10 Rute Penerbangan dengan Turbulensi Terparah di Dunia
Rabu, 29 Mei 2024 - 22:44 WIB
JAKARTA - Bagi sebagian besar penumpang, turbulensi menjadi sebuah pengalaman terburuk dari penerbangan. Ternyata terdapat 10 rute penerbangan yang dipastikan mempunyai intensitas turbulensi terparah di dunia.
Turbulensi atau goncangan hebat terjadi akibat perubahan mendadak ketinggian pesawat selama penerbangan. Umumnya, muncul dari gesekan antara arus udara dengan kecepatan berbeda hasil dari perubahan tekanan atmosfer, pergeseran front cuaca, angin tak terduga di daerah pegunungan, dan badai.
Pilot dan maskapai penerbangan berusaha menghindari turbulensi. Dalam kebanyakan kasus, pilot dapat mengantisipasi risiko dan memperingatkan penumpang dengan menyalakan tanda kencangkan sabuk pengaman.
Menurut data, jumlah penerbangan yang terkena turbulensi parah, yaitu satu dari 50.000. Kondisi yang disebabkan oleh pemanasan global berarti diperkirakan juga menimbulkan turbulensi lebih banyak. Menurut data yang dikumpulkan selama 16 tahun terakhir oleh Federal Aviation Administration, rata-rata cedera terkait turbulensi parah di Amerika Serikat mencapai 33 kasus per tahun.
Data dari situs web Turbli memprediksi turbulensi terjadi di sekitar 150.000 rute dan terdapat rute paling berbahaya pada 2023.
Perjalanan sejauh 2.575 kilometer antara Santiago dan Bandara Internasional Viru Viru di Bolivia termasuk paling banyak terimbas turbulensi. Rute kedua dengan turbulensi tertinggi terjadi antara Almaty di Kazakhstan dan Bishkek, ibu kota Kirgistan.
Enam dari perjalanan berbahaya akibat turbulensi melibatkan rute domestik di Jepang dan China (empat rute melibatkan lepas landas dan pendaratan di Lanzhou, Chengdu, atau Xianyang) dan dua rute Eropa. Rute Milan - Jenewa menjadi paling terimbas turbulensi terparah di Eropa, sementara Milan - Zurich menduduki peringkat ke-10.
Secara khusus, The Independent melansir daftar 10 rute paling berbahaya di dunia dengan turbulensi terparah, Rabu (29/5/2024) berikut ini.
Turbulensi atau goncangan hebat terjadi akibat perubahan mendadak ketinggian pesawat selama penerbangan. Umumnya, muncul dari gesekan antara arus udara dengan kecepatan berbeda hasil dari perubahan tekanan atmosfer, pergeseran front cuaca, angin tak terduga di daerah pegunungan, dan badai.
Pilot dan maskapai penerbangan berusaha menghindari turbulensi. Dalam kebanyakan kasus, pilot dapat mengantisipasi risiko dan memperingatkan penumpang dengan menyalakan tanda kencangkan sabuk pengaman.
Menurut data, jumlah penerbangan yang terkena turbulensi parah, yaitu satu dari 50.000. Kondisi yang disebabkan oleh pemanasan global berarti diperkirakan juga menimbulkan turbulensi lebih banyak. Menurut data yang dikumpulkan selama 16 tahun terakhir oleh Federal Aviation Administration, rata-rata cedera terkait turbulensi parah di Amerika Serikat mencapai 33 kasus per tahun.
Data dari situs web Turbli memprediksi turbulensi terjadi di sekitar 150.000 rute dan terdapat rute paling berbahaya pada 2023.
Perjalanan sejauh 2.575 kilometer antara Santiago dan Bandara Internasional Viru Viru di Bolivia termasuk paling banyak terimbas turbulensi. Rute kedua dengan turbulensi tertinggi terjadi antara Almaty di Kazakhstan dan Bishkek, ibu kota Kirgistan.
Enam dari perjalanan berbahaya akibat turbulensi melibatkan rute domestik di Jepang dan China (empat rute melibatkan lepas landas dan pendaratan di Lanzhou, Chengdu, atau Xianyang) dan dua rute Eropa. Rute Milan - Jenewa menjadi paling terimbas turbulensi terparah di Eropa, sementara Milan - Zurich menduduki peringkat ke-10.
Secara khusus, The Independent melansir daftar 10 rute paling berbahaya di dunia dengan turbulensi terparah, Rabu (29/5/2024) berikut ini.
tulis komentar anda