Penelitian Ungkap Pelaku Terorisme Miliki Latar Belakang Militer
Kamis, 08 Juni 2023 - 16:34 WIB
JAKARTA - Sebuah penelitian mengejutkan datang dari Konsorsium Nasional untuk Studi Terorisme dan Respons terhadap Terorisme (Start), sebuah kelompok penelitian di University of Maryland.
Dalam penelitiannya, disebutkan bahwa pelaku kejahatan ekstrem atau teroris dilakukan oleh mereka yang memiliki latar belakang militer.
Dilansir dari Military, penelitian itu menganalisis database ribuan kejahatan ekstremis dari tahun 1990 dan menemukan bahwa para pelaku kejahatan itu adalah orang-orang itu dengan latar belakang militer.
"2,41 kali lebih mungkin diklasifikasikan sebagai pelanggar korban massal dari pada orang yang tidak melayani di angkatan bersenjata," tulis penelitian itu, dikutip Kamis (8/6/2023).
Dilanjutkan, bahwa tingkat keberhasilan kejahatan massal yang melibatkan pelaku dengan latar belakang militer hampir dua kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan warga sipil.
"Veteran dan anggota layanan lebih cenderung meradikalisasi ke titik kekerasan, dibandingkan dengan warga sipil. Tetapi, ketika mereka melakukannya, mereka lebih cenderung merencanakannya," jelasnya.
Pengalaman militer adalah indikator individu terkuat, apakah seseorang akan melakukan pembunuhan massal.
Sementara itu, analisis baru datang ketika Pentagon dan layanannya mencoba bergulat dengan gagasan ekstremisme. Hal ini menyusul pemberontakan dengan kekerasan di Capitol AS, pada 6 Januari 2021.
Dalam penelitiannya, disebutkan bahwa pelaku kejahatan ekstrem atau teroris dilakukan oleh mereka yang memiliki latar belakang militer.
Dilansir dari Military, penelitian itu menganalisis database ribuan kejahatan ekstremis dari tahun 1990 dan menemukan bahwa para pelaku kejahatan itu adalah orang-orang itu dengan latar belakang militer.
"2,41 kali lebih mungkin diklasifikasikan sebagai pelanggar korban massal dari pada orang yang tidak melayani di angkatan bersenjata," tulis penelitian itu, dikutip Kamis (8/6/2023).
Dilanjutkan, bahwa tingkat keberhasilan kejahatan massal yang melibatkan pelaku dengan latar belakang militer hampir dua kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan warga sipil.
"Veteran dan anggota layanan lebih cenderung meradikalisasi ke titik kekerasan, dibandingkan dengan warga sipil. Tetapi, ketika mereka melakukannya, mereka lebih cenderung merencanakannya," jelasnya.
Pengalaman militer adalah indikator individu terkuat, apakah seseorang akan melakukan pembunuhan massal.
Sementara itu, analisis baru datang ketika Pentagon dan layanannya mencoba bergulat dengan gagasan ekstremisme. Hal ini menyusul pemberontakan dengan kekerasan di Capitol AS, pada 6 Januari 2021.
tulis komentar anda