Perangi COVID-19, Ini Saran Para Profesional Lingkungan untuk Pemerintah
Minggu, 31 Mei 2020 - 16:03 WIB
YOGYAKARTA - Dilihat dari sisi sains, praktik pencegahan dan pengendalian COVID-19 tidak bisa terlepas dari kondisi lingkungan hidup . Semakin baik kualitasnya maka semakin tinggi pula ketangguhan diri keluarga dan imunitasnya. (Baca juga: Wilayahnya Masuk Zona Hijau, 102 Kepala Daerah Boleh Buka Aktivitas )
Beberapa studi menginformasikan buruknya kualitas udara juga berpengaruh terhadap tingkat imunitas seseorang. "Artinya,semakin buruk imunitas seseorang, maka semakin rentan terhadap virus di sekitarnya, kata Ketua Umum Profesional Lingkungan yang juga Sekjen Komnas HAM, Tasdiyanto dalam jumpa persnya bertemakan 'Merajut Solusi Pandemi Berbasis Rekayasa Ekologi' melalui konferensi video di Kota Yogyakarta, DIY, Sabtu (30/5/2020).
Peningkatan limbah medis, lanjut Tasdiyanto, juga berpotensi menularkan penyakit jika tidak terkelola dengan baik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sendiri telah mengeluarkan surat edaran mengenai pengelolaan limbah infeksius, termasuk limbah dari penanganan pasien Covid-19 di fasilitas kesehatan.
"Menurut surat edaran, pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga dari penanganan COVID-19 perlu dikelola sebagai limbah B3, sekaligus untuk mengendalikan dan memutus penularan," ucapnya.
Sejauh ini, sambung dia, pengelolaan limbah B3 masih merujuk pada teknologi incenerator yang belum seutuhnya efisien dan ramah lingkungan. Di sisi lain, praktik pencegahan dan pengendalian tidak bisa dilepaskan dari kondisi lingkungan hidup kita.
"Semakin baik kualitas lingkungan hidup di sekitar kita maka semakin tinggi pula ketangguhan diri keluarga dan imunitas kita. Beberapa studi menginformasikan buruknya kualitas udara juga berpengaruh terhadap tingkat imunitas seseorang," paparnya dalam jumpa pers yang dihadiri pakar lingkungan Prof I Wayan Budiyasa Suyasa, Prof Pranoto, Novi Fitria, Anhar Karmadiputra, dan Esrom H Panjaitan.
Begitu juga dengan pemanfaatan air bersih sebagai media pendukung daya tahan tubuh seseorang. "Berkurangnya cairan dalam tubuh atau dehidrasi juga menjadikan orang rentan terkena virus. Sajian air minum yang berkualitas hasil rekayasa teknologi akan berkontribusi pula dalam pencegahan dan pengendalian virus. Artinya, proses pemulihan pascapandemik COVID-19 sangat erat berhubungan dengan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang tersedia," katanya lagi.
Profesional lingkungan ikut terpanggil untuk memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan. Pihaknya menyadari lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak asasi setiap umat manusia. Profesional lingkungan hadir dari berbagai kompetensi lingkungan yang tersebar di seluruh Indonesia mendorong lahirnya inovasi dan rekayasa untuk penanganan, pencegahan, dan pengandalian COVID-19.
Beberapa studi menginformasikan buruknya kualitas udara juga berpengaruh terhadap tingkat imunitas seseorang. "Artinya,semakin buruk imunitas seseorang, maka semakin rentan terhadap virus di sekitarnya, kata Ketua Umum Profesional Lingkungan yang juga Sekjen Komnas HAM, Tasdiyanto dalam jumpa persnya bertemakan 'Merajut Solusi Pandemi Berbasis Rekayasa Ekologi' melalui konferensi video di Kota Yogyakarta, DIY, Sabtu (30/5/2020).
Peningkatan limbah medis, lanjut Tasdiyanto, juga berpotensi menularkan penyakit jika tidak terkelola dengan baik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sendiri telah mengeluarkan surat edaran mengenai pengelolaan limbah infeksius, termasuk limbah dari penanganan pasien Covid-19 di fasilitas kesehatan.
"Menurut surat edaran, pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga dari penanganan COVID-19 perlu dikelola sebagai limbah B3, sekaligus untuk mengendalikan dan memutus penularan," ucapnya.
Sejauh ini, sambung dia, pengelolaan limbah B3 masih merujuk pada teknologi incenerator yang belum seutuhnya efisien dan ramah lingkungan. Di sisi lain, praktik pencegahan dan pengendalian tidak bisa dilepaskan dari kondisi lingkungan hidup kita.
"Semakin baik kualitas lingkungan hidup di sekitar kita maka semakin tinggi pula ketangguhan diri keluarga dan imunitas kita. Beberapa studi menginformasikan buruknya kualitas udara juga berpengaruh terhadap tingkat imunitas seseorang," paparnya dalam jumpa pers yang dihadiri pakar lingkungan Prof I Wayan Budiyasa Suyasa, Prof Pranoto, Novi Fitria, Anhar Karmadiputra, dan Esrom H Panjaitan.
Begitu juga dengan pemanfaatan air bersih sebagai media pendukung daya tahan tubuh seseorang. "Berkurangnya cairan dalam tubuh atau dehidrasi juga menjadikan orang rentan terkena virus. Sajian air minum yang berkualitas hasil rekayasa teknologi akan berkontribusi pula dalam pencegahan dan pengendalian virus. Artinya, proses pemulihan pascapandemik COVID-19 sangat erat berhubungan dengan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang tersedia," katanya lagi.
Profesional lingkungan ikut terpanggil untuk memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan. Pihaknya menyadari lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak asasi setiap umat manusia. Profesional lingkungan hadir dari berbagai kompetensi lingkungan yang tersebar di seluruh Indonesia mendorong lahirnya inovasi dan rekayasa untuk penanganan, pencegahan, dan pengandalian COVID-19.
tulis komentar anda