UI BlueMetric Bantu Jaga Kualitas Air Laut di Desa Banyu Biru

Sabtu, 14 Desember 2019 - 14:35 WIB
UI BlueMetric Bantu Jaga Kualitas Air Laut di Desa Banyu Biru
UI BlueMetric Bantu Jaga Kualitas Air Laut di Desa Banyu Biru
A A A
Universitas Indonesia merupakan salah satu universitas yang sering melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat. Melalui tim pengabdian masyarakat (pengmas), mereka memberikan pelatihan dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan sekitar.

Kali ini Tim Pengmas Fakultas Teknik UI tengah merintis pengukuran kualitas air laut di perairan Indonesia. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Dosen Teknik Elektro FT UI yaitu Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, M.Sc., MM. Wilayah perairan yang menjadi pusat kegiatan itu berada di Desa Banyu Biru, Banten. Desa ini menjadi desapertama yang dievaluasi dengan perolehan nilai 2.775 dari total nilai kriteria kualitas air laut maksimal UI BlueMetric, yaitu 5.700. Nilai ini bisa disimpulkan bahwa standar kualitas air laut di wilayah ini sebesar 48,7%.

Pengukuran kualitas air laut menggunakan metode UI Bluemetric akan menggambarkan kondisi erairan di pesisir pantai. Hasil pengukuran ini dapat digunakan sebagai langkah atau metode pencegahan dan penyelesaian masalah kualitas air laut yang berdampak pada flora dan fauna bawah laut.

Metode UI Bluemetric sebagai pengukuran perairan laut Indonesia memiliki empat indikator yang meliputi kondisi biodiversitas(ekosistem alami), baku mutu air laut, sampah, dan aktivitas manusia di sekitar perairan. Selama 10 tahun,UI GreenMetric berhasil melakukan pemeringkatan universitas di seluruh dunia berdasarkan kriteria kampus. Metodologi UI GreenMetric ini menjadi contoh bagi UI Bluemetric dalam melestarikan alam.

“Permasalahan lingkungan ini kami angkat menjadi isu yang disosialisasikan ke masyarakat supaya kelestarian alam dan kehidupan masyarakat terjaga,” kata Riri Fitri Sari.

UI Bluemetric, kata Prof Riri, akanmenggambarkan kondisi perairan di pesisir pantai dan memicu cara pencegahan serta penyelesaian masalah.Ia berharap melalui program UI BlueMetric ini bisa dilaksanakan berkelanjutan dan juga diterapkan diwilayah lainnya di Indonesia.

“Program ini dilatarbelakangi oleh kepedulian tim pengmas FT UI akan kualitas perairan Indonesia. Penurunan kualitas air di wilayah perairan Indonesia merupakan masalah yang sudah lama menjadi tantangan bagi pemerintah dan asyarakat yang tinggal disekitarnya,” katanya.

Masalah pencemaran yang terjadi pada lingkungan memang tanggung jawab bersama. Bukan hanya pemerintah, masyarakat yang langsung bersinggungan dengan lingkungan sekitarnya harus memiliki rasa kepedulian besar untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pencemaran lingkungan secara tidak langsung bisa berpengaruh bagi kehidupan, khususnya pencemaran air. Hal ini membuat Tim Pengmas UI melakukan sebuah program inovasi berbasis IPTEKS dan lingkungan yang dinamakan UI BlueMetric.

Program Pengmas UI Bluemetric telah melakukan survei di Desa Banyu Biru sejak Mei 2019. Mereka mendapatkan kesimpulan bahwa perilaku masyarakat setempat dalam mengelola sampah rumah tangga dinilai masih belum baik. Hasil itu membuat Tim Pengmas UI ini memberikan pengetahuan tentang bahaya pencemaran air laut. Mereka juga memberikan masukan tentang upaya penanganan limbah rumah tangga untuk menjaga kebersihan sumber air dan materi tentang sistem penyediaan air bersih non-perpipaan pada akhir Juli lalu.

Pada September 2019, Tim UI Bluemetric turut mengundang Kementerian Koordinator Kemaritiman, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ini sebagai bentuk keseriusan mereka dalam mensinergikan upaya menjaga lingkungan di perairan Indonesia.

“Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah agar secara reguler memantau kondisi perairan dan melakukan berbagai aksi penyelamatan lingkungan,” kata Riri.

Desa Banyu Biru merupakan desa yang memiliki potensi pengembangan ekonomi masyarakat di Banten, terutama sebagai desa wisata. Namun, perilaku masyarakat yang menyebabkan pencemaran, khususnya pencemaran air, bisa berdampak pada turunnya angka wisatawan yang datang ke sana.“Kami berharap, sebagai bentuk kelanjutan dari program ini adalah terlaksananya evaluasi secara reguler yang melibatkan masyarakat dan pemerintah selaku pemangku kebijakan. Hal ini mengingat permasalahan lingkungan ini perlu dipahami bersama agar kelestarian alam dan kehidupan masyarakat terjaga,” ungkap Dosen UI ini. (Fandy)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7006 seconds (0.1#10.140)