Fenomena Api Biru di Kawah Ijen, Apakah Berbahaya?
Rabu, 17 Agustus 2022 - 15:05 WIB
JAKARTA - Kawah Ijen merupakan fenomena alam yang sangat indah yang berada di Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur. Kawah Ijen menyajkan fenomena alam berupa api biru yang indah sekaligus mengundang rasa penasaran wisatawan.
Fenomena alam api biru Kawah Ijen menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Lantas, apakah fenomena api biru di kawasan Kawah Ijen tersebut berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut?
Ahli Vulkanologi, Surono menjelaskan bahwa jika dari sumber kawah tersebut mengeluarkan gas, seketika pada malam hari akan terang berwarna. Dari sumber tersebut, dialirkan melalui pipa untuk proses sublimasi.
"Sublimasi itu perubahan dari gas ke padat, dari gas belerang ke belerang yang padat, dari H2S ke belerang," ujarnya saat dihubungi MPI Selasa (16/8/2022).
Dia melanjutkan, dari berbagai sumber yang ada dikawah tersebut seperti gas belerang, uap air, belerang, serta karbon. Dalam proses itu, belum terlihat biru.
“Karena cahaya sudah ada (siang hari), Kalau malam hari kondisi udaranya terbakar. Nah begitu masuk pipa pada malam hari, disana gas dominan adalah sulfur, sehingga pada saat dia kena oksigen dalam temperatur tinggi itu, yang kebakar adalah sulfur, maka yang nampak adalah nyala biru,” jelasnya.
Menurut Surono, fenomena ini sama seperti apa yang terjadi saat masak melalui kompor gas. Hal itu berbeda jika memasak melalui kompor minyak tanah, yang menghasilkan api pada kompor yang berwarna merah.
"Sama dengan kalau kita bakar gas di kompor kita beda dengan minyak, maka dia merah, saat gas pembakaran murni maka dia nyala biru," papar Surono.
Fenomena alam api biru Kawah Ijen menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Lantas, apakah fenomena api biru di kawasan Kawah Ijen tersebut berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut?
Ahli Vulkanologi, Surono menjelaskan bahwa jika dari sumber kawah tersebut mengeluarkan gas, seketika pada malam hari akan terang berwarna. Dari sumber tersebut, dialirkan melalui pipa untuk proses sublimasi.
"Sublimasi itu perubahan dari gas ke padat, dari gas belerang ke belerang yang padat, dari H2S ke belerang," ujarnya saat dihubungi MPI Selasa (16/8/2022).
Dia melanjutkan, dari berbagai sumber yang ada dikawah tersebut seperti gas belerang, uap air, belerang, serta karbon. Dalam proses itu, belum terlihat biru.
“Karena cahaya sudah ada (siang hari), Kalau malam hari kondisi udaranya terbakar. Nah begitu masuk pipa pada malam hari, disana gas dominan adalah sulfur, sehingga pada saat dia kena oksigen dalam temperatur tinggi itu, yang kebakar adalah sulfur, maka yang nampak adalah nyala biru,” jelasnya.
Menurut Surono, fenomena ini sama seperti apa yang terjadi saat masak melalui kompor gas. Hal itu berbeda jika memasak melalui kompor minyak tanah, yang menghasilkan api pada kompor yang berwarna merah.
"Sama dengan kalau kita bakar gas di kompor kita beda dengan minyak, maka dia merah, saat gas pembakaran murni maka dia nyala biru," papar Surono.
tulis komentar anda