Kabut Asap Terparah Diprediksi Akan Terjadi Tahun ini
Minggu, 25 Juni 2023 - 07:44 WIB
SIDNEY - Ada risiko tinggi kabut asap lintas batas yang parah di Indonesia, Malaysia, Singapura dan sekitarnya tahun ini karena cuaca panas dan kering serta datangnya fenomena El Nino.
Think tank Singapore Institute of International Affairs (SIIA) dalam laporan Haze Outlook terbarunya mengeluarkan peringatan merah atau tingkat risiko tinggi, menyusul perkiraan kekeringan parah untuk paruh kedua tahun 2023.
"Setiap prakiraan menunjukkan bahwa cuaca pada 2023 akan lebih hangat dan kering, dengan kembalinya El Nino," kata laporan itu.
Laporan itu juga mengutip perkiraan Administrasi Atmosfer dan Kelautan Nasional Amerika Serikat (AS) bahwa ada 84 persen kemungkinan El Nino akan melewati kisaran moderat dan menjadi lebih kuat.
Laporan tersebut menghubungkan peristiwa kabut asap pada tahun 2015 dan 2019 dengan lonjakan fenomena cuaca yang lebih kering dari El Nino dan Bipolar Samudra Hindia.
Ketua SIIA, Associate Professor Simon Tay yang mengarahkan publikasi laporan tersebut mengatakan, kabut tebal tahun ini mirip dengan yang dialami Singapura pada 2015 dan 2019, ketika kabut tebal berlangsung selama beberapa hari.
Laporan tersebut juga mempertimbangkan kebijakan pemerintah untuk mencegah kebakaran dan kabut asap, selain menekankan komitmen pejabat dari Indonesia dan Malaysia untuk memperbaiki sistem pengelolaan lahan dan sumber daya untuk mencegah kebakaran dan deforestasi.
Tay juga menekankan bahwa ada kerja sama yang lebih positif di antara negara-negara ASEAN selatan, termasuk Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, ketika para menteri dan pejabat senior tiba di Singapura untuk pertemuan tentang polusi asap lintas batas pada 8 Juni.
“Dulu, ketika ada situasi darurat seperti itu, kami melihat sinyal yang sangat bertentangan. Ketika kebakaran pertama terjadi kali ini, kami berharap dialog, berbagi informasi, dan kerja sama ini akan terus berlanjut," katanya.
Think tank Singapore Institute of International Affairs (SIIA) dalam laporan Haze Outlook terbarunya mengeluarkan peringatan merah atau tingkat risiko tinggi, menyusul perkiraan kekeringan parah untuk paruh kedua tahun 2023.
"Setiap prakiraan menunjukkan bahwa cuaca pada 2023 akan lebih hangat dan kering, dengan kembalinya El Nino," kata laporan itu.
Laporan itu juga mengutip perkiraan Administrasi Atmosfer dan Kelautan Nasional Amerika Serikat (AS) bahwa ada 84 persen kemungkinan El Nino akan melewati kisaran moderat dan menjadi lebih kuat.
Laporan tersebut menghubungkan peristiwa kabut asap pada tahun 2015 dan 2019 dengan lonjakan fenomena cuaca yang lebih kering dari El Nino dan Bipolar Samudra Hindia.
Ketua SIIA, Associate Professor Simon Tay yang mengarahkan publikasi laporan tersebut mengatakan, kabut tebal tahun ini mirip dengan yang dialami Singapura pada 2015 dan 2019, ketika kabut tebal berlangsung selama beberapa hari.
Laporan tersebut juga mempertimbangkan kebijakan pemerintah untuk mencegah kebakaran dan kabut asap, selain menekankan komitmen pejabat dari Indonesia dan Malaysia untuk memperbaiki sistem pengelolaan lahan dan sumber daya untuk mencegah kebakaran dan deforestasi.
Tay juga menekankan bahwa ada kerja sama yang lebih positif di antara negara-negara ASEAN selatan, termasuk Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, ketika para menteri dan pejabat senior tiba di Singapura untuk pertemuan tentang polusi asap lintas batas pada 8 Juni.
“Dulu, ketika ada situasi darurat seperti itu, kami melihat sinyal yang sangat bertentangan. Ketika kebakaran pertama terjadi kali ini, kami berharap dialog, berbagi informasi, dan kerja sama ini akan terus berlanjut," katanya.
(wbs)
tulis komentar anda