Toyota Siapkan Mobil Terbang untuk Olimpiade Tokyo 2020
A
A
A
TOYOTA CITY - Para insinyur yang tergabung dalam Toyota Motor Corp pada Sabtu (3/6/2017) mendemonstrasikan mobil terbang, yang diharapkan bisa mendukung upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas di Tokyo tahun 2020.
Mengutip dari Reuters, Sabtu (3/6), "Cartivator", sebuah kelompok startup yang terdiri dari 30 insinyur yang didukung Toyota, mulai mengembangkan mobil terbang "Sky Drive" sejak tahun 2014.
Kepala Cartivator, Tsubasa Nakamura, mengatakan mobil terbang ini untuk sementara masih dalam tahap awal pengembangan. Dan mereka berharap dapat melakukan penerbangan berawak pertama pada akhir 2018.
Selama demonstrasi, model terbang ini mampu turun dan mengambang di tanah selama beberapa detik. Nakamura menambahkan desainnya membutuhkan lebih banyak stabilitas sehingga prototipenya bisa terbang kecang dan cukup tinggi untuk menyalakan api Olimpiade.
Insinyur Cartivator bertujuan mobil terbang ini bisa menjadi kendaraan listrik terkecil di dunia, yang dapat digunakan di daerah perkotaan kecil. Dan diharapkan pada tahun 2025, kendaraan terbang ini sudah bisa dikomersialkan.
Pada Mei kemarin, Toyota Motor sepakat menggelontorkan uang 42,5 juta yen atau setara Rp5,1 miliar (estimasi Rp120 per yen) dalam proyek hingga tiga tahun ke depan.
Nakamura sendiri bersama kelompoknya sedang bekerja keras memperbaiki rancangannya, dengan harapan dapat menerima investasi lanjutan yang lebih besar dari Toyota Motor.
Saat ini, perusahaan-perusahaan di dunia sedang berlomba-lomba mengembangkan mobil terbang pertama atau kendaraan lepas landaas dan pendaratan vertikal (VTOL).
Uber Technologies Inc asal Amerika Serikat mengumumkan rencananya mengembangkan layanan taksi terbangnya pada tahun 2020 di Dallas, Texas dan Dubai, Uni Emirat Arab.
Perusahaan pesawat komersial gabungan asal Eropa (Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris) yaitu Airbus Group juga sedang mengembangkan mobil terbang di bawah divisi yang disebut Urban Air Mobility.
Hanya saja para pembuat mobil terbang masih menghadapi sejumlah rintangan, diantaranya dari regulator dan masyarakat bahwa produk mereka bisa digunakan secara aman. Pemerintah di negara-negara tersebut masih bergulat dengan peraturan pesawat tidak berawak dan mobil tanpa sopir.
Mengutip dari Reuters, Sabtu (3/6), "Cartivator", sebuah kelompok startup yang terdiri dari 30 insinyur yang didukung Toyota, mulai mengembangkan mobil terbang "Sky Drive" sejak tahun 2014.
Kepala Cartivator, Tsubasa Nakamura, mengatakan mobil terbang ini untuk sementara masih dalam tahap awal pengembangan. Dan mereka berharap dapat melakukan penerbangan berawak pertama pada akhir 2018.
Selama demonstrasi, model terbang ini mampu turun dan mengambang di tanah selama beberapa detik. Nakamura menambahkan desainnya membutuhkan lebih banyak stabilitas sehingga prototipenya bisa terbang kecang dan cukup tinggi untuk menyalakan api Olimpiade.
Insinyur Cartivator bertujuan mobil terbang ini bisa menjadi kendaraan listrik terkecil di dunia, yang dapat digunakan di daerah perkotaan kecil. Dan diharapkan pada tahun 2025, kendaraan terbang ini sudah bisa dikomersialkan.
Pada Mei kemarin, Toyota Motor sepakat menggelontorkan uang 42,5 juta yen atau setara Rp5,1 miliar (estimasi Rp120 per yen) dalam proyek hingga tiga tahun ke depan.
Nakamura sendiri bersama kelompoknya sedang bekerja keras memperbaiki rancangannya, dengan harapan dapat menerima investasi lanjutan yang lebih besar dari Toyota Motor.
Saat ini, perusahaan-perusahaan di dunia sedang berlomba-lomba mengembangkan mobil terbang pertama atau kendaraan lepas landaas dan pendaratan vertikal (VTOL).
Uber Technologies Inc asal Amerika Serikat mengumumkan rencananya mengembangkan layanan taksi terbangnya pada tahun 2020 di Dallas, Texas dan Dubai, Uni Emirat Arab.
Perusahaan pesawat komersial gabungan asal Eropa (Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris) yaitu Airbus Group juga sedang mengembangkan mobil terbang di bawah divisi yang disebut Urban Air Mobility.
Hanya saja para pembuat mobil terbang masih menghadapi sejumlah rintangan, diantaranya dari regulator dan masyarakat bahwa produk mereka bisa digunakan secara aman. Pemerintah di negara-negara tersebut masih bergulat dengan peraturan pesawat tidak berawak dan mobil tanpa sopir.
(ven)