Badai Debu Mengamuk di Planet Ekstrasurya Berukuran 20 Kali Jupiter
Jum'at, 24 Maret 2023 - 14:04 WIB
FLORIDA - Para ilmuwan mengamati badai debu sangat besar di atmosfer VHS 1256 b, sebuah planet ekstrasurya super-Jupiter yang terletak 40 tahun cahaya dari Bumi. Planet ekstrasurya super-Jupiter berukuran 20 kali planet Jupiter dan mengorbit pada dua bintang.
Para ilmuwan mengamati badai pasir ini menggunakan detektor kuat James Webb Space Telescope (JWST). Para ilmuwan melihat gabungan air, metana, dan karbon dioksida di atmosfer planet. Pengamatan ini diterbitkan di The Astrophysical Journal Letters pada 22 Maret 2023
Planet super-Jupiter, yang berarti raksasa gas yang lebih besar dari Jupiter, dikenal sebagai VHS 1256 b dan mengorbit dua bintangnya sangat jauh. Dibutuhkan waktu sekitar 10.000 tahun untuk menyelesaikan satu orbit.
Karena planet ekstrasurya sangat jauh dari bintang induknya, cahaya bintang tidak mengaburkan planet sehingga para ilmuwan dapat mengamatinya secara langsung. Untuk pengamatan planet ekstrasurya yang mengorbit lebih dekat dengan bintangnya, para ilmuwan harus mempelajari cahaya yang dipancarkan bintang induk melalui atmosfer planet ekstrasurya.
“VHS 1256 b berjarak sekitar empat kali lebih jauh dari bintangnya daripada jarak Pluto dari matahari kita, yang membuatnya menjadi target yang bagus untuk Webb,” kata Brittany Miles, astrofisikawan di The University of Arizona dikutip dari laman Live Science, Jumat (24/3/2023).
Awan yang diamati JWST terdiri dari partikel silikat kecil yang bahkan lebih kecil dari butiran pasir. “Partikel silikat ini mungkin lebih seperti partikel kecil dalam asap,” kata Beth Biller, seorang astronom di University of Edinburgh di Inggris.
Dia menambahkan, partikel yang lebih besar di atmosfer planet bisa seperti butiran pasir yang sangat kecil. Awannya juga sangat panas, suhu di lapisan atmosfer planet itu melonjak hingga 1.500 derajat Fahrenheit atau 830 derajat Celcius.
Menurut para peneliti, badai debu tidak akan berlangsung selamanya. VHS 1256 b adalah planet yang relatif muda, baru berusia 150 juta tahun, yang berarti akan berubah seiring bertambahnya usia. Karena letaknya sangat jauh dari bintang induknya, VHS 1256 akan mendingin, dan atmosfernya yang bergolak mungkin akan hilang.
Tim mengamati atmosfer turbulen planet menggunakan rangkaian kamera inframerah JWST, termasuk Spektrograf Inframerah Dekat dan Instrumen Inframerah Menengah. Spektrum cahaya inframerah memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan pengukuran yang lebih tepat dari cahaya yang dipancarkan planet tanpa gangguan dari cahaya tampak dari bintang induknya.
Makalah baru itu hanyalah awal dari penyelaman tim ke dalam pengukuran JWST tentang planet ekstrasurya yang masif. “Kami telah mengidentifikasi silikat, tetapi pemahaman yang lebih baik tentang ukuran dan bentuk butiran mana yang cocok dengan jenis awan tertentu akan membutuhkan banyak penelitian tambahan,” kata Miles.
Para ilmuwan mengamati badai pasir ini menggunakan detektor kuat James Webb Space Telescope (JWST). Para ilmuwan melihat gabungan air, metana, dan karbon dioksida di atmosfer planet. Pengamatan ini diterbitkan di The Astrophysical Journal Letters pada 22 Maret 2023
Planet super-Jupiter, yang berarti raksasa gas yang lebih besar dari Jupiter, dikenal sebagai VHS 1256 b dan mengorbit dua bintangnya sangat jauh. Dibutuhkan waktu sekitar 10.000 tahun untuk menyelesaikan satu orbit.
Karena planet ekstrasurya sangat jauh dari bintang induknya, cahaya bintang tidak mengaburkan planet sehingga para ilmuwan dapat mengamatinya secara langsung. Untuk pengamatan planet ekstrasurya yang mengorbit lebih dekat dengan bintangnya, para ilmuwan harus mempelajari cahaya yang dipancarkan bintang induk melalui atmosfer planet ekstrasurya.
“VHS 1256 b berjarak sekitar empat kali lebih jauh dari bintangnya daripada jarak Pluto dari matahari kita, yang membuatnya menjadi target yang bagus untuk Webb,” kata Brittany Miles, astrofisikawan di The University of Arizona dikutip dari laman Live Science, Jumat (24/3/2023).
Awan yang diamati JWST terdiri dari partikel silikat kecil yang bahkan lebih kecil dari butiran pasir. “Partikel silikat ini mungkin lebih seperti partikel kecil dalam asap,” kata Beth Biller, seorang astronom di University of Edinburgh di Inggris.
Dia menambahkan, partikel yang lebih besar di atmosfer planet bisa seperti butiran pasir yang sangat kecil. Awannya juga sangat panas, suhu di lapisan atmosfer planet itu melonjak hingga 1.500 derajat Fahrenheit atau 830 derajat Celcius.
Menurut para peneliti, badai debu tidak akan berlangsung selamanya. VHS 1256 b adalah planet yang relatif muda, baru berusia 150 juta tahun, yang berarti akan berubah seiring bertambahnya usia. Karena letaknya sangat jauh dari bintang induknya, VHS 1256 akan mendingin, dan atmosfernya yang bergolak mungkin akan hilang.
Tim mengamati atmosfer turbulen planet menggunakan rangkaian kamera inframerah JWST, termasuk Spektrograf Inframerah Dekat dan Instrumen Inframerah Menengah. Spektrum cahaya inframerah memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan pengukuran yang lebih tepat dari cahaya yang dipancarkan planet tanpa gangguan dari cahaya tampak dari bintang induknya.
Makalah baru itu hanyalah awal dari penyelaman tim ke dalam pengukuran JWST tentang planet ekstrasurya yang masif. “Kami telah mengidentifikasi silikat, tetapi pemahaman yang lebih baik tentang ukuran dan bentuk butiran mana yang cocok dengan jenis awan tertentu akan membutuhkan banyak penelitian tambahan,” kata Miles.
(wib)
tulis komentar anda