Mesin Fusi Nuklir Segera Terwujud

Minggu, 10 Desember 2017 - 09:34 WIB
Mesin Fusi Nuklir Segera...
Mesin Fusi Nuklir Segera Terwujud
A A A
PARIS - Fasilitas eksperimen internasional yang didesain untuk mendemonstrasikan fusi nuklir sebagai sumber energi telah memasuki setengah pembangunan.

Konstruksi International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) di Prancis bagian selatan itu sempat tertunda dan memakan biaya hingga USD23,7 miliar. Direktur Jenderal ITER Bernard Bigot menjelaskan, proyek itu sudah dalam proses untuk memulai pemanasan atom hidrogen pada 2025. Tonggak sejarah itu disebut sebagai plasma pertama.

“Kami tidak memiliki rencana kemungkinan,” kata Bigot saat diwawancarai dari Paris, di kutip Daily Mail. ITER menjadi proyek sains paling rumit dalam sejarah manusia. Plasma hidrogen itu akan di panaskan hingga 150 juta derajat Celsius, sepuluh kali lebih panas dibandingkan inti matahari untuk memungkinkan terjadinya reaksi fusi.

Proses itu terjadi dalam reaktor berbentuk donat yang disebut tokamak 1 yang dikelilingi magnet raksasa yang membatasi dan mengedarkan plasma super panas dan terionisasi menjauh dari dinding logam. Magnet super konduksi juga didinginkan hingga minus 269 derajat Celsius, sedingin ruang antar bintang.

Para peneliti sejak lama berupa ya menirukan proses fusi nuklir yang terjadi di dalam matahari. Mereka berargumen teknologi itu dapat menyediakan sumber energi yang tak terbatas, murah, aman, dan bersih. Tak seperti reaktor fisi yang telah ada, yang memecah atom plutonium atau uranium, tidak ada risiko rantai reaksi tak terkontrol padafusi.

Fusi juga tidak menghasilkan sampah radioaktif yang terus aktif dalam jangka panjang. Proyek gabungan untuk mengeksplorasi teknologi itu pertama kali diusulkan saat konferensi tingkat tinggi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Ronald Reagan dan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada 1985.

Saat itu, keduanya ingin menciptakan fusi termonuklir terkontrol demi tujuan damai untuk kepentingan seluruh umat manusia. Membutuhkan waktu lebih dari dua dekade untuk memulai pekerjaan di lokasi proyek di Saint- Paul-les-Durance, sekitar 50 km timur laut Marseille.

Pro yek itu me libatkan China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan (Korsel), Rusia, dan Amerika Serikat. Para peneliti memilih desain berbentuk donat yang disebut tokamak untuk menjebak hidrogen yang telah dipanaskan hingga 150 juta derajat Celsius hingga atomatom dapat fusi atau melebur bersama.

Proses itu pun melepas panas dalam jumlah besar. Meski ITER tidak menghasilkan listrik, para peneliti berharap mesin itu dapat menunjukkan bahwa reaktor fusi dapat memproduksi lebih banyak energi dibandingkan yang digunakan. Ada beberapa eksperimen fusi lainnya, tapi desain ITER yang paling dianggap canggih dan praktis.

Para peneliti yang akan pernah tahu hingga 20135 setelah satu dekade pengujian dan up grade hingga mesin itu dapat bekerja sesuai yang diinginkan. Kendati demikian, para pakar fusi menjelaskan, tonggak sejarah ini sangat penting.

“Kacanya setengah penuh, daripada setengah kosong,” kata Tony Donne dari EURO fusion, konsorsium organi sasi riset dan berbagai universitas Eropa yang menyediakan saran ilmiah untuk ITER. Donne menjelaskan, penunjukan Bigot telah membantu proyek itu mengatasi masa sangat sulit selama berbagai pertimbang an politik menghalangi konstruksi mesin paling rumit yang pernah dibuat tersebut.

Biaya masih menjadi isu penting. Bigot telah mengunjungi Washington pada Rabu (6/12/2017) untuk meminta tambahan dukungan dari Amerika Serikat yang telah berkontribusi 9% dari total anggaran. Sebagian besar pendanaan itu digunakan untuk para pemasok di negara anggota, misalnya AS yang melibatkan General Atomics yang membangun pusat solenoid, elektromagnet 18 meter yang cukup kuat mengangkat satu pesawat terbang.

Bigot menjelaskan, sebagian besar anggota lainnya, termasuk Uni Eropa yang membayar 45% dari total anggaran, telah menjanjikan dukungan keuangan me reka untuk beberapa tahun mendatang. Dia berharap pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan melihat manfaat dari keterlibatannya.

“Semua negara termasuk AS tahu bahwa suplai energi mereka tidak berkelanjutan melampaui abad ini,” papar Bigot yang sebelumnya menjabat Kepala Energi Nuklir Prancis. Jika Washington meng hentikan pendanaan, proyek tersebut tidak akan berhenti.

“Ini terlalu penting bagi negara anggota lainnya. Namun, akan ada beberapa pe nundaan,” kata Bigot.

Gerald Navratil, profesor fisika terapan di Universitas Columbia menjelaskan, fusi dapat membantu menyelesaikan masalah tentang bagaimana memproduksi listrik dalam jumlah besar tanpa menghasilkan gas rumah kaca.

Dia menegaskan, biaya ITER sekarang sebesar pengembangan pesawat penumpang ukuran jumbo.

“Energi sangat penting dalam masyarakat teknologi kita sehingga menghabiskan 20 miliar do lar untuk mengembangkan sum ber energi baru itu tidaklah me lebihi batas,” papar Navratil.

ITER menggunakan arus listrik kuat untuk menjebak plasma di dalam mesin berbentuk donat yang cukup panjang bagi terjadinya fusi nuklir. Mesin yang di se but tokamak itu merupakan konsep yang dicetuskan para fisi kawan Uni Soviet pada 1950-an. Mesin itu sangat sulit dibuat dan tentu lebih sulit lagi dioperasikan.

Para pakar nuklir ITER telah merekrut para peneliti roket untuk membantu menciptakan material yang super kuat yang dapat bertahan dalam suhu yang lebih panas dibandingkan mata hari. Tim ITER yakin, teknik untuk pembuatan komponen gedung peluncur roket dan satelit menjadi cara terbaik membangun cincin-cincin yang mendukung kumparan magnetik kuat di dalam mesin. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0926 seconds (0.1#10.140)