Mahasiswi Cantik ITS Ciptakan Mainan untuk Anak Penyandang Tunanetra
A
A
A
SURABAYA - Mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan sebuah mainan untuk anak-anak, khususnya penyandang tunanetra. Mainan ini bertujuan untuk mengembangkan saraf motorik, melatih indra peraba, dan memiliki konsentrasi, saat mereka berjalan melalui lintasan mainan.
Mainan adalah benda yang dapat dimainkan oleh anak-anak, orang dewasa, bahkan hewan sekalipun. Mainan tidak terpaku usia, jenis kelamin, tempat dan waktu karena setiap saat semua orang dapat memainkannya.
Namun, setiap jenis permainan pada umumnya belum tentu dapat dimainkan oleh anak-anak yang memiliki keterbatasan seperti anak tunanetra. Mereka tidak dapat bermain layaknya anak-anak normal yang mampu memainkan segala jenis permainan.
Alasan di atas membuat mahasiswi ITS, Fikria Nur Baiti, membuat sebuah permainan yang dapat digunakan oleh anak tunanetra. Anak-anak ini sulit menemukan permainan khusus yang dapat mereka gunakan sebagai ajang untuk melatih diri.
Fikria mengungkapkan, biasanya anak tunanetra hanya berfokus pada pembelajaran huruf brailer atau sejenis tulisan sentuh. Masih jarang terdapat permainan khusus yang dapat menunjang gerak aktif anak tunanetra.
"Mainan anak tunanetra itu sebenarnya nggak jauh beda sama mainan anak pada umumnya. Kalau mainan pada umumnya belum tentu bisa digunakan atau di akses oleh anak tunanetra," kata Fikria.
Mainan yang diberi nama "BaaDaaBoo" rancangan Fikria ini menargetkan anak yang masih dalam usia bermain. Latihan terhadap kemampuan motorik dan konsep arah pada anak juga didapat sekaligus saat bermain BaaDaaBoo.
"Karena untuk usia 4 hingga 6 tahun, mainan dibuat lebih fokus untuk pembelajaran tekstur dan orientasi mobilitas atau bergerak berpindah-pindah dengan arah tertentu," tambahnya.
Mainan buatan mahasiswi ITS ini merupakan mainan geometri yang sifatnya mencocokkan alias puzzle. Anak tunanetra dapat memainkannya sambil mencari dan mengikuti jalannya.
"Dimainan itu ada garis dua yang digunakan sebagai penunjuk jalan sama digunakan untuk meletakkan puzzle-nya. Anak tunanetra itu kan perlu melatih kepekaannya jadi dimainan itu ada tekstur halus dan tekstur kasar," tuturnya.
Ada dua jenis tekstur yang digunakan pada mainan buatan Fikria ini. Tekstur halus dan kasar yang berfungsi untuk melatih kepekaan anak-anak agar mampu diaplikasikan di kehidupan nyata.
"Dalam kehidupan sehari-hari kan tekstur ada macam-macam yang ditemui, ada tekstur halus, kasar dan sebagainya. Jadi, untuk melatih kepekaannya dan membedakan tekstur kasar itu bagaimana, ya dengan mainan ini," tambah remaja asal Gresik ini.
Tidak hanya tekstur yang berbeda, puzzle buatannya juga dapat mengeluarkan suara yang lebih disukai oleh anak-anak. Setiap puzzle dapat mengeluarkan suara berbentuk lagu yang menyesuaikan bentuk dari puzzle itu sendiri, seperti puzzle bentuk lingkaran dapat mengeluarkan lagu tentang lingkaran dalam bahasa Inggris.
Puzzle dibuat dalam bentuk segitiga, lingkaran, kotak dan segilima. Perbedaan ini juga agar anak-anak dapat menganalisa perbedaan dari masing-masing puzzle.
"Di-puzzle-nya kan ada empat bentuk, setiap bentuk itu lagunya juga beda-beda. Misalnya di bentuk segitiga itu kan ada dua, satunya dengan tekstur kasar dan satunya lagi tekstur halus tapi lagunya tetep sama tentang segitiga," katanya.
Fikria menerangkan, ukuran dari mainan ini cukup besar. Jika mainan dirangkai secara persegi empat, ukurannya mencapai 2 x 2 meter. Namun tidak menutup kemungkinan jika bentuknya dirubah sesuai keinginan, seperti bentuk persegi panjang, berbelok-belok, dan lain sebagainya.
"Kalau bentuk kotaknya sekitar 2 meter pesegi tapi kalau susunannya panjang itu bisa lebih panjang lagi sesuai dengan keingginan kita biar enggak bosen," jelas mahasiswi angkatan tahun 2015 ini.
Menurut Fikria, dengan satu permainannya ini anak-anak mendapatkan manfaat cukup banyak. Di antaranya, dapat melatih kepekaan indera peraba, melatih konsep arah dengan berkonsentrasi saat berjalan mengikuti lintasan dan juga orientasi mobilitas.
Mainan BaaDaaBoo aman digunakan untuk penyandang tunanetra karena menggunakan bahan dari karet EVA atau yang biasa dikenal dengan nama spons. Bahan ini juga membuat anak-anak tidak langsung bersentuhan dengan lantai karena mereka berada di atas spons.
Permainan ini sudah Fikria coba di sebagian Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surabaya dan Gresik. Guru dan murid merasa senang dengan hadirnya mainan ini karena tidak biasanya menemukan sesuatu yang dapat dimainkan oleh anak tunanetra.
"Mainan ini sudah pernah dicoba oleh anak penyandang tunanetra di SLB di Surabaya dan Gresik. Untungnya mereka suka karena mereka bisa mengikuti mobilitasnya bergerak, mengikuti instruksi, konsentrasi, dan juga ada suaranya yang anak-anak suka," tambahnya.
Proses pembuatan mainan ini pun mengambil waktu cukup lama kurang lebih 1,5 tahun. Dia menggunakan riset ini sekaligus sebagai tugas akhir kuliah yakni skripsi.
"Kalau dari proses ide itu sejak kuliah riset 2018 akhir. Mulai dari situ terbentuk sampai skripsi, riset itu kan rangkaian dari skripsinya," kata Fikria.
Mainan adalah benda yang dapat dimainkan oleh anak-anak, orang dewasa, bahkan hewan sekalipun. Mainan tidak terpaku usia, jenis kelamin, tempat dan waktu karena setiap saat semua orang dapat memainkannya.
Namun, setiap jenis permainan pada umumnya belum tentu dapat dimainkan oleh anak-anak yang memiliki keterbatasan seperti anak tunanetra. Mereka tidak dapat bermain layaknya anak-anak normal yang mampu memainkan segala jenis permainan.
Alasan di atas membuat mahasiswi ITS, Fikria Nur Baiti, membuat sebuah permainan yang dapat digunakan oleh anak tunanetra. Anak-anak ini sulit menemukan permainan khusus yang dapat mereka gunakan sebagai ajang untuk melatih diri.
Fikria mengungkapkan, biasanya anak tunanetra hanya berfokus pada pembelajaran huruf brailer atau sejenis tulisan sentuh. Masih jarang terdapat permainan khusus yang dapat menunjang gerak aktif anak tunanetra.
"Mainan anak tunanetra itu sebenarnya nggak jauh beda sama mainan anak pada umumnya. Kalau mainan pada umumnya belum tentu bisa digunakan atau di akses oleh anak tunanetra," kata Fikria.
Mainan yang diberi nama "BaaDaaBoo" rancangan Fikria ini menargetkan anak yang masih dalam usia bermain. Latihan terhadap kemampuan motorik dan konsep arah pada anak juga didapat sekaligus saat bermain BaaDaaBoo.
"Karena untuk usia 4 hingga 6 tahun, mainan dibuat lebih fokus untuk pembelajaran tekstur dan orientasi mobilitas atau bergerak berpindah-pindah dengan arah tertentu," tambahnya.
Mainan buatan mahasiswi ITS ini merupakan mainan geometri yang sifatnya mencocokkan alias puzzle. Anak tunanetra dapat memainkannya sambil mencari dan mengikuti jalannya.
"Dimainan itu ada garis dua yang digunakan sebagai penunjuk jalan sama digunakan untuk meletakkan puzzle-nya. Anak tunanetra itu kan perlu melatih kepekaannya jadi dimainan itu ada tekstur halus dan tekstur kasar," tuturnya.
Ada dua jenis tekstur yang digunakan pada mainan buatan Fikria ini. Tekstur halus dan kasar yang berfungsi untuk melatih kepekaan anak-anak agar mampu diaplikasikan di kehidupan nyata.
"Dalam kehidupan sehari-hari kan tekstur ada macam-macam yang ditemui, ada tekstur halus, kasar dan sebagainya. Jadi, untuk melatih kepekaannya dan membedakan tekstur kasar itu bagaimana, ya dengan mainan ini," tambah remaja asal Gresik ini.
Tidak hanya tekstur yang berbeda, puzzle buatannya juga dapat mengeluarkan suara yang lebih disukai oleh anak-anak. Setiap puzzle dapat mengeluarkan suara berbentuk lagu yang menyesuaikan bentuk dari puzzle itu sendiri, seperti puzzle bentuk lingkaran dapat mengeluarkan lagu tentang lingkaran dalam bahasa Inggris.
Puzzle dibuat dalam bentuk segitiga, lingkaran, kotak dan segilima. Perbedaan ini juga agar anak-anak dapat menganalisa perbedaan dari masing-masing puzzle.
"Di-puzzle-nya kan ada empat bentuk, setiap bentuk itu lagunya juga beda-beda. Misalnya di bentuk segitiga itu kan ada dua, satunya dengan tekstur kasar dan satunya lagi tekstur halus tapi lagunya tetep sama tentang segitiga," katanya.
Fikria menerangkan, ukuran dari mainan ini cukup besar. Jika mainan dirangkai secara persegi empat, ukurannya mencapai 2 x 2 meter. Namun tidak menutup kemungkinan jika bentuknya dirubah sesuai keinginan, seperti bentuk persegi panjang, berbelok-belok, dan lain sebagainya.
"Kalau bentuk kotaknya sekitar 2 meter pesegi tapi kalau susunannya panjang itu bisa lebih panjang lagi sesuai dengan keingginan kita biar enggak bosen," jelas mahasiswi angkatan tahun 2015 ini.
Menurut Fikria, dengan satu permainannya ini anak-anak mendapatkan manfaat cukup banyak. Di antaranya, dapat melatih kepekaan indera peraba, melatih konsep arah dengan berkonsentrasi saat berjalan mengikuti lintasan dan juga orientasi mobilitas.
Mainan BaaDaaBoo aman digunakan untuk penyandang tunanetra karena menggunakan bahan dari karet EVA atau yang biasa dikenal dengan nama spons. Bahan ini juga membuat anak-anak tidak langsung bersentuhan dengan lantai karena mereka berada di atas spons.
Permainan ini sudah Fikria coba di sebagian Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surabaya dan Gresik. Guru dan murid merasa senang dengan hadirnya mainan ini karena tidak biasanya menemukan sesuatu yang dapat dimainkan oleh anak tunanetra.
"Mainan ini sudah pernah dicoba oleh anak penyandang tunanetra di SLB di Surabaya dan Gresik. Untungnya mereka suka karena mereka bisa mengikuti mobilitasnya bergerak, mengikuti instruksi, konsentrasi, dan juga ada suaranya yang anak-anak suka," tambahnya.
Proses pembuatan mainan ini pun mengambil waktu cukup lama kurang lebih 1,5 tahun. Dia menggunakan riset ini sekaligus sebagai tugas akhir kuliah yakni skripsi.
"Kalau dari proses ide itu sejak kuliah riset 2018 akhir. Mulai dari situ terbentuk sampai skripsi, riset itu kan rangkaian dari skripsinya," kata Fikria.
(mim)