Ini Alasan Penggunaan Alkohol untuk Awetkan Sampel di Laboratorium
Minggu, 12 September 2021 - 17:07 WIB
KANSAS - Jika Anda pernah mengunjungi laboratorium atau museum, akan terlihat sejumlah organ tubuh manusia yang diawetkan dalam wadah toples berisi cairan. Ternyata cairan tersebut adalah alkohol dengan konsentrasi tinggi sehingga mengawetkan organ tersebut.
Para ilmuwan telah mengandalkannya tehnik ini sejak tahun 1600-an untuk melestarikan spesimen atau organ yang sedang diteliti. Jika dilakukan dengan benar, tehnik ini dapat mempertahankan sampel selama ratusan tahun, menurut Museum Sejarah Alam Amerika.
"Alkohol adalah racun bagi jenis mikroorganisme yang akan menyebabkan pembusukan," kata Bill Carroll, asisten profesor kimia di Indiana University Bloomington, mengatakan kepada Live Science.
Dia menggunakan anggur sebagai contoh, yang dibuat karena ragi memakan gula dari anggur dan kemudian menghasilkan alkohol. Kandungan alkohol sekitar 14% dapat membantu menunda pertumbuhan bakteri selama bertahun-tahun.
Namun untuk mengawetkan bahan organik lain seperti DNA, jaringan tubuh, atau sampel hewan dibutuhkan konsentrasi alkohol yang lebih tinggi, kata Katherine Maslenikov, manajer koleksi ikan di Museum Burke di Seattle.
Maslenikov biasanya mengandalkan alkohol , khususnya etanol, untuk penyimpanan jangka panjang untuk beberapa sampel jaringan untuk menganalisis DNA. Kemudian spesimen ikan direndam dalam toples berisi alkohol 70% dan air 30%.
"Air dalam larutan akan membuat jaringan tetap terhidrasi, yang membantu hewan atau spesimen mempertahankan bentuknya, dan alkohol untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri," katanya.
Mungkin sulit untuk memutuskan berapa persen alkohol yang akan digunakan karena jika terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat mempengaruhi bentuk dan fleksibilitas sampel. Kemampuannya untuk mengawetkan sampel dalam larutan juga akan terpengaruh.
Para ilmuwan telah mengandalkannya tehnik ini sejak tahun 1600-an untuk melestarikan spesimen atau organ yang sedang diteliti. Jika dilakukan dengan benar, tehnik ini dapat mempertahankan sampel selama ratusan tahun, menurut Museum Sejarah Alam Amerika.
"Alkohol adalah racun bagi jenis mikroorganisme yang akan menyebabkan pembusukan," kata Bill Carroll, asisten profesor kimia di Indiana University Bloomington, mengatakan kepada Live Science.
Dia menggunakan anggur sebagai contoh, yang dibuat karena ragi memakan gula dari anggur dan kemudian menghasilkan alkohol. Kandungan alkohol sekitar 14% dapat membantu menunda pertumbuhan bakteri selama bertahun-tahun.
Namun untuk mengawetkan bahan organik lain seperti DNA, jaringan tubuh, atau sampel hewan dibutuhkan konsentrasi alkohol yang lebih tinggi, kata Katherine Maslenikov, manajer koleksi ikan di Museum Burke di Seattle.
Maslenikov biasanya mengandalkan alkohol , khususnya etanol, untuk penyimpanan jangka panjang untuk beberapa sampel jaringan untuk menganalisis DNA. Kemudian spesimen ikan direndam dalam toples berisi alkohol 70% dan air 30%.
"Air dalam larutan akan membuat jaringan tetap terhidrasi, yang membantu hewan atau spesimen mempertahankan bentuknya, dan alkohol untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri," katanya.
Mungkin sulit untuk memutuskan berapa persen alkohol yang akan digunakan karena jika terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat mempengaruhi bentuk dan fleksibilitas sampel. Kemampuannya untuk mengawetkan sampel dalam larutan juga akan terpengaruh.
tulis komentar anda