bahwa energi yang diperlukan untuk kumbang bergerak masih berasal dari makanan mereka, yang berarti bahwa jika serangga kelaparan, mereka tidak bisa dipaksa untuk bergerak dengan perangkat.
Ide di balik pengembangan pengendalian kumbang Cyborg ini adalah bahwa sensor panas dapat ditempatkan pada mereka dan mengirim mereka ke lokasi tersembunyi, di mana buronan atau penjahat bisa bersembunyi.
Ini terlihat seperti robot atau drone dalam versi nyata atau hidup. Adapun implikasi etis, para peneliti mengklaim bahwa konfigurasi ini tidak berbahaya bagi serangga dan bahwa tidak ada kumbang meninggal setelah stimulasi otot mereka. Selain itu, umur kumbang ini dikatakan 3-6 bulan, dan bahwa mereka masih bisa hidup selama itu terlepas dari campur tangan para peneliti.
(dol)