Protein Jaws Kontrol Aktivitas Otak Penderita Epilepsi
A
A
A
MASSACHUSETTS - Para peneliti bersama Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat mengklaim telah menemukan cara mengontrol aktivitas otak dengan bantuan sumber cahaya di luar tengkorak dan disebut protein Jaws untuk penderita epilepsi dan gangguan neurologis lain.
Dilansir dari Softpedia, Selasa (1/7/2014), tercantum pada jurnal Nature Geoscience, mereka berpendapat, bahwa kini dapat membuka jalan pengembangan pengobatan baru dan lebih efisien.
Dalam tulisan mereka, Massachusetts Institute of Technology ilmuwan menjelaskan, sampai sekarang, optogenetics, yaitu mengendalikan aktivitas otak dengan sinar cahaya pada neuron, memerlukan sumber cahaya yang kemudian ditanamkan di otak.
Masalahnya, menanamkan perangkat dengan sinar terang pada neuron yang sangat spesifik adalah hal rumit dan berisiko. Percobaan dilakukan pada otak diubah oleh gangguan neurologis atau pertumbuhan sederhana.
Untuk memecahkan masalah ini, para peneliti mengembangkan sebuah molekul yang mereka sebut protein Jaws dan berpotensi membuat otak bereaksi terhadap sumber cahaya di luar tengkorak.
Protein Jaws merupakan versi molekul buatan peka cahaya dengan dua bakteri yang dikenal sebagai Haloarcula marismortui dan Haloarcula vallismortis.
Protein Jaws tidak hanya sensitif terhadap cahaya merah, yang telah terbukti menembus lebih dalam ke jaringan hidup dibandingkan cahaya biru atau hijau. Tetapi juga mampu menghasilkan arus listrik sebagai respon terhadap cahaya untuk menutup aktivitas saraf.
Peneliti Massachusetts Institute of Technology mengatakan, dengan bantuan protein ini, mereka berhasil berhasil menarik steker pada aktivitas neuronal di kedalaman 3 milimeter dalam otak.
Menariknya, protein Jaws juga bisa membantu memulihkan penglihatan bagi penderita retinitis pigmentosa, suatu kondisi yang menyebabkan sel-sel retina peka cahaya.
Dilansir dari Softpedia, Selasa (1/7/2014), tercantum pada jurnal Nature Geoscience, mereka berpendapat, bahwa kini dapat membuka jalan pengembangan pengobatan baru dan lebih efisien.
Dalam tulisan mereka, Massachusetts Institute of Technology ilmuwan menjelaskan, sampai sekarang, optogenetics, yaitu mengendalikan aktivitas otak dengan sinar cahaya pada neuron, memerlukan sumber cahaya yang kemudian ditanamkan di otak.
Masalahnya, menanamkan perangkat dengan sinar terang pada neuron yang sangat spesifik adalah hal rumit dan berisiko. Percobaan dilakukan pada otak diubah oleh gangguan neurologis atau pertumbuhan sederhana.
Untuk memecahkan masalah ini, para peneliti mengembangkan sebuah molekul yang mereka sebut protein Jaws dan berpotensi membuat otak bereaksi terhadap sumber cahaya di luar tengkorak.
Protein Jaws merupakan versi molekul buatan peka cahaya dengan dua bakteri yang dikenal sebagai Haloarcula marismortui dan Haloarcula vallismortis.
Protein Jaws tidak hanya sensitif terhadap cahaya merah, yang telah terbukti menembus lebih dalam ke jaringan hidup dibandingkan cahaya biru atau hijau. Tetapi juga mampu menghasilkan arus listrik sebagai respon terhadap cahaya untuk menutup aktivitas saraf.
Peneliti Massachusetts Institute of Technology mengatakan, dengan bantuan protein ini, mereka berhasil berhasil menarik steker pada aktivitas neuronal di kedalaman 3 milimeter dalam otak.
Menariknya, protein Jaws juga bisa membantu memulihkan penglihatan bagi penderita retinitis pigmentosa, suatu kondisi yang menyebabkan sel-sel retina peka cahaya.
(dyt)