Penelitian Klinis Ciptakan Banyak Inovasi Baru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penelitian klinis memiliki dampak yang luar biasa bagi masyarakat, mulai dari membuka akses terhadap pengobatan-pengobatan baru dan terapi inovatif.
BACA JUGA - Diklaim Berfungsi Normal, Ahli Tanam Ginjal Babi di Pasien Mati Otak
Penelitian klinis memungkinkan pasien mengakses terapi-terapi terbaru yang belum tersedia secara komersial. Banyak obat dan perawatan medis inovatif hanya dapat diperoleh melalui uji klinis, terutama saat pengobatan tersebut belum mendapatkan persetujuan regulasi di pasaran.
Sebagai contoh, dalam pengobatan kanker, imunoterapi atau terapi berbasis gen sering kali pertama kali diuji melalui uji klinis sebelum menjadi bagian dari standar perawatan.
Pasien yang mengikuti penelitian klinis dapat memperoleh manfaat dari terapi-terapi baru ini lebih awal, yang bisa menjadi solusi bagi penyakit yang tidak memiliki pengobatan efektif sebelumnya.
Dengan menguji efektivitas obat dan prosedur baru, penelitian klinis membantu tenaga medis memahami apa yang bekerja paling baik untuk kondisi tertentu.
Proses ini memungkinkan perawatan berbasis bukti yang lebih baik, meningkatkan standar keselamatan pasien, dan meminimalkan risiko pengobatan.
Penelitian klinis menjadi sarana penting dalam mendukung pengembangan obat-obatan dan terapi baru. Melalui uji klinis, obat-obatan inovatif diuji dalam skala besar untuk menentukan efektivitas, keamanan, dan dosis yang tepat sebelum mereka dapat dipasarkan secara luas.
“Hingga kini, CRS juga telah menjalankan 14 proyek aktif dan menjalankan lima percobaan klinis di bidang pediatri, kedokteran nuklir, dan kanker yang diikuti oleh 69 partisipan.” tutur dr. Grace Frelita Indradjaja, MM, Medical Managing Director Grup RS Siloam saat menandatangani nota kesepahaman antara Grup RS Siloam melalui Clinical Research Siloam (CRS) dan Singapore Clinical Research Institute (SCRI) Jumat (4/10/2024).
Dalam sepuluh tahun terakhir, menurut Scientific Journal Rankings, peringkat Indonesia dalam hal published journal meningkat secara signifikan ke posisi 19 dunia (sebelumnya di peringkat 54).
“Kami melihat hal ini sebagai peluang untuk melakukan perbaikan, terutama dalam struktur tata kelola, operasional penelitian, dan pengetahuan sumber daya manusia,” tutup Grace.
BACA JUGA - Diklaim Berfungsi Normal, Ahli Tanam Ginjal Babi di Pasien Mati Otak
Penelitian klinis memungkinkan pasien mengakses terapi-terapi terbaru yang belum tersedia secara komersial. Banyak obat dan perawatan medis inovatif hanya dapat diperoleh melalui uji klinis, terutama saat pengobatan tersebut belum mendapatkan persetujuan regulasi di pasaran.
Sebagai contoh, dalam pengobatan kanker, imunoterapi atau terapi berbasis gen sering kali pertama kali diuji melalui uji klinis sebelum menjadi bagian dari standar perawatan.
Pasien yang mengikuti penelitian klinis dapat memperoleh manfaat dari terapi-terapi baru ini lebih awal, yang bisa menjadi solusi bagi penyakit yang tidak memiliki pengobatan efektif sebelumnya.
Dengan menguji efektivitas obat dan prosedur baru, penelitian klinis membantu tenaga medis memahami apa yang bekerja paling baik untuk kondisi tertentu.
Proses ini memungkinkan perawatan berbasis bukti yang lebih baik, meningkatkan standar keselamatan pasien, dan meminimalkan risiko pengobatan.
Penelitian klinis menjadi sarana penting dalam mendukung pengembangan obat-obatan dan terapi baru. Melalui uji klinis, obat-obatan inovatif diuji dalam skala besar untuk menentukan efektivitas, keamanan, dan dosis yang tepat sebelum mereka dapat dipasarkan secara luas.
“Hingga kini, CRS juga telah menjalankan 14 proyek aktif dan menjalankan lima percobaan klinis di bidang pediatri, kedokteran nuklir, dan kanker yang diikuti oleh 69 partisipan.” tutur dr. Grace Frelita Indradjaja, MM, Medical Managing Director Grup RS Siloam saat menandatangani nota kesepahaman antara Grup RS Siloam melalui Clinical Research Siloam (CRS) dan Singapore Clinical Research Institute (SCRI) Jumat (4/10/2024).
Dalam sepuluh tahun terakhir, menurut Scientific Journal Rankings, peringkat Indonesia dalam hal published journal meningkat secara signifikan ke posisi 19 dunia (sebelumnya di peringkat 54).
“Kami melihat hal ini sebagai peluang untuk melakukan perbaikan, terutama dalam struktur tata kelola, operasional penelitian, dan pengetahuan sumber daya manusia,” tutup Grace.
(wbs)