WHO Catat 15.000 Orang Tewas Akibat Cuaca Panas di Eropa
Rabu, 09 November 2022 - 21:43 WIB
JAKARTA - Sedikitnya 15.000 orang tewas di Eropa akibat panas ekstrem tahun ini, dengan Spanyol dan Jerman yang paling parah terkena dampaknya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Juni hingga Agustus adalah bulan-bulan terpanas di Eropa sejak pencatatan dimulai dan suhu yang sangat tinggi memicu kekeringan terburuk sejak Abad Pertengahan.
“Berdasarkan data nasional yang dipaparkan selama ini, diperkirakan 15.000 orang akan meninggal akibat suhu panas pada 2022.
"Hampir 4.000 kematian tercatat di Spanyol, lebih dari 1.000 di Portugal, lebih dari 3.200 di Inggris (UK) dan sekitar 4.500 kematian di Jerman dilaporkan oleh otoritas kesehatan selama tiga bulan," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari AFP Rabu (9/11/2022).
Angka itu diperkirakan akan meningkat karena lebih banyak negara melaporkan kematian terkait panas berlebih.
Kekeringan yang terjadi menyebabkan sektor pertanian di Eropa menurun, menyebabkan kebakaran hutan dan memberikan tekanan parah pada jaringan listrik benua itu.
Gelombang panas yang pecah antara Juni dan Juli tahun lalu yang menyebabkan suhu naik tajam hingga 40 derajat Celcius di Inggris untuk pertama kalinya juga menyumbang 24.000 kematian berlebih di Eropa.
Gelombang panas membuat suhu mencapai 40 derajat celcius menerjang Benua Eropa. Berdasarkan perkiraan World Meterological Organization (WMO), gelombang panas ini bisa terjadi hingga berdekade-dekade.
Pola gelombang panas ini dipicu oleh kontribusi manusia pada pemanasan global. WMO juga memperkirakan gelombang panas ekstrem ini akan berdampak besar pada sektor agrikultur.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Juni hingga Agustus adalah bulan-bulan terpanas di Eropa sejak pencatatan dimulai dan suhu yang sangat tinggi memicu kekeringan terburuk sejak Abad Pertengahan.
“Berdasarkan data nasional yang dipaparkan selama ini, diperkirakan 15.000 orang akan meninggal akibat suhu panas pada 2022.
"Hampir 4.000 kematian tercatat di Spanyol, lebih dari 1.000 di Portugal, lebih dari 3.200 di Inggris (UK) dan sekitar 4.500 kematian di Jerman dilaporkan oleh otoritas kesehatan selama tiga bulan," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari AFP Rabu (9/11/2022).
Angka itu diperkirakan akan meningkat karena lebih banyak negara melaporkan kematian terkait panas berlebih.
Kekeringan yang terjadi menyebabkan sektor pertanian di Eropa menurun, menyebabkan kebakaran hutan dan memberikan tekanan parah pada jaringan listrik benua itu.
Gelombang panas yang pecah antara Juni dan Juli tahun lalu yang menyebabkan suhu naik tajam hingga 40 derajat Celcius di Inggris untuk pertama kalinya juga menyumbang 24.000 kematian berlebih di Eropa.
Gelombang panas membuat suhu mencapai 40 derajat celcius menerjang Benua Eropa. Berdasarkan perkiraan World Meterological Organization (WMO), gelombang panas ini bisa terjadi hingga berdekade-dekade.
Pola gelombang panas ini dipicu oleh kontribusi manusia pada pemanasan global. WMO juga memperkirakan gelombang panas ekstrem ini akan berdampak besar pada sektor agrikultur.
(wbs)
tulis komentar anda