Pembalut Wanita dari Limbah Agar-Agar Ini Diklaim Bisa Cegah Kanker Serviks
Sabtu, 04 September 2021 - 22:30 WIB
MALANG - Lima mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) memanfaatkan limbah agar-agar menjadi inti penyerap pembalut wanita. Diklaim bahan-bahan olahan dari limbahtersebut aman, bahkan bisa mencegah terjadinya kanker serviks.
Lima mahasiswa tersebut adalah Galuh Zhafirah Gafnie, Riska Sulistianti Putri, Rafifa Bunga Jashinta, Nur Amalani Saputri, dan Abdul Gafur yang dibiimbing langsung oleh Anies Chamidah.
Mereka terinsipirasi untuk membuat limbah agar-agar menjadi sebuah bahan pembalut untuk mencegah kanker serviks. Sejauh ini, penggunaan bahan sintetis seperti dioxin, pewangi, dan pemutih yang sering diaplikasikan. Padahal bahan-bahan ini memiliki efek samping kurang baik bagi kesehatan tubuh, salah satunya kanker serviks.
Berdasarkan data dan informasi Kemenkes pada 2015, jumlah penderita penyakit kanker serviks di Indonesia mencapai 98.692 kasus, dimana sebagian besar masih termasuk dalam usia subur.
Anggota tim Galuh Zhafirah Gafnie menyebut, limbah agar-agar memiliki kandungan selulosa cukup tinggi, antara 27,38 - 39,45 persen. Kandungan selulosa inilah yang diubah menjadi sebuah hydeogel, yang nantinya akan dicampurkan dengan kitosan. Kitosan sendiri memiliki sifat sebagai antibakteri yang tidak berbau, dan tidak berbahaya bagi tubuh.
“Inti penyerap ini memiliki sifat yang ramah lingkungan, karena dibuat dari pemanfaatan limbah hasil produksi agar-agar dan limbah karapas (kulit) udang, sehingga akan lebih mudah didegradasi oleh bakteri pengurai," ujar Galuh saat saat dikonfirmasi MNC Portal Indonesia, pada Sabtu (4/9/).
Tak hanya itu, bahan kitosan ini juga menjadikan penyerap pembalut aman dari penyebab iritasi dan penyakit lainnya. "Selain itu, inti penyerap ini juga aman bagi pengguna karena terkandung kitosan didalamnya,” ujarnya.
Galuh berharap, penelitian yang dilakukan dapat menjadi solusi atas keresahan yang terjadi di masyarakat. Mengingat sejumlah pembalut yang tersedia di pasaran rentan akan mengandung bahan penyebab kanker serviks. Walaupun sudah ada beberapa alternatif lainnya, seperti menstrual cup dan pembalut kain. Namun mayoritas wanita terutama di Indonesia, masih banyak menggunakan pembalut pada saat menstruasi.
Lima mahasiswa tersebut adalah Galuh Zhafirah Gafnie, Riska Sulistianti Putri, Rafifa Bunga Jashinta, Nur Amalani Saputri, dan Abdul Gafur yang dibiimbing langsung oleh Anies Chamidah.
Mereka terinsipirasi untuk membuat limbah agar-agar menjadi sebuah bahan pembalut untuk mencegah kanker serviks. Sejauh ini, penggunaan bahan sintetis seperti dioxin, pewangi, dan pemutih yang sering diaplikasikan. Padahal bahan-bahan ini memiliki efek samping kurang baik bagi kesehatan tubuh, salah satunya kanker serviks.
Berdasarkan data dan informasi Kemenkes pada 2015, jumlah penderita penyakit kanker serviks di Indonesia mencapai 98.692 kasus, dimana sebagian besar masih termasuk dalam usia subur.
Anggota tim Galuh Zhafirah Gafnie menyebut, limbah agar-agar memiliki kandungan selulosa cukup tinggi, antara 27,38 - 39,45 persen. Kandungan selulosa inilah yang diubah menjadi sebuah hydeogel, yang nantinya akan dicampurkan dengan kitosan. Kitosan sendiri memiliki sifat sebagai antibakteri yang tidak berbau, dan tidak berbahaya bagi tubuh.
“Inti penyerap ini memiliki sifat yang ramah lingkungan, karena dibuat dari pemanfaatan limbah hasil produksi agar-agar dan limbah karapas (kulit) udang, sehingga akan lebih mudah didegradasi oleh bakteri pengurai," ujar Galuh saat saat dikonfirmasi MNC Portal Indonesia, pada Sabtu (4/9/).
Tak hanya itu, bahan kitosan ini juga menjadikan penyerap pembalut aman dari penyebab iritasi dan penyakit lainnya. "Selain itu, inti penyerap ini juga aman bagi pengguna karena terkandung kitosan didalamnya,” ujarnya.
Galuh berharap, penelitian yang dilakukan dapat menjadi solusi atas keresahan yang terjadi di masyarakat. Mengingat sejumlah pembalut yang tersedia di pasaran rentan akan mengandung bahan penyebab kanker serviks. Walaupun sudah ada beberapa alternatif lainnya, seperti menstrual cup dan pembalut kain. Namun mayoritas wanita terutama di Indonesia, masih banyak menggunakan pembalut pada saat menstruasi.
(dan)
tulis komentar anda