Sisa-sisa Narkoba Ditemukan di Otak Mumi dari Abad 17
Minggu, 01 September 2024 - 08:19 WIB
KAIRO - Penemuan jejak kokain pada otak yang dimumikan dari abad ke-17 ini memang sangat mengejutkan dan menimbulkan berbagai pertanyaan menarik. Mari kita lihat beberapa detail mengenai bagaimana hal ini bisa terjadi dan bagaimana para peneliti melakukan penelitian tersebut.
Seperti dilandir dari Science Alert, kokain berasal dari tanaman koka (Erythroxylum coca), yang merupakan tanaman endemik di Amerika Selatan.
Tanaman ini dikenal oleh penduduk asli Amerika, tetapi penggunaan kokain murni tidak terdeteksi di Eropa hingga abad ke-19.
Salah satu teori adalah bahwa jejak kokain mungkin berasal dari kontaminasi lingkungan atau perdagangan obat.
Namun, karena tidak ditemukan jejak kokain di lingkungan sekitar situs pemakaman dan karena metode pengumpulan jenazah dilakukan dengan sangat hati-hati, kontaminasi dari luar tampaknya tidak mungkin.
Ada juga spekulasi bahwa bahan-bahan lain yang mengandung kokain mungkin telah digunakan dalam praktik medis atau ritual di masa lalu, meskipun ini akan memerlukan bukti lebih lanjut.
Metode Penelitian:
Jenazah dikumpulkan oleh arkeolog yang memakai peralatan pelindung, dan otak dimasukkan ke dalam stoples tertutup dan steril. Ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan memastikan bahwa sampel tetap utuh.
Tim ahli toksikologi, termasuk Gaia Giordano dari Universitas Milan, melakukan analisis laboratorium pada sampel otak menggunakan teknik seperti kromatografi cair dan spektrometri massa.
Teknik ini sangat sensitif dan dapat mendeteksi jejak molekul obat meskipun dalam konsentrasi sangat rendah.
Peneliti juga memeriksa lingkungan di sekitar situs pemakaman untuk memastikan bahwa jejak kokain tidak berasal dari kontaminasi modern. Hasil yang menunjukkan tidak adanya kokain di lingkungan sekitar mendukung klaim bahwa jejak kokain memang berasal dari jenazah itu sendiri.
Seperti dilandir dari Science Alert, kokain berasal dari tanaman koka (Erythroxylum coca), yang merupakan tanaman endemik di Amerika Selatan.
Tanaman ini dikenal oleh penduduk asli Amerika, tetapi penggunaan kokain murni tidak terdeteksi di Eropa hingga abad ke-19.
Salah satu teori adalah bahwa jejak kokain mungkin berasal dari kontaminasi lingkungan atau perdagangan obat.
Namun, karena tidak ditemukan jejak kokain di lingkungan sekitar situs pemakaman dan karena metode pengumpulan jenazah dilakukan dengan sangat hati-hati, kontaminasi dari luar tampaknya tidak mungkin.
Ada juga spekulasi bahwa bahan-bahan lain yang mengandung kokain mungkin telah digunakan dalam praktik medis atau ritual di masa lalu, meskipun ini akan memerlukan bukti lebih lanjut.
Metode Penelitian:
Jenazah dikumpulkan oleh arkeolog yang memakai peralatan pelindung, dan otak dimasukkan ke dalam stoples tertutup dan steril. Ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan memastikan bahwa sampel tetap utuh.
Tim ahli toksikologi, termasuk Gaia Giordano dari Universitas Milan, melakukan analisis laboratorium pada sampel otak menggunakan teknik seperti kromatografi cair dan spektrometri massa.
Teknik ini sangat sensitif dan dapat mendeteksi jejak molekul obat meskipun dalam konsentrasi sangat rendah.
Peneliti juga memeriksa lingkungan di sekitar situs pemakaman untuk memastikan bahwa jejak kokain tidak berasal dari kontaminasi modern. Hasil yang menunjukkan tidak adanya kokain di lingkungan sekitar mendukung klaim bahwa jejak kokain memang berasal dari jenazah itu sendiri.
(wbs)
tulis komentar anda