Ahli Temukan 63 Fosil Elang Purba yang Teror Australia 25 Juta Tahun Lalu

Selasa, 28 September 2021 - 08:07 WIB
Ilustrasi dari elang dari pemburu koala purba yang meneror Australia 25 juta tahun yang lalu. Foto/Artwork courtesy of J. Blokland/Flinders University
JAKARTA - Ahli paleontologi menemukan 63 tulang fosil elang pemburu koala purba saat melakukan ekspedisi ke Danau Pinpa, sebuah danau garam di timur Flinders Ranges di Australia Selatan.

Setelah memeriksa tulang secara menyeluruh, tim menamai spesies elang yang baru ditemukan itu dengan nama Archaehierax sylvestris. Raptor kuno ini tidak memiliki keturunan langsung yang hidup hari ini.

Dilansir Live Science, Selasa (28/9/2021), tulang-tulang yang ditemukan itu berasal dari zaman Oligosen, dari 33,9 juta hingga 23 juta tahun yang lalu. Spesimen A. sylvestris mewakili fosil elang tertua yang pernah ditemukan di Australia.





"Sebagai predator puncak, spesies elang lebih sedikit dari yang mereka mangsa. Jadi ada sedikit kemungkinan fosil mereka bisa ditemukan," kata penulis pertama Ellen Mather, seorang mahasiswa doktoral di Flinders University di Adelaide, Australia, mengatakan kepada Live Science melalui email.

Saat ini, Danau Pinpa sagat sedikit menampung air dan berada di dalam lanskap bukit pasir yang jarang rumput dan pepohonan. Kondisi ini berbeda ketika jutaan tahun lalu saat elang menguasai wilayah tersebut, kata penulis senior Trevor Worthy, ahli paleontologi vertebrata dan profesor di Flinders University, kepada Live Science melalui email.

Ketika tim Worthy pertama kali menemukan fosil A. sylvestris pada 2016, mereka tahu kalau mereka menemukan hal yang luar biasa. Di antara fragmen tulang pertama yang mereka gali, tim menemukan cakar dan tulang kaki bagian bawah yang disebut tarsometatarsus yang mengungkapkan bahwa spesimen itu adalah seekor elang.



Meskipun fosil elang umumnya sulit didapat namun di situs penggalian tertentu, fosil itu relatif umum, kata Mather. Misalnya, di La Brea Tar Pits di Los Angeles, fosil elang dan pemangsa lainnya akan mudah ditemukan.

"Namun, ini tidak terjadi di Danau Pinpa, di mana tidak ada fitur khusus dari lingkungan yang mendukung pelestarian fosil predator itu. Kami beruntung bisa menemukan fosil ini, kata Mather.
(ysw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More