Misteri 10 Mumi Buaya Keramat Berusia 2.300 Tahun di Mesir
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para arkeolog di Mesir terkejut dengan penemuan terbaru ini: mumi buaya . Mumi itu ditemukan saat mereka melakukan penggalian makam. Tiba-tiba, tujuh makan muncul dari dalam pasir. Di dalamnya, ternyata para arkeolog dihadapkan pada jenis mumi yang sangat berbeda.
Penggalian situs pemakaman itu ada di Qubbat al-Hawa. Tepatnya, di sepanjang Sungai Nil di Aswan. Demikian menurut penelitian di jurnal PLOS One.
Situs pemakaman tersebut berisi sejumlah makam potongan batu yang diketahui tempat para raja atau bangsawan dimakamkan.
Para peneliti mengungkap puing-puing itu berasal dari kekaisaran Bizantium, yang memerintah dari tahun 330 hingga 1453 M.
Di bawah puing-puing makam, mereka menemukan tujuh kuburan batu kecil. Sederhana dan tidak berdekorasi. Dan di dalam satu makam kecil, para arkeolog menemukan 10 mumi buaya. Tapi, mereka tidak mengerti untuk apa buaya-buaya itu diawetkan.
Salah satu kuburan berisi lima “tubuh buaya yang tidak lengkap”. Juga, lima kepala buaya.
Buaya terbesar diperkirakan memiliki panjang 3,5 meter, dan yang terkecil diperkirakan memiliki panjang 1,8 meter, menurut penelitian tersebut. Jika dilihat dari jenis pengawetan dan kurangnya resin dan ter, para arkeolog memperkirakan mumi tersebut setidaknya berusia 2.300 tahun.
Mumi buaya itu dikubur sebelum periode Ptolemeus, yang dimulai sekitar 330 SM. Mumi buaya terlengkap, buaya #5, memiliki panjang 2,1 meter dan terbungkus daun lontar.
Di dalam perutnya, para peneliti menemukan batu yang disebut gastrolit, sisa-sisa kulit telur dari kadal kecil atau ular yang mungkin dimakan reptil. Juga, serangga.
Mumi terlengkap kedua, buaya #4, sangat terpelihara dengan baik. Bahkan, moncongnya masih memiliki sisik. Rongga mata buaya juga masih punya jaringan lunak di dalamnya.
Kelima tengkorak buaya memiliki kondisi yang berbeda-beda. Termasuk juga kualitas pengawetannya. Ada tengkorak paling awet yang masih memiliki kulit di lubang hidung dan moncongnya. Tapi, ada juga tengkorak buaya lain yang menunjukkan tanda-tanda dipotong dan dipukul, kemungkinan dari proses mumifikasi.
Penggalian situs pemakaman itu ada di Qubbat al-Hawa. Tepatnya, di sepanjang Sungai Nil di Aswan. Demikian menurut penelitian di jurnal PLOS One.
Situs pemakaman tersebut berisi sejumlah makam potongan batu yang diketahui tempat para raja atau bangsawan dimakamkan.
Para peneliti mengungkap puing-puing itu berasal dari kekaisaran Bizantium, yang memerintah dari tahun 330 hingga 1453 M.
Di bawah puing-puing makam, mereka menemukan tujuh kuburan batu kecil. Sederhana dan tidak berdekorasi. Dan di dalam satu makam kecil, para arkeolog menemukan 10 mumi buaya. Tapi, mereka tidak mengerti untuk apa buaya-buaya itu diawetkan.
Salah satu kuburan berisi lima “tubuh buaya yang tidak lengkap”. Juga, lima kepala buaya.
Buaya terbesar diperkirakan memiliki panjang 3,5 meter, dan yang terkecil diperkirakan memiliki panjang 1,8 meter, menurut penelitian tersebut. Jika dilihat dari jenis pengawetan dan kurangnya resin dan ter, para arkeolog memperkirakan mumi tersebut setidaknya berusia 2.300 tahun.
Mumi buaya itu dikubur sebelum periode Ptolemeus, yang dimulai sekitar 330 SM. Mumi buaya terlengkap, buaya #5, memiliki panjang 2,1 meter dan terbungkus daun lontar.
Di dalam perutnya, para peneliti menemukan batu yang disebut gastrolit, sisa-sisa kulit telur dari kadal kecil atau ular yang mungkin dimakan reptil. Juga, serangga.
Mumi terlengkap kedua, buaya #4, sangat terpelihara dengan baik. Bahkan, moncongnya masih memiliki sisik. Rongga mata buaya juga masih punya jaringan lunak di dalamnya.
Kelima tengkorak buaya memiliki kondisi yang berbeda-beda. Termasuk juga kualitas pengawetannya. Ada tengkorak paling awet yang masih memiliki kulit di lubang hidung dan moncongnya. Tapi, ada juga tengkorak buaya lain yang menunjukkan tanda-tanda dipotong dan dipukul, kemungkinan dari proses mumifikasi.