Tanpa Zat Kimia, Ilmuwan Temukan Cara Mengontrol Populasi Nyamuk
Kamis, 23 Juli 2020 - 07:29 WIB
JAKARTA - Nyamuk, sering kali disebut sebagai hewan yang menyebabkan penyakit malaria, demam berdarah, demam kuning maupun Zika. Padahal, nyamuk tidak menyebabkan suatu penyakit tapi hanya menyebarkan dengan membawa pantogen dari satu inang ke yang lain atau dikenal dengan istilah vektor. (Baca juga; Pemkot Bekasi Tunda Kegiatan Belajar Mengajar Tatap Muka )
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kelas penyakit ini mencakup 17% dari semua penyakit menular di dunia. Setidaknya, lebih dari 1 juta kematian manusia per tahun. (Baca juga; Klaster Baru di Jakarta Barat, 29 Warga dari Dua RT Positif COVID-19 )
Melihat data diatas, para ilmuwan telah menemukan sejumlah metode untuk mengontrol atau mengelola polusi serangga berbahaya. Metode ini tanpa menyemprotkan zat kimia berbahaya ke lingkungan.
Pengembangan metode untuk mengurangi penyebaran dan prevalensi penyakit ini sangat penting dilakukan. Tujuan akhirnya adalah menyelamatkan nyawa manusia sebanyak mungkin.
Mereka menggunakan teknik serangga steril (SIT), suatu bentuk pengendalian kelahiran serangga dengan radiasi untuk mensterilkan nyamuk jantan. Kemudian, nyamuk jantan steril dilepaskan ke udara di daerah target.
Proses perkawinan nyamuk jantan steril dan betina subur di alam liar tidak akan menghasilkan keturunan apapun. Ini menjadikan SIT dapat menurunkan populasi nyamuk.
Meski sudah memiliki metode untuk menekan angka pertumbuhan serangga, para ilmuwan masih memiliki pertanyaan bagaimana cara efektif dan efisien menyebarkannya. Ini juga menghitung biaya yang dikeluarkan agar tidak terlalu besar.
Para peneliti di Organisasi Pertanian dan Pangan Bersama (FAO) PBB / Badan Intenasional Energi Atom (IAEA) Laboratorium Pengendalian Hama Serang di Wina, WeRobotics dan Biofabrica Moscamed Brazil telah mengembangkan sistem untuk menerapkan SIT. Mereka menggunakan kendaraan udara tak berawak (UAV) atau drone.
Sistem unik ini dapat melepaskan nyamuk jantan steril ke udara di atas wilayah geografis besar menggunakan UAV. Selain mempercepat penggunaan metode SIT, itu juga lebih efisien dan efektif.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kelas penyakit ini mencakup 17% dari semua penyakit menular di dunia. Setidaknya, lebih dari 1 juta kematian manusia per tahun. (Baca juga; Klaster Baru di Jakarta Barat, 29 Warga dari Dua RT Positif COVID-19 )
Melihat data diatas, para ilmuwan telah menemukan sejumlah metode untuk mengontrol atau mengelola polusi serangga berbahaya. Metode ini tanpa menyemprotkan zat kimia berbahaya ke lingkungan.
Pengembangan metode untuk mengurangi penyebaran dan prevalensi penyakit ini sangat penting dilakukan. Tujuan akhirnya adalah menyelamatkan nyawa manusia sebanyak mungkin.
Mereka menggunakan teknik serangga steril (SIT), suatu bentuk pengendalian kelahiran serangga dengan radiasi untuk mensterilkan nyamuk jantan. Kemudian, nyamuk jantan steril dilepaskan ke udara di daerah target.
Proses perkawinan nyamuk jantan steril dan betina subur di alam liar tidak akan menghasilkan keturunan apapun. Ini menjadikan SIT dapat menurunkan populasi nyamuk.
Meski sudah memiliki metode untuk menekan angka pertumbuhan serangga, para ilmuwan masih memiliki pertanyaan bagaimana cara efektif dan efisien menyebarkannya. Ini juga menghitung biaya yang dikeluarkan agar tidak terlalu besar.
Para peneliti di Organisasi Pertanian dan Pangan Bersama (FAO) PBB / Badan Intenasional Energi Atom (IAEA) Laboratorium Pengendalian Hama Serang di Wina, WeRobotics dan Biofabrica Moscamed Brazil telah mengembangkan sistem untuk menerapkan SIT. Mereka menggunakan kendaraan udara tak berawak (UAV) atau drone.
Sistem unik ini dapat melepaskan nyamuk jantan steril ke udara di atas wilayah geografis besar menggunakan UAV. Selain mempercepat penggunaan metode SIT, itu juga lebih efisien dan efektif.
tulis komentar anda