Induk Google Ciptakan Robot yang Bisa Berdampingan dengan Manusia
A
A
A
MOUNTAIN VIEW - Perusahaan teknologi, Boston Dynamics, terkenal kerap mengembangkan robot yang mutakhir. Namun, hingga saat ini, perusahaan masih belum mampu menciptakan robot yang bisa hidup berdampingan dengan manusia guna membantu tugas sehari-hari.
Sementara itu, perusahaan induk Google, Alphabet, menjawab tantangan tersebut melalui X Lab eksperimental. Di sana, para insinyurnya tengah mengerjakan robot yang disebut dengan The Everyday Robot Project.
Hans Peter Brondmo, General Manager dari proyek ini menjelaskan, proyek fokus untuk menciptakan robot yang dapat berinteraksi dengan manusia.
Boston Dynamics sebelumnya merupakan sebuah divisi milik Alphabet, yang terkenal karena menciptkan robot manusia dan robot anjing. Kemudian, divisi tersebut dijual ke Softbank pada 2017.
Mengutip laman Endgadget, Minggu (24/11/2019), sebagai tahap pertama, para insinyur merakit The Everyday Robot Project agar dapat memilah sampah di kantor Alphabet.
Seperti kantor pada umumnya, Alphabet juga memiliki berbagai sampah yang bisa didaur ulang dan tidak. Biasanya, secara tidak sengaja orang menaruh sampah di tempat yang salah.
Bercampurnya sampah tersebut membuat banyak barang yang dikirim ke tempat pembuangan sampah, daripada ke tempat pendauran ulang. Untuk mengatasi masalah tersebut, insinyur memutuskan untuk mengajari robot agar dapat memilah sampah dan memindahkan sampah yang dibuat di tempat yang salah.
Jika menggunakan cara sebelumnya, para insinyur pasti memberikan kode pada robot untuk mengenali sampah tertentu, kemudian mengatur agar robot dapat memindahkan sampah itu ke tempat seharusnya.
Namun, X Lab menggunakan cara yang berbeda dengan menggunakan simulasi, penguatan pembelajaran, dan pembelajaran kolaboratif. Pada malam harinya, robot tersebut dilatih secara visual untuk memilah sampah virtual di kantor virtual.
Keesokannya, hasil dari pelatihan itu diterapkan pada pekerjaan nyata. Pelajaran yang diserap oleh robot saat bekerja nyata, dituang secara virtual untuk melakukan pelatihan lebih lanjut.
Hasil pelatihan itu tampak dengan berkurangnya percampuran sampah dari 20% menjadi kurang dari 5%. Untuk melanjutkan pengembangan ini, para insinyur sedang meliti apakah robot tersebut dapat melakukan tugas lainnya. Sebab, insinyur menginginkan robot dapat membantu tugas yang lebih sulit, seperrti membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan rumah.
Sementara itu, perusahaan induk Google, Alphabet, menjawab tantangan tersebut melalui X Lab eksperimental. Di sana, para insinyurnya tengah mengerjakan robot yang disebut dengan The Everyday Robot Project.
Hans Peter Brondmo, General Manager dari proyek ini menjelaskan, proyek fokus untuk menciptakan robot yang dapat berinteraksi dengan manusia.
Boston Dynamics sebelumnya merupakan sebuah divisi milik Alphabet, yang terkenal karena menciptkan robot manusia dan robot anjing. Kemudian, divisi tersebut dijual ke Softbank pada 2017.
Mengutip laman Endgadget, Minggu (24/11/2019), sebagai tahap pertama, para insinyur merakit The Everyday Robot Project agar dapat memilah sampah di kantor Alphabet.
Seperti kantor pada umumnya, Alphabet juga memiliki berbagai sampah yang bisa didaur ulang dan tidak. Biasanya, secara tidak sengaja orang menaruh sampah di tempat yang salah.
Bercampurnya sampah tersebut membuat banyak barang yang dikirim ke tempat pembuangan sampah, daripada ke tempat pendauran ulang. Untuk mengatasi masalah tersebut, insinyur memutuskan untuk mengajari robot agar dapat memilah sampah dan memindahkan sampah yang dibuat di tempat yang salah.
Jika menggunakan cara sebelumnya, para insinyur pasti memberikan kode pada robot untuk mengenali sampah tertentu, kemudian mengatur agar robot dapat memindahkan sampah itu ke tempat seharusnya.
Namun, X Lab menggunakan cara yang berbeda dengan menggunakan simulasi, penguatan pembelajaran, dan pembelajaran kolaboratif. Pada malam harinya, robot tersebut dilatih secara visual untuk memilah sampah virtual di kantor virtual.
Keesokannya, hasil dari pelatihan itu diterapkan pada pekerjaan nyata. Pelajaran yang diserap oleh robot saat bekerja nyata, dituang secara virtual untuk melakukan pelatihan lebih lanjut.
Hasil pelatihan itu tampak dengan berkurangnya percampuran sampah dari 20% menjadi kurang dari 5%. Untuk melanjutkan pengembangan ini, para insinyur sedang meliti apakah robot tersebut dapat melakukan tugas lainnya. Sebab, insinyur menginginkan robot dapat membantu tugas yang lebih sulit, seperrti membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan rumah.
(mim)