Badai Matahari Susulan Masih Mengancam, Ilmuwan Pantau Cuaca di Luar Angkasa
loading...
A
A
A
WASHINGTON - PENINGKATAN aktivitas matahari dalam dua tahun terakhir menjadi perhatian serius para ilmuwan untuk memantau cuaca di luar angkasa . Sebab, peningkatan siklus aktivitas matahari berpotensi menimbulkan ancaman badai geomagnetik yang bisa mengganggu satelit dan kinerja peralatan elektronik lainnya.
Kejadian terbaru, badai geomagnetik akibat dari aktivitas pelepasan partikel energi matahari mengakibatkan 40 dari 49 satelit Starlink SpaceX yang baru diluncurkan ke orbit rusak. Sebanyak 40 satelit Starlink yang rusak pun berguguran dan jatuh kembali ke Bumi.
Bill Murtagh, Koordinator Pusat Prediksi Cuaca Antariksa NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) mengatakan, sebenarnya badai matahari bukan kejadian luar biasa. Itu fenomena normal yag biasa terjadi akibat aktivitas siklus matahari.
“Selama dua sampai tiga tahun terakhir, aktivitas matahari sudah sangat sepi. Tetapi selama setahun terakhir, kami pantau meningkat. Aktivitas siklus matahari mencapai maksimum diperkirakan pada tahun 2025. Jadi kami melihat peningkatan aktivitas cuaca luar angkasa, "ucap Murtagh dikutip SINDOnews dari laman Space.com, Kamis (10/2/2022).
Dia menjelaskan peningkatan aktivitas matahari dapat berpotensi menimbulkan gangguan pada satelit, dunia penerbangan, dan teknologi di Bumi seperti jaringan listrik. Untuk itu, perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi agar kasus seperti satelit Starlink tidak menimpa satelit lain.
Murtagh mengungkapkan satelit Starlink SpaceX yang rontok diterjang badai geomagnetik karena berada di posisi yang tidak tepat. Satelit Starlink SpaceX biasanya mengorbit pada ketinggian sekitar 550 kilometer.
Namun, saat terjadi badai matahari, 40 satelit Starlink berada pada orbit yang lebih rendah, terbang sekitar 210 kilometer di atas Bumi. “Tampaknya satelit itu sedang dalam orbit penyebaran awal, sebelum mencapai ketinggian akhir,” katanya.
Badai geomagnetik adalah gangguan magnetik di magnetosfer Bumi yang disebabkan oleh partikel bermuatan energi yang berasal dari matahari atau yang dikenal sebagai badai matahari. Badai ini bisa ringan dan menciptakan aurora yang indah di langit, tetapi juga dapat mengganggu teknologi secara serius.
"Badai geomagnetik adalah proses yang rumit, karena letusannya terjadi di matahari yang berjarak 93 juta mil jauhnya. Ada kalanya kita bisa terkejut ketika melihat lontaran massa korona yang kita pikir akan meleset jauh dari Bumi, tetapi itu mengenai kita," kata Murtagh.
Kejadian terbaru, badai geomagnetik akibat dari aktivitas pelepasan partikel energi matahari mengakibatkan 40 dari 49 satelit Starlink SpaceX yang baru diluncurkan ke orbit rusak. Sebanyak 40 satelit Starlink yang rusak pun berguguran dan jatuh kembali ke Bumi.
Bill Murtagh, Koordinator Pusat Prediksi Cuaca Antariksa NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) mengatakan, sebenarnya badai matahari bukan kejadian luar biasa. Itu fenomena normal yag biasa terjadi akibat aktivitas siklus matahari.
“Selama dua sampai tiga tahun terakhir, aktivitas matahari sudah sangat sepi. Tetapi selama setahun terakhir, kami pantau meningkat. Aktivitas siklus matahari mencapai maksimum diperkirakan pada tahun 2025. Jadi kami melihat peningkatan aktivitas cuaca luar angkasa, "ucap Murtagh dikutip SINDOnews dari laman Space.com, Kamis (10/2/2022).
Dia menjelaskan peningkatan aktivitas matahari dapat berpotensi menimbulkan gangguan pada satelit, dunia penerbangan, dan teknologi di Bumi seperti jaringan listrik. Untuk itu, perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi agar kasus seperti satelit Starlink tidak menimpa satelit lain.
Murtagh mengungkapkan satelit Starlink SpaceX yang rontok diterjang badai geomagnetik karena berada di posisi yang tidak tepat. Satelit Starlink SpaceX biasanya mengorbit pada ketinggian sekitar 550 kilometer.
Namun, saat terjadi badai matahari, 40 satelit Starlink berada pada orbit yang lebih rendah, terbang sekitar 210 kilometer di atas Bumi. “Tampaknya satelit itu sedang dalam orbit penyebaran awal, sebelum mencapai ketinggian akhir,” katanya.
Baca Juga
Badai geomagnetik adalah gangguan magnetik di magnetosfer Bumi yang disebabkan oleh partikel bermuatan energi yang berasal dari matahari atau yang dikenal sebagai badai matahari. Badai ini bisa ringan dan menciptakan aurora yang indah di langit, tetapi juga dapat mengganggu teknologi secara serius.
"Badai geomagnetik adalah proses yang rumit, karena letusannya terjadi di matahari yang berjarak 93 juta mil jauhnya. Ada kalanya kita bisa terkejut ketika melihat lontaran massa korona yang kita pikir akan meleset jauh dari Bumi, tetapi itu mengenai kita," kata Murtagh.
(wib)