Uranium Jadi Alasan Jerman Ogah Kirim Senjata ke Ukraina

Minggu, 29 Januari 2023 - 18:58 WIB
loading...
Uranium Jadi Alasan Jerman Ogah Kirim Senjata ke Ukraina
Alasan Jerman ogah kirim senjata ke Ukraina karena Komponen proteksi yang dimaksud mengandung Depleted Uranium, dan tidak dapat diekspor bahkan ke sekutu utama AS sekalipun. FOTO/ REUTERS
A A A
BERLIN - Keputusan Amerika Serikat dan sekutunya mengirim senjata canggihnya harus menelan pil pahit. Pasalnya Uranium dan beberapa komponen canggih telah dikuasai Rusia.



Berbeda dengan Jerman yang masih ragu untuk merestui pengiriman Main Battle Tank (MBT) Leopard 2 ke Ukraina, sebaliknya Amerika Serikat mantab untuk mengirim MBT M1 Abrams (belum diketahui variannya) ke laga Perang di Ukraina, persisnya.

Presiden Joe Biden secara resmi telah mengumumkan rencana pengiriman 31 unit MBT Abrams untuk angkatan bersenjata Ukraina.

Dikutip dari TheDrive, banyak perhatian yang dicurahkan sebelum Abrams benar-benar dikirim ke Ukraina. Di antaranya adalah kekhawatiran tentang bagaimana komponen elektronik Abrams yang kompleks, ditambah sistem propulsi turbin gas yang membuat MBT ini sangat sulit untuk dioperasikan dan dirawat.

Bukan itu saja, kekhawatrian yang mengemuka juga mencakup konfigurasi proteksi. Sesuai kebijakan pertahanan yang dikeluarkan Pentagon, bahwa setiap M1 Abrams yang dijual ke luar negeri harus dalam konfigurasi atau varian eskpor.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh paket proteksi lapis baja yang sangat rahasia yang secara khusus hanya ada pada M1 Abrams milik militer AS.

Komponen proteksi yang dimaksud mengandung Depleted Uranium, dan tidak dapat diekspor bahkan ke sekutu utama AS sekalipun.

Seperti diberitakan Reuters, energi listrik dari nuklir merupakan yang termurah di AS. Pasokan uranium dari Rusia menjaga tarif listrik di AS tetap murah.

AS memang sangat ketergantungan pasokan uranium dari Rusia dan sekutunya, yaitu Kazakhstan dan Uzbekistan. Setengah dari uranium yang diperlukan untuk menghidupkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di AS berasal dari Rusia dan sekutunya, jumlahnya 22,8 juta pound (10,3 juta kg) di 2020. Uranium ini menghasilkan 20% listrik di AS.

Saat ini AS dan para sekutunya telah memberlakukan sejumlah sanksi untuk Rusia, karena serangannya ke Ukraina. Meskipun dalam sanksi tersebut tetap membolehkan penjualan uranium dan transaksi keuangan terkait penjualan tersebut.

National Energy Institute (NEI), sebuah grup perdagangan tenaga listrik nuklir di AS, diberitakan sumber Reuters melobi pihak kepresidenan AS untuk tetap membolehkan impor nuklir dari Rusia.

"Industri tenaga nuklir AS kecanduan uranium Rusia," kata sumber tersebut.

Uranium digunakan sebagai bahan bakar di dalam reaktor untuk mencapai fisi nuklir untuk merebus air, dan menghasilkan uap yang memutar turbin untuk menghasilkan listrik.

Tidak ada produksi atau pemrosesan uranium di AS saat ini, meskipun beberapa perusahaan mengatakan mereka ingin melanjutkan produksi dalam negeri jika mereka dapat menandatangani kontrak pasokan jangka panjang dengan produsen tenaga nuklir. Texas dan Wyoming memiliki cadangan uranium yang besar.

Australia dan Kanada juga memiliki cadangan uranium yang besar dan kemampuan pemrosesan yang memadai. Tapi Rusia dan sekutunya adalah produsen dengan harga termurah.

Penggunaan uranium Rusia oleh industri tenaga nuklir AS kemungkinan akan memicu pertanyaan lebih lanjut tentang di mana dan bagaimana AS mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasok produk-produk berteknologi tinggi dan energi terbarukan.

Produksi uranium Rusia dikendalikan oleh Rosatom, sebuah perusahaan milik negara yang dibentuk oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2007. Perusahaan tersebut merupakan sumber pendapatan penting bagi negara.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6021 seconds (0.1#10.140)