Ukiran Grafiti Bergambar Tak Senonoh di Batu Benteng Kuno, Cara Prajurit Romawi Lampiaskan Amarah
Rabu, 01 Juni 2022 - 19:26 WIB
LONDON - Penemuan grafiti di atas batu bergambar lingga (alat kelamin pria) dan kata-kata kasar di dalam benteng Romawi kuno membikin para ilmuwan terbelalak. Tampaknya grafiti itu diukir oleh seorang tentara Romawi melampiaskan amarahnya terhadap seorang kawan (tentara juga) bernama Secundinus dengan kata-kata sarkas.
Ciri menonjol dari batu itu adalah grafiti yang melingkar menampilkan ukiran lingga, tetapi peneliti lebih tertarik pada tulisan yang menyertainya. Para ahli mengakui frasa "SECUNDINUS CACOR" sebagai singkatan dari "Secundinus cacator," yang diterjemahkan menjadi "Secundinus, si bajingan,".
“Penulisnya jelas memiliki masalah besar dengan Secundinus dan cukup percaya diri untuk mengumumkan pemikiran mereka secara terbuka,” kata Andrew Birley, direktur penggalian dan CEO Vindolanda Charitable Trust dikutip SINDOnews dari laman LiveScience, Rabu (1/6/2022).
Batu yang lebarnya 40 cm dan tinggi 15 cm, ditemukan di reruntuhan benteng Romawi di selatan Tembok Hadrian pada 19 Mei 2022 di Vindolanda oleh Dylan Herbert, arkeolog dan pensiunan ahli biokimia dari Wales. Benteng ini berfungsi sebagai perbatasan Kekaisaran Romawi di utara, dibangun untuk melindungi Britania Romawi melawan Picts di Kaledonia (terdiri dari Skotlandia modern dan beberapa Inggris utara).
Para arkeolog memperkirakan ukiran grafiti di batu itu dibuat sekitar abad ketiga Masehi. Ukiran lingga sudah biasa ditemukan di Kekaisaran Romawi. Ini merupakan ukiran lingga ke-13 yang ditemukan di Vindolanda.
Pada Juni 2021, ukiran penunggang kuda yang telanjang dan anggotanya yang terbuka juga ditemukan di Vindolanda. Menurut sejumlah keterangan, lingga biasanya diukir sebagai simbol keberuntungan atau kesuburan, bukan konotasi negatif.
Untuk itu, para ilmuwan merasa sangat terkejut melihat ukiran lingga dengan frasa yang menyertainya mengandung kalimat penghinaan yang kasar. “Tapi (ukiran lingga) yang satu ini benar-benar membuat kami heran ketika kami menguraikan pesan (berisi kalimat penghinaan) di atas batu itu,” ujar Birley.
Grafiti yang baru ditemukan ini jelas dimaksudkan sebagai penghinaan, sehingga mengejutkan para peneliti. Kedalaman garis yang diukir pada batu menunjukkan bahwa sang penulis menghabiskan banyak waktu mengerjakannya dan menyimpan rasa benci yang mendalam terhadap Secundinus.
Kemudian batu berisi grafiti penghinaan itu ditempatkan di lokasi yang terlihat dalam benteng menjadi salah satu cara paling efektif untuk mempermalukan seseorang pada saat itu. Ukiran batu itu, jika ditarik ke era internet saat ini, itu setara dengan menjelek-jelekkan seseorang di media sosial.
Ciri menonjol dari batu itu adalah grafiti yang melingkar menampilkan ukiran lingga, tetapi peneliti lebih tertarik pada tulisan yang menyertainya. Para ahli mengakui frasa "SECUNDINUS CACOR" sebagai singkatan dari "Secundinus cacator," yang diterjemahkan menjadi "Secundinus, si bajingan,".
“Penulisnya jelas memiliki masalah besar dengan Secundinus dan cukup percaya diri untuk mengumumkan pemikiran mereka secara terbuka,” kata Andrew Birley, direktur penggalian dan CEO Vindolanda Charitable Trust dikutip SINDOnews dari laman LiveScience, Rabu (1/6/2022).
Batu yang lebarnya 40 cm dan tinggi 15 cm, ditemukan di reruntuhan benteng Romawi di selatan Tembok Hadrian pada 19 Mei 2022 di Vindolanda oleh Dylan Herbert, arkeolog dan pensiunan ahli biokimia dari Wales. Benteng ini berfungsi sebagai perbatasan Kekaisaran Romawi di utara, dibangun untuk melindungi Britania Romawi melawan Picts di Kaledonia (terdiri dari Skotlandia modern dan beberapa Inggris utara).
Para arkeolog memperkirakan ukiran grafiti di batu itu dibuat sekitar abad ketiga Masehi. Ukiran lingga sudah biasa ditemukan di Kekaisaran Romawi. Ini merupakan ukiran lingga ke-13 yang ditemukan di Vindolanda.
Pada Juni 2021, ukiran penunggang kuda yang telanjang dan anggotanya yang terbuka juga ditemukan di Vindolanda. Menurut sejumlah keterangan, lingga biasanya diukir sebagai simbol keberuntungan atau kesuburan, bukan konotasi negatif.
Untuk itu, para ilmuwan merasa sangat terkejut melihat ukiran lingga dengan frasa yang menyertainya mengandung kalimat penghinaan yang kasar. “Tapi (ukiran lingga) yang satu ini benar-benar membuat kami heran ketika kami menguraikan pesan (berisi kalimat penghinaan) di atas batu itu,” ujar Birley.
Grafiti yang baru ditemukan ini jelas dimaksudkan sebagai penghinaan, sehingga mengejutkan para peneliti. Kedalaman garis yang diukir pada batu menunjukkan bahwa sang penulis menghabiskan banyak waktu mengerjakannya dan menyimpan rasa benci yang mendalam terhadap Secundinus.
Kemudian batu berisi grafiti penghinaan itu ditempatkan di lokasi yang terlihat dalam benteng menjadi salah satu cara paling efektif untuk mempermalukan seseorang pada saat itu. Ukiran batu itu, jika ditarik ke era internet saat ini, itu setara dengan menjelek-jelekkan seseorang di media sosial.
(wib)
tulis komentar anda