Update Vaksin Corona: Rusia Hembuskan Kabar Gembira dari Uji Coba Kontroversial
Kamis, 12 November 2020 - 17:10 WIB
MOSKOW - Pengembang vaksin Sputnik V mengumumkan hasil fase III, dua hari setelah Pfizer dan BioNTech merilis bukti kuat pertama bahwa vaksin dapat melindungi dari infeksi virus Corona . (Baca juga: Anggaran Vaksin Covid-19 Indonesia Capai Rp34,23 T, Sri Mulyani Lapor ke DPR )
Untuk kedua kalinya di pekan ini, para peneliti telah mengumumkan hasil positif untuk tahap manusia terakhir dari uji coba vaksin virus Corona. Kali ini hasil dari uji coba vaksin Rusia yang dijuluki Sputnik V .
Pada 9 November, perusahaan obat yang berbasis di New York, Pfizer, merilis hasil sementara positif dari uji coba fase III vaksin virus CCorona. Ini yang pertama melaporkan dari putaran terakhir pengujian pada manusia. Laporan tersebut sebagai bukti kuat pertama bahwa vaksin dapat mencegah COVID-19.
Saat ini, para pengembang vaksin Rusia yang kontroversial bernama Sputnik V telah mengumumkan, bahwa kandidat vaksin mereka tampaknya sama efektifnya dalam mencegah penyakit.
Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya di Moskow, Rusia dan Dana Investasi Langsung Rusia, dalam siaran persnya mengatakan, analisis sementara dari 20 kasus COVID-19 yang diidentifikasi di antara peserta uji coba telah menemukan fakta bahwa vaksin itu 92% efektif. Analisis tersebut mengamati lebih dari 16.000 sukarelawan -yang menerima vaksin atau plasebo- tiga minggu setelah mereka menerima dosis pertama. Uji coba tersebut telah mendaftarkan total 40.000 peserta, klaim Rusia.
Sebaliknya, analisis awal tim Pfizer didasarkan pada 94 kasus COVID-19 -dan melaporkan keefektifan lebih dari 90%, jika diukur sepekan setelah peserta mendapatkan dosis kedua. Uji coba Pfizer, yang dimulai pada 27 Juli, telah melibatkan lebih dari 43.000 peserta, lebih dari 38.000 di antaranya telah menerima dua dosis saat analisis dilakukan.
Diperlukan Tindak Lanjut
"Rendahnya jumlah kasus yang dilaporkan dalam uji coba Sputnik V berarti kurang ada kepastian bahwa kemanjuran sebenarnya dari vaksin tersebut di atas 90%, dibandingkan dengan analisis Pfizer dan BioNTech," kata Stephen Evans, ahli epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine, dalam sebuah pernyataan kepada UK Science Media Center (SMC).
Dia menambahkan, diperlukan tindak lanjut lebih lanjut, karena hasilnya kompatibel dengan kemanjuran yang jauh lebih rendah -60%- berdasarkan data ini.
Untuk kedua kalinya di pekan ini, para peneliti telah mengumumkan hasil positif untuk tahap manusia terakhir dari uji coba vaksin virus Corona. Kali ini hasil dari uji coba vaksin Rusia yang dijuluki Sputnik V .
Pada 9 November, perusahaan obat yang berbasis di New York, Pfizer, merilis hasil sementara positif dari uji coba fase III vaksin virus CCorona. Ini yang pertama melaporkan dari putaran terakhir pengujian pada manusia. Laporan tersebut sebagai bukti kuat pertama bahwa vaksin dapat mencegah COVID-19.
Saat ini, para pengembang vaksin Rusia yang kontroversial bernama Sputnik V telah mengumumkan, bahwa kandidat vaksin mereka tampaknya sama efektifnya dalam mencegah penyakit.
Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya di Moskow, Rusia dan Dana Investasi Langsung Rusia, dalam siaran persnya mengatakan, analisis sementara dari 20 kasus COVID-19 yang diidentifikasi di antara peserta uji coba telah menemukan fakta bahwa vaksin itu 92% efektif. Analisis tersebut mengamati lebih dari 16.000 sukarelawan -yang menerima vaksin atau plasebo- tiga minggu setelah mereka menerima dosis pertama. Uji coba tersebut telah mendaftarkan total 40.000 peserta, klaim Rusia.
Sebaliknya, analisis awal tim Pfizer didasarkan pada 94 kasus COVID-19 -dan melaporkan keefektifan lebih dari 90%, jika diukur sepekan setelah peserta mendapatkan dosis kedua. Uji coba Pfizer, yang dimulai pada 27 Juli, telah melibatkan lebih dari 43.000 peserta, lebih dari 38.000 di antaranya telah menerima dua dosis saat analisis dilakukan.
Diperlukan Tindak Lanjut
"Rendahnya jumlah kasus yang dilaporkan dalam uji coba Sputnik V berarti kurang ada kepastian bahwa kemanjuran sebenarnya dari vaksin tersebut di atas 90%, dibandingkan dengan analisis Pfizer dan BioNTech," kata Stephen Evans, ahli epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine, dalam sebuah pernyataan kepada UK Science Media Center (SMC).
Dia menambahkan, diperlukan tindak lanjut lebih lanjut, karena hasilnya kompatibel dengan kemanjuran yang jauh lebih rendah -60%- berdasarkan data ini.
tulis komentar anda