Antibodi Ilama Mampu Melawan Varian Baru COVID-19
Kamis, 09 Desember 2021 - 18:25 WIB
MINIATUR antibodi Ilama yang biasa disebut nanobodi ternyata mampu melawan varian baru COVID-19 atau SARS-CoV-2. Penemuan ini menjadi angin segar di tengah ancaman varian baru SARS-CoV-2 yang sedang meningkat dan dinilai berpotensi lebih berbahaya.
Ilmuwan Rockefeller Michael P Rout dan Brian T Chait dari Seattle Children's Research Institute menemukan bahwa nanobodi terbukti mampu menetralkan virus corona dan beberapa variannya, termasuk Delta, dengan kemanjuran tinggi dalam tes laboratorium. Studi ini menilai potensi nanobodi cukup besar untuk menetralisir varian Omicron yang sedang berkembang.
Para peneliti berharap kombinasi nanobodi dapat dikembangkan menjadi pengobatan COVID-19 yang efektif terhadap varian yang ada saat ini dan di masa depan. "Berdasarkan cara nanobodi mengikat virus, kami berharap banyak ini akan efektif (melawan COVID-19), bahkan mungkin melawan Omicron," kata Rout dalam jurnal eLife yang dikutip sciencedaily, Kamis (9/12/2021).
Ilama adalah binatang berambut tipis spesies camelidae dari Amerika Selatan. Ilama juga biasa digunakan sebagai pengangkut barang oleh masyarakat Inka dan sekitar pegununungan Andes. (Baca juga; Omicron vs Delta, Mana yang Lebih Mudah Menular dan Menginfeksi Penyintas Covid-19? )
Nanobodi diperoleh dari imunisasi yang disuntikan ke tubuh Ilama. Antibodi manusia terdiri dari formasi chunky dari dua rantai protein. Nah, pada llama, unta, dan spesies lain dari keluarga Camelidae, antibodi hanya terdiri dari satu protein.
Untuk mendapatkan nanobodi, para peneliti mengambil sampel darah dari llama yang telah menerima dosis kecil protein virus corona yang mirip dengan vaksin. Mereka kemudian mengurutkan DNA yang sesuai dengan beragam nanobodi yang dihasilkan sistem kekebalan llama.
Kemudian mengekspresikan gen ini pada bakteri untuk menghasilkan sejumlah besar nanobodi untuk analisis laboratorium. Nanobodi yang menunjukkan sifat atau kemampuan yang baik kemudian dipilih dan diuji lebih lanjut. Ini untuk mengidentifikasi mana yang paling mampu menetralkan virus.
Ukuran nanobodi yang kecil memungkinkan mengakses titik-titik yang sulit dijangkau pada virus SARS-CoV-2. Ini juga memungkinkan para peneliti untuk menggabungkan nanobodies yang mampu mengenai bagian-bagian berbeda dari virus, meminimalkan peluangnya untuk lolos atau berkembang biak.
"Salah satu hal paling menakjubkan yang kami amati dengan nanobodi adalah sinergi yang luar biasa. Efek gabungan jauh lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya," kata Chait. Rencana para peneliti selanjutnya adalah menguji keamanan dan kemanjuran nanobodi pada binatang. (Baca juga; Ilmuwan Temukan Varian Omicron Versi Siluman )
Selain kecil dan gesit, nanobodi juga murah untuk diproduksi massal dalam ragi atau bakteri. Selain itu, mereka sangat stabil. Kemampuan molekul-molekul ini untuk menahan suhu tinggi dan waktu penyimpanan yang lama, berarti mereka dapat dikembangkan menjadi obat yang dapat diakses di berbagai tempat di seluruh dunia.
Ilmuwan Rockefeller Michael P Rout dan Brian T Chait dari Seattle Children's Research Institute menemukan bahwa nanobodi terbukti mampu menetralkan virus corona dan beberapa variannya, termasuk Delta, dengan kemanjuran tinggi dalam tes laboratorium. Studi ini menilai potensi nanobodi cukup besar untuk menetralisir varian Omicron yang sedang berkembang.
Para peneliti berharap kombinasi nanobodi dapat dikembangkan menjadi pengobatan COVID-19 yang efektif terhadap varian yang ada saat ini dan di masa depan. "Berdasarkan cara nanobodi mengikat virus, kami berharap banyak ini akan efektif (melawan COVID-19), bahkan mungkin melawan Omicron," kata Rout dalam jurnal eLife yang dikutip sciencedaily, Kamis (9/12/2021).
Ilama adalah binatang berambut tipis spesies camelidae dari Amerika Selatan. Ilama juga biasa digunakan sebagai pengangkut barang oleh masyarakat Inka dan sekitar pegununungan Andes. (Baca juga; Omicron vs Delta, Mana yang Lebih Mudah Menular dan Menginfeksi Penyintas Covid-19? )
Nanobodi diperoleh dari imunisasi yang disuntikan ke tubuh Ilama. Antibodi manusia terdiri dari formasi chunky dari dua rantai protein. Nah, pada llama, unta, dan spesies lain dari keluarga Camelidae, antibodi hanya terdiri dari satu protein.
Untuk mendapatkan nanobodi, para peneliti mengambil sampel darah dari llama yang telah menerima dosis kecil protein virus corona yang mirip dengan vaksin. Mereka kemudian mengurutkan DNA yang sesuai dengan beragam nanobodi yang dihasilkan sistem kekebalan llama.
Kemudian mengekspresikan gen ini pada bakteri untuk menghasilkan sejumlah besar nanobodi untuk analisis laboratorium. Nanobodi yang menunjukkan sifat atau kemampuan yang baik kemudian dipilih dan diuji lebih lanjut. Ini untuk mengidentifikasi mana yang paling mampu menetralkan virus.
Ukuran nanobodi yang kecil memungkinkan mengakses titik-titik yang sulit dijangkau pada virus SARS-CoV-2. Ini juga memungkinkan para peneliti untuk menggabungkan nanobodies yang mampu mengenai bagian-bagian berbeda dari virus, meminimalkan peluangnya untuk lolos atau berkembang biak.
"Salah satu hal paling menakjubkan yang kami amati dengan nanobodi adalah sinergi yang luar biasa. Efek gabungan jauh lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya," kata Chait. Rencana para peneliti selanjutnya adalah menguji keamanan dan kemanjuran nanobodi pada binatang. (Baca juga; Ilmuwan Temukan Varian Omicron Versi Siluman )
Selain kecil dan gesit, nanobodi juga murah untuk diproduksi massal dalam ragi atau bakteri. Selain itu, mereka sangat stabil. Kemampuan molekul-molekul ini untuk menahan suhu tinggi dan waktu penyimpanan yang lama, berarti mereka dapat dikembangkan menjadi obat yang dapat diakses di berbagai tempat di seluruh dunia.
(wib)
tulis komentar anda