Mengapa Mayat Firaun Bisa Awet Ribuan Tahun, Ini Jawabannya
Selasa, 03 September 2024 - 18:12 WIB
KAIRO - Tubuh Firaun masih utuh meskipun sudah tenggelam di laut selama waktu yang lama. Selain proses kimiawi sejatinya hal ini sudah diingatkan dalam Al-Qur'an.
"Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus: 92)
Adalah Profesor Michel Durigon menjadi salah satu ilmuwan yang berjasa mengambil sampel organ Firaun pada 1975 di Kairo, Mesir.
Setelah penelitian, sang profesor menemukan bahwa kondisi tubuh Firaun masih utuh meskipun sudah tenggelam di laut selama waktu yang lama.
Bantuan penelitian pun ditawarkan oleh Eropa untuk menganalisis mumi Firaun. Prof. Dr. Maurice Bucaille kemudian menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi tersebut. Jasad Firaun pun dibawa ke Prancis demi penelitian.
Dalam rilis laporannya yang berjudul "Les momies des Pharaons et la midecine" (Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern) disebutkan, hasil penelitian menemukan hal yang mengejutkan bahwa sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah petunjuk bahwa Firaun meninggal karena tenggelam. Jasadnya yang baru dikeluarkan dari laut kemudian segera dibalsem untuk diawetkan. Namun hal ini tetap mengganjal logika sang profesor.
Bagaimana jasad mumi yang sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik kondisinya dibanding mumi-mumi lainnya?
Bucaille kemudian dibantu oleh Ceccaldi dan Durigon. Tim medis akhirnya menemukan bahwa kematian cepat Firaun bukan karena tenggelam melainkan hantaman keras di bagian tengkoraknya.
"Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus: 92)
Adalah Profesor Michel Durigon menjadi salah satu ilmuwan yang berjasa mengambil sampel organ Firaun pada 1975 di Kairo, Mesir.
Setelah penelitian, sang profesor menemukan bahwa kondisi tubuh Firaun masih utuh meskipun sudah tenggelam di laut selama waktu yang lama.
Bantuan penelitian pun ditawarkan oleh Eropa untuk menganalisis mumi Firaun. Prof. Dr. Maurice Bucaille kemudian menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi tersebut. Jasad Firaun pun dibawa ke Prancis demi penelitian.
Dalam rilis laporannya yang berjudul "Les momies des Pharaons et la midecine" (Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern) disebutkan, hasil penelitian menemukan hal yang mengejutkan bahwa sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah petunjuk bahwa Firaun meninggal karena tenggelam. Jasadnya yang baru dikeluarkan dari laut kemudian segera dibalsem untuk diawetkan. Namun hal ini tetap mengganjal logika sang profesor.
Bagaimana jasad mumi yang sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik kondisinya dibanding mumi-mumi lainnya?
Bucaille kemudian dibantu oleh Ceccaldi dan Durigon. Tim medis akhirnya menemukan bahwa kematian cepat Firaun bukan karena tenggelam melainkan hantaman keras di bagian tengkoraknya.
tulis komentar anda