Peneliti: Indonesia Posisi 40 dari 130 Daftar Negara yang Peduli Lingkungan
Kamis, 04 Februari 2021 - 19:05 WIB
JAKARTA - Isu lingkungan masih menjadi pekerjaan rumah yang tak kunjung usai di Indonesia. Pemerintah memang tak bisa sendiri, perlu kontribusi dari berbagai pihak, mulai dari perusahaan hingga individu masyarakat.
Peneliti Senior The World Agroforestry Center (ICRAF) , Beria Leimona, mengatakan bahwa Indonesia berada di posisi ke-40 dari 130 negara di dunia yang peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut memang sangat disayangkan, mengingat alam di Indonesia begitu luas dan indah.
Meski sudah banyak upaya untuk melestarikannya, tetapi rasanya hal tersebut belum mendekati kata cukup. Menurut Beria, masyarakat Indonesia masih menganggap sistem yang dihasilkan alam merupakan hal yang gratis. Padahal, alam membutuhkan usaha besar untuk memberikan jasanya.
"Kita tidak bisa terus-terusan menganggap jasa ekosistem ini gratis. Udara, air, bukan barang gratis yang bisa diambil terus menerus tanpa timbal balik terhadap alam," kata Beria, saat konferensi pers secara virtual, Kamis (4/1).
Beria menganalogikan kepedulian terhadap alam seperti lampu lalu lintas. Ada yang berwarna merah, yakni regulasi yang telah dibuat oleh pemerintah dan harus dipatuhi, khususnya oleh industri dalam menjalankan bisnis.
"Misalnya industri kalau mereka gelontorkan air ke sungai, harus dibersihkan dulu," imbuhnya.
Kemudian pada warna kuning, harus menjaga dan berhati-hati agar tidak melanggar aturan yang ada. Sedangkan warna hijau, industri serta masyarakat harus berkontribusi untuk melestarikan lingkungan. Hal ini harus sebagai inisiatif dan dilihat di luar aturan yang ada.
"Jadi bukan seperti pajak untuk lingkungan. Harus peduli terhadap alam," ujar Beria.
Peneliti Senior The World Agroforestry Center (ICRAF) , Beria Leimona, mengatakan bahwa Indonesia berada di posisi ke-40 dari 130 negara di dunia yang peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut memang sangat disayangkan, mengingat alam di Indonesia begitu luas dan indah.
Meski sudah banyak upaya untuk melestarikannya, tetapi rasanya hal tersebut belum mendekati kata cukup. Menurut Beria, masyarakat Indonesia masih menganggap sistem yang dihasilkan alam merupakan hal yang gratis. Padahal, alam membutuhkan usaha besar untuk memberikan jasanya.
"Kita tidak bisa terus-terusan menganggap jasa ekosistem ini gratis. Udara, air, bukan barang gratis yang bisa diambil terus menerus tanpa timbal balik terhadap alam," kata Beria, saat konferensi pers secara virtual, Kamis (4/1).
Beria menganalogikan kepedulian terhadap alam seperti lampu lalu lintas. Ada yang berwarna merah, yakni regulasi yang telah dibuat oleh pemerintah dan harus dipatuhi, khususnya oleh industri dalam menjalankan bisnis.
"Misalnya industri kalau mereka gelontorkan air ke sungai, harus dibersihkan dulu," imbuhnya.
Kemudian pada warna kuning, harus menjaga dan berhati-hati agar tidak melanggar aturan yang ada. Sedangkan warna hijau, industri serta masyarakat harus berkontribusi untuk melestarikan lingkungan. Hal ini harus sebagai inisiatif dan dilihat di luar aturan yang ada.
"Jadi bukan seperti pajak untuk lingkungan. Harus peduli terhadap alam," ujar Beria.
tulis komentar anda