Takut Dikirim ke Rusia, AS Pantau Bom EMP Korut dari Antariksa

Senin, 30 Januari 2023 - 17:34 WIB
loading...
Takut Dikirim ke Rusia,...
Amerika Serikat (AS) mengklaim negara bersenjata nuklir itu memasok roket dan rudal ke kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner. FOTO/ RISING BD
A A A
MOSCOW - Amerika Serikat menuding Korea Utara berencana memasok senjata paling mematikannya ke Rusia untuk berperang dengan Ukraina.



Tuduhan itu muncul ketika Amerika Serikat (AS) mengklaim negara bersenjata nuklir itu memasok roket dan rudal ke kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner.

AS awal bulan ini menyebut kelompok Wagner sebagai organisasi kriminal transnasional dan menuduh kesepakatan senjatanya dengan Pyongyang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.

Menurut Juru Bicara Keamanan Nasional AS John Kirby, Gedung Putih menunjukkan gambar-gambar intelijen AS tentang gerbong Rusia yang memasuki Korea Utara dan mengambil muatan roket dan rudal infanteri sebelum kembali ke Rusia.

Dalam pernyataan resmi Kantor Berita Pusat Korea, seorang pejabat senior Korea Utara menolak tuduhan tersebut dan memperingatkan bahwa AS akan menghadapi konsekuensi yang sangat tidak diinginkan jika terus menyebarkan rumor tersebut.

Direktur Jenderal Departemen Urusan AS, Kwon Jong Gun mengatakan, tudingan tersebut berusaha menodai citra Korea Utara dengan mengada-ada yang tidak ada.

Ia mengatakan, itu adalah provokasi besar yang tidak bisa dibiarkan dan tidak bisa.

"Upaya bodoh untuk membenarkan tawaran senjata ke Rusia," katanya.

Mengutip Independent, bom nuklir EMP (Electromagnetic Pulse ) milik Korut itu diprediksi mampu membunuh 90 persen orang AS dalam satu tahun.

Bagaimana serangan EMP berlangsung? Menurut dua orang mantan komisi khusus EMP, Dr. William R. Graham dan Dr. Peter Vincent Pry, senjata itu bisa meledakkan bom hidrogen yang dikirim oleh misil atau bahkan dari satelit di ketinggian 30 hingga 400 km.

Ledakan itu menciptkan gelombang elektromagnetik yang bisa memutus jaringan listrik seantero AS.

Tak hanya itu, seluruh perangkat listrik bisa tak berfungsi. Tak ada lampu, tak ada komputer, tak ada telepon, tak ada internet. Bahkan mobil pun tak bisa digunakan.

Dengan lemari pendingin tak berfungsi, akibatnya makanan mudah busuk. Ujung-ujungnya ancaman kelaparan ada di depan mata. Belum lagi akses air bersih, lalu lintas kacau dan transaksi keuangan gagal. Seluruh AS jadi karut-marut yang berakhir dengan kehancuran.

Graham adalah fisikawan dan merupakan penasihat sains di masa Presiden Ronald Reagan dan juga pernah memimpin NASA.

Sementara Pry adalah mantan CIA yang dulunya bertanggung jawab untuk menganalisis Soviet serta strategi nuklir Rusia. Ia sempat menjabat beberapa badan kongres AS terkait keamanan.

Dalam pernyataan keduanya, mereka menemukan indikasi bahwa Korut tengah mempersiapkan nuklir EMP sekitar enam bulan lalu.

"Setelah kegagalan intelijen besar-besaran yang sangat meremehkan kemampuan rudal jarak jauh Korea Utara, jumlah senjata nuklir, miniaturisasi hulu ledak, dan Bom-H, ancaman terbesar Korea Utara adalah serangan EMP nuklir yang AS tidak diketahui," kata pernyataan keduanya.

Keduanya lantas meminta Kongres untuk melindungi jaringan listrik AS. Serta memperingatkan untuk meningkatkan sistem pertahanan misil balistik AS.

Sistem pertahanan misil balistik AS didesain untuk menahan serangan Korea Utara yang mendekat AS dari arah Kutub Utara saja. Sementara, dari arah Kutub Selatan, AS belum membuat pertahanan, sehingga sangat mungkin Korut menyerang dari situ.

Ancaman serangan nuklir EMP rupanya juga pernah diungkapkan oleh salah satu pendiri komisi EMP, yang juga dari Partai Republik, Curt Weldon.

Pada bulan lalu, Weldon menulis opini di The Hill mengatakan, "Serangan nuklir EMP akan menghancurkan semua peralatan elektronik, menyebabkan pesawat jatuh, menghentikan lampu lalu lintas dan merusak jaringan listrik. Infrastruktur manusia modern dengan mudah luluh lantak akibat serangan ini. Perlahan-lahan, jutaan orang akan tewas, penyakit berkembang biak dan komunitas pun hancur."

Adapun Graham dan Pry mengatakan, Korea Utara diduga memiliki lebih dari 60 senjata nuklir. Pyongyang juga memiliki misil balistik lintas benua yang mampu mencapai Denver dan Chicago.

"Dan mungkin misil itu bisa mencapai seluruh kota di AS," ujar keduanya. "Rezim Kim Jong-un sudah mengembangkan bom hidrogen setingkat senjata thermonuklir yang dimiliki AS."

Mantan ahli roket NASA, James Oberg juga memiliki ketakutan senada dengan Weldon, Graham dan Pry. Sebelumnya, ia pernah memperingatkan bahwa rezim Kim Jong-um bisa menggunakan satelit untuk membawa hulu ledak nuklir dan meledakkannya di atas AS.

Selain Suriah dan Rusia, Korea Utara adalah satu-satunya negara yang mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk, dua wilayah separatis yang didukung Rusia di timur Ukraina.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1441 seconds (0.1#10.140)