Sudah Saatnya Indonesia Memiliki Halal Science Center

Jum'at, 02 November 2018 - 00:02 WIB
Sudah Saatnya Indonesia...
Sudah Saatnya Indonesia Memiliki Halal Science Center
A A A
JAKARTA - Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, sudah saatnya Indonesia memiliki lembaga Halal Science Center yang mumpuni. Bahkan memiliki reputasi dunia.

Dengan Halal Science Center ini, Indonesia diharapkan bisa memproduksi vaksin yang benar-benar bebas dari bahan nonhalal. “Vaksin meningitis misalnya. Ini dalam prosesnya menggunakan zat babi yang kita ketahui haram. Bila prosesnya ada unsur haram, maka produknya juga haram. Tapi berhubung ini darurat, maka ulama menyepakatinya halal,” ungkap Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc di sela-sela seminar Internasional ISIE 2018 (International Simposium internasional Islamic Epistemology) di Kampus UAI Jakarta.

Namun pertanyaannya, lanjut dia, sampai kapan status kedaruratannya. “Kalau terlalu lama darurat, tentu tidak baik juga,” katanya mengkritik.

Padahal jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam mencapai lebih dari 90%. Nah ini adalah tantangan bagi para scientist di Tanah Air untuk menemukan solusinya.

Melalui Halal Science Center ini, hal tersebut dimungkinkan bisa dilakukan. Selain isu bahan nonhalal, penciptaan suatu produk halal juga wajib memerhatikan bagian dari prosesnya.

“Biasanya hewan menjadi media uji coba suatu penelitian. Jadi para ilmuwan harus memerhatikan rasa sakit, rasa cemas, dan stres mereka,” kata Asep Saefuddin.

Terkait hal ini, dia menyarankan agar ilmuwan mulai menggunakan teknologi infomasi (TI). Terlebih ini adalah zaman Industri 4.0 sehingga menggunakan rekayasa komputer adalah keharusan.

“Percobaan itu bisa dilakukan dengan makhluk hidup atau invivo eksperimental, invitro atau menggunakan bahan kimia. Dan di zaman TI seperti sekarang ada pilihan insilico project atau menggunakan simulasi komputer. Jadi kita dituntut menerjemahkan masalah etika halal melalui simulasi komputer. Hasilnya akan sama persis,” tuturnya.

Kampus UAI pun berupaya mendorong hal ini menjadi kenyataan. Karena negara Thailand yang Islam-nya minoritas hanya 8% ternyata sudah memiliki Halal Science Center yang diakui dunia.

Dalam seminar internasional itu, pihak UAI mendatang narasumber Prof Pakon Priakon, The Halal Center – Chulalongkorn University – Thailand, Prof Dr Irwandi Jaswir, (Dir. INHART IIUM - Malaysia) dengan tema presentasi “Integration of Knowledge, Bio Ethics and Halal Industry”; Hidayat Yorianta Sasaerila, Ph.D dengan topik “Biotechnology in the 21st Century: The Role of Islamic Morality and Ethics to the Future of Mankind”; dan Kamaluddin Zarkasie, DVM., PhD.(Director of IPB-Shigeta Animal Pharmaceuticals Inc.) dengan tema “Bioethics Problem on the Processing of Vaccine Production".

“Kami menghadirkan narasumber tidak hanya Indonesia tapi negara Malaysia dan Thailand, yang memiliki keunikan dan perbedaan terutama mengelola produk halal. Ini menjadi masukan terhadap pemerintah Indonesia terhadap produk Halal Science Center bersekala dunia” katanya lagi.

Lebih lanjut dikatakan, di Malaysia semua produk harus masuk kategori halal mulai dari proses penelitian sampai menjadi produk. Sementara Thailand yang penduduk Muslimnya minoritas, mereka memiliki Halal Science Center yang diakui dunia, karena mereka sadar pangsa pasar muslim banyak di dunia.

“Lalu bagaimana dengan Indonesia? Harusnya pemerintah memperkuat riset Halal Science Center dengan menggandeng kampus dan membuat science center sekala Internasioal,” desak Guru Besar Statistik ini.

Sementara itu, Kepala Pusat Integrasi islam (PII)- Mata Kuliah Universitas (MKU) UAI Prof Dr Hj Nurhayati Djamas. M.A., M.Si mengatakan, Simposium Internasional “Epistemologi Islam dan Problem Etika dalam Pengembangan Serta Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan” merupakan salah satu kegiatan untuk merealisasikan misi PII MKU UAI.“Simposium ini bertujuan untuk memperkokoh komitmen di kalangan para sarjana muslim dalam mencari titik temu pesan wahyu dalam kitab suci dengan temuan saintifik ilmu pengetahuan modern,” paparnya.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1103 seconds (0.1#10.140)