Perkembangan Senjata Menggunakan Robot
Rabu, 30 Maret 2022 - 17:55 WIB
Senjata laser bisa dipasang di kendaraan lapis baja, kapal perang, jet tempur, dan drone sebagai sistem pertahanan udara, juga untuk mengganggu operasional kendaraan musuh. "Senjata robot maupun laser ini masih dalam taraf konvensional karena menghancurkan secara fisik," terang Dhany.
Menurut alumnus ITS 1997 ini, senjata robot dan laser banyak diunggulkan negara-negara yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO). Senjata robot, kata dia, bertujuan mengurangi resiko kematian pasukan, sedangkan senjata laser mengurangi senjata yang memiliki munisi.
"Kalau munisi ini dia bahan kimia dan bahan peledak dan pemelihranya makan biaya. Kalau pakai laser daya rusak lebih besar sama seperti yang ada munisinya. Tidak semua negara punya senjata seperti ini karena butuh pembangkitan energi yang besar. Sehingga cahaya (laser) tersebut bisa memotong logam," katanya.
Terkait pengembangan senjata di negara-negara maju, lanjut Dhanyy angkanya cukup fantastis. Dia mencontohkan Amerika Serikat (AS) yang anggarannya untuk persenjataannya mencapai Rp100 triliun dalam setahun.
"Yang sekarang berlomba-lomba dalam hal besarnya anggaran persenjataan, selain Amerika Serikat, China tentunya. Akibatnya muncul saling tuduh. China dianggap mau invasi karena anggaranya besar. Sebaliknya juga demikian," terangnya.
Menurutnya, secara tidak langsung ada dampak dari belanja persenjataan ini karena itu merupakan bagian dari penggerak roda perekonimian. Antara lain, membuka lapangan pekerjaan. Selain itu, teknologi dari kalangan sipil juga bisa dimanfaatkan.
"Di Indonesia sendiri sejak beberapa tahun tahun terakhir ini anggaran (belanja senjata) naik. Dan itu menimbulkan pertanyaan dari negara tetangga. Anda mau apa. Sebab, anggaran pertahanan ini mau tidak mau bisa diartikan macam-macam," ujarnya.
Menurut alumnus ITS 1997 ini, senjata robot dan laser banyak diunggulkan negara-negara yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO). Senjata robot, kata dia, bertujuan mengurangi resiko kematian pasukan, sedangkan senjata laser mengurangi senjata yang memiliki munisi.
"Kalau munisi ini dia bahan kimia dan bahan peledak dan pemelihranya makan biaya. Kalau pakai laser daya rusak lebih besar sama seperti yang ada munisinya. Tidak semua negara punya senjata seperti ini karena butuh pembangkitan energi yang besar. Sehingga cahaya (laser) tersebut bisa memotong logam," katanya.
Terkait pengembangan senjata di negara-negara maju, lanjut Dhanyy angkanya cukup fantastis. Dia mencontohkan Amerika Serikat (AS) yang anggarannya untuk persenjataannya mencapai Rp100 triliun dalam setahun.
"Yang sekarang berlomba-lomba dalam hal besarnya anggaran persenjataan, selain Amerika Serikat, China tentunya. Akibatnya muncul saling tuduh. China dianggap mau invasi karena anggaranya besar. Sebaliknya juga demikian," terangnya.
Menurutnya, secara tidak langsung ada dampak dari belanja persenjataan ini karena itu merupakan bagian dari penggerak roda perekonimian. Antara lain, membuka lapangan pekerjaan. Selain itu, teknologi dari kalangan sipil juga bisa dimanfaatkan.
"Di Indonesia sendiri sejak beberapa tahun tahun terakhir ini anggaran (belanja senjata) naik. Dan itu menimbulkan pertanyaan dari negara tetangga. Anda mau apa. Sebab, anggaran pertahanan ini mau tidak mau bisa diartikan macam-macam," ujarnya.
Baca Juga
tulis komentar anda