Hidup di Pedalaman Hutan, Suku Ngai Tahu Sukses Kembang Biakan Hewan Purba Ini
Minggu, 17 November 2024 - 11:21 WIB
WELLINGTON - Takahe, burung rawa purba yang tidak bisa terbang asal Selandia Baru dan pernah dianggap punah, kini sukses berkembang biak.
Burung yang fikenal karena bulunya yang berwarna biru dan hijau mencolok dan digambarkan sebagai “ayam disko psikedelik”,
Meskipun takahe pernah diyakini punah, berbagai upaya baru-baru ini telah memicu harapan baru, yang menunjukkan bahwa burung-burung ini memang berkembang biak di alam liar.
Pada bulan Agustus 2023, Departemen Konservasi (DOC) dan suku Ngai Tahu mengambil langkah berani dalam konservasi takahe dengan melepaskan 18 burung langka ini ke wilayah pegunungan Greenstone Station, tanah suku yang dilindungi di Pulau Selatan.
Hanya dalam waktu satu tahun, DOC dengan gembira melaporkan bahwa populasi takahe di tanah ini “berkembang pesat,” dengan delapan dari sepuluh pasangan takahē yang berkembang biak bersarang segera setelah dilepaskan. Beberapa anak burung telah menetas, menandai awal yang menjanjikan bagi keluarga yang baru terbentuk ini.
“Sangat menjanjikan bahwa delapan dari 10 pasang burung mulai bersarang dalam beberapa bulan setelah dilepaskan, melampaui ekspektasi kami dan menunjukkan bahwa mereka cukup mapan untuk berkembang biak,” tutur Manajer Operasi Pemulihan Takahe DOC Deidre Vercoe.
“Kami yakin tujuh hingga 10 anak burung menetas, tetapi beberapa anak burung muda biasanya mati pada minggu-minggu dan bulan-bulan pertama kehidupan karena penyebab alami.”
Burung yang fikenal karena bulunya yang berwarna biru dan hijau mencolok dan digambarkan sebagai “ayam disko psikedelik”,
Meskipun takahe pernah diyakini punah, berbagai upaya baru-baru ini telah memicu harapan baru, yang menunjukkan bahwa burung-burung ini memang berkembang biak di alam liar.
Pada bulan Agustus 2023, Departemen Konservasi (DOC) dan suku Ngai Tahu mengambil langkah berani dalam konservasi takahe dengan melepaskan 18 burung langka ini ke wilayah pegunungan Greenstone Station, tanah suku yang dilindungi di Pulau Selatan.
Hanya dalam waktu satu tahun, DOC dengan gembira melaporkan bahwa populasi takahe di tanah ini “berkembang pesat,” dengan delapan dari sepuluh pasangan takahē yang berkembang biak bersarang segera setelah dilepaskan. Beberapa anak burung telah menetas, menandai awal yang menjanjikan bagi keluarga yang baru terbentuk ini.
“Sangat menjanjikan bahwa delapan dari 10 pasang burung mulai bersarang dalam beberapa bulan setelah dilepaskan, melampaui ekspektasi kami dan menunjukkan bahwa mereka cukup mapan untuk berkembang biak,” tutur Manajer Operasi Pemulihan Takahe DOC Deidre Vercoe.
“Kami yakin tujuh hingga 10 anak burung menetas, tetapi beberapa anak burung muda biasanya mati pada minggu-minggu dan bulan-bulan pertama kehidupan karena penyebab alami.”
tulis komentar anda