Mengapa Black Box Penting buat Investigasi Pesawat Terbang Jatuh?
Sabtu, 09 Januari 2021 - 22:01 WIB
JAKARTA - Kehadiran Black Box penting untuk investigasi jatuhnya pesawat terbang. Tidak terkecuali jatuhnya pesawat terbang Sriwijaya Air B737-500 SJ182. Black box merupakan dua buah boks yang harus ada dalam setiap peswat terbang. Keduanya adalah Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR). Kedua boks itu menyimpan informasi penerbangan dan membantu dalam rekonstruksi berbagai peristiwa yang terjadi di pesawat termasuk kecelakaan pesawat terbang. (Baca juga : Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, Warga Dekat Lokasi: Denger Suara Bom )
Meski disebut Black Box bukan berarti kedua boks tersebut berwarna hitam. Alih-alih kedua box tersebut berwarna oranye. Kebutuhan Black Box dirasa mendesak saat era 1950-an, otoritas transportasi terkait dan investigator kesulitan menemukan penyebab jatuhnya pesawat.
Dari situlah muncul ide untuk memasang alat perekam ke dalam pesawat. Awalnya seluruh informasi yang terjadi di pesawat terekam ke strip logam. Namun berubah ke drive magnetik karena dianggap lebih banyak menyimpan informasi. Seiring waktu dengan informasi yang perlu terus direkam drive magnetik juga diganti dengan sebuah memori chip yang superkuat.
Pertanyaannya mengapa Black Box sangat dibutuhkan untuk investigasi pesawat jatuh? Seperti disebutkan di awal, dua kotak Black Box, yakni perekam suara kokpit (CVR) dan perekam data penerbangan (FDR), merekam semua informasi tentang penerbangan dan membantu merekonstruksi peristiwa yang menyebabkan kecelakaan pesawat.
Selain itu CVR juga merekam transmisi radio dan suara lain di kokpit seperti percakapan antara pilot, suara mesin. Saat bekerja FDR juga mencatat lebih dari 80 jenis informasi seperti ketinggian, kecepatan udara, arah penerbangan, percepatan vertikal, pitch, roll, status autopilot dan lain-lain. (Baca juga : Sriwijaya Air SJ 182 Masih Laik Terbang Meski Berusia Tua )
Lalumengapa Blak Box bisa tidak rusak ketika pesawat jatuh? Black box diketahui disimpan di sebuah tempat yang terbuat dari baja atau titanium. Tempat itu juga terisolasi dari panas ekstrim, dingin dan basah. Agar semakin terlindungi biasanya ditaruh di bagian ujung ekor pesawat. Bagian itu diketahui merupakan tempat yang paling kecil menerima dampak apabila pesawat jatuh. Black box juga dilengkapi dengan suar yang akan mengirimkan sinyal selama tiga puluh hari.
Setelah ditemukan, investigator membutuhkan waktu untuk menganalisa rekaman yang ada di Black Box . Biasanya diperlukan waktu setidaknya 10-15 hari untuk menganalisis data yang dipulihkan dari kotak hitam. Sementara itu, penyidik akan mencari petunjuk lain seperti pencatatan dari personel pengatur lalu lintas udara dan rekaman percakapan Air Traffic Control (ATC) dan pilot beberapa saat sebelum kecelakaan.
Ini akan membantu tim investigasi memahami apakah pilot menyadari bahwa mereka berada dalam situasi yang mengarah pada kemungkinan kecelakaan. Jika memang iya, perlu diketahui apakah pilot sudah melaporkan masalah tersebut atau tidak. Selain itu, penyelidik juga akan melihat berbagai perekam data di bandara, yang akan memberi tahu mereka tentang titik pendaratan yang tepat di landasan pacu dan kecepatan saat pesawat mendarat.
Lihat Juga: Spesifikasi dan Harga Boeing 777-300ER Milik Singapore Airlines yang Mengalami Turbulensi
Meski disebut Black Box bukan berarti kedua boks tersebut berwarna hitam. Alih-alih kedua box tersebut berwarna oranye. Kebutuhan Black Box dirasa mendesak saat era 1950-an, otoritas transportasi terkait dan investigator kesulitan menemukan penyebab jatuhnya pesawat.
Dari situlah muncul ide untuk memasang alat perekam ke dalam pesawat. Awalnya seluruh informasi yang terjadi di pesawat terekam ke strip logam. Namun berubah ke drive magnetik karena dianggap lebih banyak menyimpan informasi. Seiring waktu dengan informasi yang perlu terus direkam drive magnetik juga diganti dengan sebuah memori chip yang superkuat.
Pertanyaannya mengapa Black Box sangat dibutuhkan untuk investigasi pesawat jatuh? Seperti disebutkan di awal, dua kotak Black Box, yakni perekam suara kokpit (CVR) dan perekam data penerbangan (FDR), merekam semua informasi tentang penerbangan dan membantu merekonstruksi peristiwa yang menyebabkan kecelakaan pesawat.
Selain itu CVR juga merekam transmisi radio dan suara lain di kokpit seperti percakapan antara pilot, suara mesin. Saat bekerja FDR juga mencatat lebih dari 80 jenis informasi seperti ketinggian, kecepatan udara, arah penerbangan, percepatan vertikal, pitch, roll, status autopilot dan lain-lain. (Baca juga : Sriwijaya Air SJ 182 Masih Laik Terbang Meski Berusia Tua )
Lalumengapa Blak Box bisa tidak rusak ketika pesawat jatuh? Black box diketahui disimpan di sebuah tempat yang terbuat dari baja atau titanium. Tempat itu juga terisolasi dari panas ekstrim, dingin dan basah. Agar semakin terlindungi biasanya ditaruh di bagian ujung ekor pesawat. Bagian itu diketahui merupakan tempat yang paling kecil menerima dampak apabila pesawat jatuh. Black box juga dilengkapi dengan suar yang akan mengirimkan sinyal selama tiga puluh hari.
Setelah ditemukan, investigator membutuhkan waktu untuk menganalisa rekaman yang ada di Black Box . Biasanya diperlukan waktu setidaknya 10-15 hari untuk menganalisis data yang dipulihkan dari kotak hitam. Sementara itu, penyidik akan mencari petunjuk lain seperti pencatatan dari personel pengatur lalu lintas udara dan rekaman percakapan Air Traffic Control (ATC) dan pilot beberapa saat sebelum kecelakaan.
Ini akan membantu tim investigasi memahami apakah pilot menyadari bahwa mereka berada dalam situasi yang mengarah pada kemungkinan kecelakaan. Jika memang iya, perlu diketahui apakah pilot sudah melaporkan masalah tersebut atau tidak. Selain itu, penyelidik juga akan melihat berbagai perekam data di bandara, yang akan memberi tahu mereka tentang titik pendaratan yang tepat di landasan pacu dan kecepatan saat pesawat mendarat.
Lihat Juga: Spesifikasi dan Harga Boeing 777-300ER Milik Singapore Airlines yang Mengalami Turbulensi
(wsb)
tulis komentar anda