China Buat Panel Surya di Luar Angkasa Setara Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Kamis, 19 Agustus 2021 - 06:30 WIB
CHINA - China tidak kehabisan energi dalam mengembangkan penemuan-penemuan fantastis. Baru-baru ini dilaporkan Dailymail, China akan mengirimkan rangkaian panel surya berukuran raksasa ke luar angkasa pada 2030.
Dalam peta jalan yang disebutkan Dailymail, setelah mengirimkan panel surya berukuran raksasa, diharapkan pada 2050 bisa mengirimkan energi listrik kembali ke Bumi, khususnya China. Ditargetkan energi listrik yang didapat dari Matahari itu setara dengan energi listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Pad 2060, China sendiri berharap energi listrik yang mereka gunakan bersumber dari panel surya yang ada di luar angkasa itu. Sehingga keinginan mereka untuk mendapatkan energi listrik karbon netral akan tercapai.
Pemerintah China sendiri sebenarnya sudah lama ingin menjalankan rencana itu. Ditandai dengan pembangunan pusat riset dan pengembangan di Heping, Bishan, China. Saat itu China menggelontorkan biaya sebesar USD15,4 juta atau setara Rp220 miliar untuk membangun pusat riset yang akan menemukan cara agar panel surya raksasa itu bisa dikirim ke luar angkasa dan mampu mengirimkan kembali energi listrik secara mandiri ke Bumi.
Hanya saja proyek itu tiba-tiba vakum karena banyak yang pesimis karena proyek itu akan menghambur-hamburkan uang dalam jumlah besar, kelayakan yang kurang memadai dan keamanan teknologi yang belum mumpuni.
Uniknya pada Juni lalu proyek langka itu diaktifkan kembali. Hal ini menurut situs The Star dilakukan karena keinginan China untuk bebas karbon dalam segala aspek pada 2060.
Konsep mengambil energi surya langsung dari luar angkasa sebenarnya pertama kali digagas oleh penulis fiksi ilmiah Isaac Asimov yang menulis sebuah cerita pendek berjudul Reason. Dalam cerita itu dia menuliskan sebuah stasiun luar angkasa yang mengumpulkan energi matahari dan mentransmisikannya ke bumi dan planet lain melalui gelombang sinar mikro.
Dalam peta jalan yang disebutkan Dailymail, setelah mengirimkan panel surya berukuran raksasa, diharapkan pada 2050 bisa mengirimkan energi listrik kembali ke Bumi, khususnya China. Ditargetkan energi listrik yang didapat dari Matahari itu setara dengan energi listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Baca Juga
Pad 2060, China sendiri berharap energi listrik yang mereka gunakan bersumber dari panel surya yang ada di luar angkasa itu. Sehingga keinginan mereka untuk mendapatkan energi listrik karbon netral akan tercapai.
Pemerintah China sendiri sebenarnya sudah lama ingin menjalankan rencana itu. Ditandai dengan pembangunan pusat riset dan pengembangan di Heping, Bishan, China. Saat itu China menggelontorkan biaya sebesar USD15,4 juta atau setara Rp220 miliar untuk membangun pusat riset yang akan menemukan cara agar panel surya raksasa itu bisa dikirim ke luar angkasa dan mampu mengirimkan kembali energi listrik secara mandiri ke Bumi.
Hanya saja proyek itu tiba-tiba vakum karena banyak yang pesimis karena proyek itu akan menghambur-hamburkan uang dalam jumlah besar, kelayakan yang kurang memadai dan keamanan teknologi yang belum mumpuni.
Uniknya pada Juni lalu proyek langka itu diaktifkan kembali. Hal ini menurut situs The Star dilakukan karena keinginan China untuk bebas karbon dalam segala aspek pada 2060.
Konsep mengambil energi surya langsung dari luar angkasa sebenarnya pertama kali digagas oleh penulis fiksi ilmiah Isaac Asimov yang menulis sebuah cerita pendek berjudul Reason. Dalam cerita itu dia menuliskan sebuah stasiun luar angkasa yang mengumpulkan energi matahari dan mentransmisikannya ke bumi dan planet lain melalui gelombang sinar mikro.
Lihat Juga :
tulis komentar anda