Vladimir Putin Sebut AS Paksa Rusia Gunakan Bom Nuklir
loading...
A
A
A
MOSCOW - Meskipun Rusia memiliki beragam senjata nuklir, namun Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan tak akan menggunakannya. Putin menuduh Barat telah memelopori perang global untuk menghancurkan Rusia.
Sehari setelah kunjungan kejutan Presiden AS Joe Biden ke Ukraina, Presiden Putin mengumumkan Rusia akan membatalkan perjanjian pengendalian senjata nuklir dengan Amerika Serikat yang ditandatangani pada 2010.
Ia mengatakan Rusia tidak sepenuhnya menarik diri dari perjanjian itu, serta menekankan negaranya bukan yang akan "menyerang pertama" dengan senjata nuklir.
Tapi ia menegaskan sudah menginstruksikan badan otoritas nuklir di Rusia untuk memastikan negaranya siap untuk menguji senjata nuklir jika diperlukan.
"Tentu saja kami tidak akan jadi negara pertama yang melakukannya. Tapi jika AS melakukan tes nuklir, AS paksa dan kami juga akan melakukannya," kata Putin dalam pidato tahunannya seperti dilansir ABC News, Kamis (23/2/2023).
Soal perang Ukraina, ia kembali memberikan pembenarannya, dengan mengatakan pasukan Rusia membela kepentingan rakyatnya di Donbas dan "memusnahkan ancaman neo-Nazi".
Dia mengatakan Rusia telah melakukan apa saja untuk menghindari perang, tetapi Ukraina yang didukung Barat sudah berencana menyerang Krimea yang dikuasai Rusia, yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.
Vladimir Putin telah mengerahkan Armada Utara Rusia dengan senjata nuklir taktis untuk pertama kalinya sejak era Soviet dan mengirim pembom nuklir dalam penerbangan yang berlangsung lebih dari tujuh jam.
Kapal Pyotr Velikiy hanya salah satu dari empat kapal yang mirip dari kelasnya yang pernah muncul dalambeberapa dekade terakhir. Sekarang, Moskow menghidupkan kembali kapal itu dengan “adik-adik”-nya, termasuk kapal Laksamana Nakhimov.
Selama Perang Dingin, Rusia membangun empat kapal perang raksasa dengan panjang 252 meter dan berat 28 ribu ton. Kapal Pyotr Velikiy telahmenjadi ancaman bagi armada kapal induk Angkatan Laut AS.
Dengan runtuhnya Uni Soviet, Rusia mengeluarkan dana besar untuk membiayai perawatan kapal-kapal perang terbesar itu.
Kapal Laksamana Nakhimov yang dilengkapi rudal nuklir sedang mengalami modernisasi di pelabuhan Severodvinsk. Kapal Nakhimov pertama memasuki layanan pada tahun 1988, tetapi telah berkarat di dermaga selama 15 tahun terakhir.
Namun, media Rusia melaporkan bahwa,kapal itu akan kembali beroperasi pada akhir tahun depan dengan senjata baru yang mematikan.
Untuk mengakomodasi rudal-rudal tersebut, Rusia berencana untuk merombak sistem peluncuran vertikal kapal. Menurut catatan Navyrecognation.com, kontrak untuk perombakan itu saja nilainya 2,56 miliar rubel, atau sekitar USD33,5 juta.
Kremlin belum secara resmi mengkonfirmasi penghidupan kapal-kapal perang terbesarnya itu. Belum jelas, apa tujuan Rusia mengaktifkan kembali kapal-kapal bertenaga nukir tersebut.
Sehari setelah kunjungan kejutan Presiden AS Joe Biden ke Ukraina, Presiden Putin mengumumkan Rusia akan membatalkan perjanjian pengendalian senjata nuklir dengan Amerika Serikat yang ditandatangani pada 2010.
Ia mengatakan Rusia tidak sepenuhnya menarik diri dari perjanjian itu, serta menekankan negaranya bukan yang akan "menyerang pertama" dengan senjata nuklir.
Tapi ia menegaskan sudah menginstruksikan badan otoritas nuklir di Rusia untuk memastikan negaranya siap untuk menguji senjata nuklir jika diperlukan.
"Tentu saja kami tidak akan jadi negara pertama yang melakukannya. Tapi jika AS melakukan tes nuklir, AS paksa dan kami juga akan melakukannya," kata Putin dalam pidato tahunannya seperti dilansir ABC News, Kamis (23/2/2023).
Soal perang Ukraina, ia kembali memberikan pembenarannya, dengan mengatakan pasukan Rusia membela kepentingan rakyatnya di Donbas dan "memusnahkan ancaman neo-Nazi".
Dia mengatakan Rusia telah melakukan apa saja untuk menghindari perang, tetapi Ukraina yang didukung Barat sudah berencana menyerang Krimea yang dikuasai Rusia, yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.
Vladimir Putin telah mengerahkan Armada Utara Rusia dengan senjata nuklir taktis untuk pertama kalinya sejak era Soviet dan mengirim pembom nuklir dalam penerbangan yang berlangsung lebih dari tujuh jam.
Kapal Pyotr Velikiy hanya salah satu dari empat kapal yang mirip dari kelasnya yang pernah muncul dalambeberapa dekade terakhir. Sekarang, Moskow menghidupkan kembali kapal itu dengan “adik-adik”-nya, termasuk kapal Laksamana Nakhimov.
Selama Perang Dingin, Rusia membangun empat kapal perang raksasa dengan panjang 252 meter dan berat 28 ribu ton. Kapal Pyotr Velikiy telahmenjadi ancaman bagi armada kapal induk Angkatan Laut AS.
Dengan runtuhnya Uni Soviet, Rusia mengeluarkan dana besar untuk membiayai perawatan kapal-kapal perang terbesar itu.
Kapal Laksamana Nakhimov yang dilengkapi rudal nuklir sedang mengalami modernisasi di pelabuhan Severodvinsk. Kapal Nakhimov pertama memasuki layanan pada tahun 1988, tetapi telah berkarat di dermaga selama 15 tahun terakhir.
Namun, media Rusia melaporkan bahwa,kapal itu akan kembali beroperasi pada akhir tahun depan dengan senjata baru yang mematikan.
Untuk mengakomodasi rudal-rudal tersebut, Rusia berencana untuk merombak sistem peluncuran vertikal kapal. Menurut catatan Navyrecognation.com, kontrak untuk perombakan itu saja nilainya 2,56 miliar rubel, atau sekitar USD33,5 juta.
Kremlin belum secara resmi mengkonfirmasi penghidupan kapal-kapal perang terbesarnya itu. Belum jelas, apa tujuan Rusia mengaktifkan kembali kapal-kapal bertenaga nukir tersebut.
(wbs)