Ilmuwan Ungkap Kiamat Lingkungan Tidak Bisa Dihentikan dengan Cara Ini
Kamis, 27 Januari 2022 - 23:02 WIB
JAKARTA - Penelitian terbaru menyebutkan, inovasi untuk membuat atap hijau dengan tanaman yang digadang-gadang sebagai cara untuk mencegah dunia kiamat tidak cukup untuk mengurangi dampak cuaca ekstrem.
Namun, tim ilmuwan yang dipimpin oleh peneliti Universitas Cardiff telah menunjukkan bahwa sebagian besar kota di seluruh dunia tidak akan mampu mengurangi kejadian gelombang panas dan banjir pada saat yang sama melalui metode tersebut.
Penulis utama studi, Dr Mark Cuthbert, dari Sekolah Ilmu Bumi dan Lingkungan Universitas Cardiff, mengatakan, penelitian kami menemukan bahwa kemampuan penghijauan kota untuk mengurangi banjir lokal dan panas berlebih tidak otomatis berhasil dilakukan di beberapa daerah.
"Daerah perkotaan masing-masing memiliki iklim unik yang menimbulkan risiko signifikan. Terlebih lagi karena perubahan iklim meningkatkan kemungkinan dan tingkat keparahan peristiwa cuaca ekstrem," katanya dikutip dari Express, Kamis (27/1/2022).
Dalam studi mereka, tim menggunakan model iklim global dan informasi cuaca dari 175 kota di seluruh dunia yang mencakup 15 tahun pengamatan harian, dari tahun 2000 hingga 2015.
Data ini digunakan bersama dengan teori yang diambil dari ilmu tanah untuk menghitung infiltrasi air ke dalam tanah. Ini bertindak seperti spons untuk mengurangi limpasan air hujan, dan penguapan air dari tanaman, yang dapat menginduksi efek pendinginan yang diinginkan.
Dr Cuthbert mengatakan, kondisi iklim lokal dan regional secara signifikan berdampak pada kapasitas tanah perkotaan dan pertumbuhan tanaman untuk secara bersamaan bertahan melawan banjir dan pemanasan ekstrem.
Namun, tim ilmuwan yang dipimpin oleh peneliti Universitas Cardiff telah menunjukkan bahwa sebagian besar kota di seluruh dunia tidak akan mampu mengurangi kejadian gelombang panas dan banjir pada saat yang sama melalui metode tersebut.
Penulis utama studi, Dr Mark Cuthbert, dari Sekolah Ilmu Bumi dan Lingkungan Universitas Cardiff, mengatakan, penelitian kami menemukan bahwa kemampuan penghijauan kota untuk mengurangi banjir lokal dan panas berlebih tidak otomatis berhasil dilakukan di beberapa daerah.
"Daerah perkotaan masing-masing memiliki iklim unik yang menimbulkan risiko signifikan. Terlebih lagi karena perubahan iklim meningkatkan kemungkinan dan tingkat keparahan peristiwa cuaca ekstrem," katanya dikutip dari Express, Kamis (27/1/2022).
Dalam studi mereka, tim menggunakan model iklim global dan informasi cuaca dari 175 kota di seluruh dunia yang mencakup 15 tahun pengamatan harian, dari tahun 2000 hingga 2015.
Data ini digunakan bersama dengan teori yang diambil dari ilmu tanah untuk menghitung infiltrasi air ke dalam tanah. Ini bertindak seperti spons untuk mengurangi limpasan air hujan, dan penguapan air dari tanaman, yang dapat menginduksi efek pendinginan yang diinginkan.
Dr Cuthbert mengatakan, kondisi iklim lokal dan regional secara signifikan berdampak pada kapasitas tanah perkotaan dan pertumbuhan tanaman untuk secara bersamaan bertahan melawan banjir dan pemanasan ekstrem.
Lihat Juga :
tulis komentar anda