Makam Kaisar China Berusia 1.400 Tahun Ungkap Perebutan Takhta Dinasti Zhou Utara
Kamis, 28 September 2023 - 13:55 WIB
BEIJING - Penemuan makam kaisar China berusia 1.400 tahun mengungkap perebutan takhta Kerajaan antara saudara dan seorang panglima perang. Makam ini milik Kaisar Xiaomin yang dikenal sebagai Yuwan Jue, pendiri dinasti Zhou Utara pada tahun 557.
Kantor berita resmi China, Xinhua, melaporkan bahwa para arkeolog telah menemukan makam Kaisar Xiaomin dekat kota Xianyang, provinsi Shaanxi, sekitar 900 kilometer barat daya Beijing, pekan lalu. Sebuah prasasti di makam menunjukkan orang yang meninggal, dinyatakan sebagai kaisar secara anumerta, dimakamkan sebagai seorang adipati.
Batu nisan pada makam ditulis dalam karakter yang dilukis dengan cinnabar, suatu bentuk mineral merah merkuri sulfida. Dia menggambarkan sosok Jue sebagai "Adipati Lueyang", yang merupakan pangkat resminya pada saat kematiannya, dan bukan sebagai kaisar.
Sejarawan mengatakan Jue digulingkan dan dieksekusi setelah hanya memerintah beberapa orang dan dia baru diproklamirkan sebagai kaisar beberapa dekade kemudian. Para ahli mengatakan prasasti tersebut merupakan bukti fisik pertama dari perjuangan politik pada masa Dinasti Zhou Utara, yang selama ini hanya dijelaskan dalam tulisan sejarah.
Pada saat itu, China terpecah menjadi beberapa kerajaan yang dilanda perang saudara dan kekacauan politik. Periode ini oleh para sejarawan disebut sebagai masa dinasti Utara dan Selatan, antara tahun 420 dan 589.
Sejarawan Albert Dien, seorang profesor emeritus China di Universitas Stanford yang tidak terlibat dalam penemuan makam tersebut, mengatakan kepada Live Science bahwa Jue telah dilantik ke takhta kekaisaran oleh sepupu dan walinya, panglima perang Yuwen Hu.
Jue adalah putra Yuwen Tai, seorang jenderal kuat dinasti Wei Barat yang meninggal pada tahun 556, dan dengan dukungan Hu. Jue naik takhta pada tahun 557.
Kantor berita resmi China, Xinhua, melaporkan bahwa para arkeolog telah menemukan makam Kaisar Xiaomin dekat kota Xianyang, provinsi Shaanxi, sekitar 900 kilometer barat daya Beijing, pekan lalu. Sebuah prasasti di makam menunjukkan orang yang meninggal, dinyatakan sebagai kaisar secara anumerta, dimakamkan sebagai seorang adipati.
Batu nisan pada makam ditulis dalam karakter yang dilukis dengan cinnabar, suatu bentuk mineral merah merkuri sulfida. Dia menggambarkan sosok Jue sebagai "Adipati Lueyang", yang merupakan pangkat resminya pada saat kematiannya, dan bukan sebagai kaisar.
Sejarawan mengatakan Jue digulingkan dan dieksekusi setelah hanya memerintah beberapa orang dan dia baru diproklamirkan sebagai kaisar beberapa dekade kemudian. Para ahli mengatakan prasasti tersebut merupakan bukti fisik pertama dari perjuangan politik pada masa Dinasti Zhou Utara, yang selama ini hanya dijelaskan dalam tulisan sejarah.
Pada saat itu, China terpecah menjadi beberapa kerajaan yang dilanda perang saudara dan kekacauan politik. Periode ini oleh para sejarawan disebut sebagai masa dinasti Utara dan Selatan, antara tahun 420 dan 589.
Sejarawan Albert Dien, seorang profesor emeritus China di Universitas Stanford yang tidak terlibat dalam penemuan makam tersebut, mengatakan kepada Live Science bahwa Jue telah dilantik ke takhta kekaisaran oleh sepupu dan walinya, panglima perang Yuwen Hu.
Jue adalah putra Yuwen Tai, seorang jenderal kuat dinasti Wei Barat yang meninggal pada tahun 556, dan dengan dukungan Hu. Jue naik takhta pada tahun 557.
tulis komentar anda