Studi: Tumbuhan Berteriak Saat Dipotong, Stres, atau Tidak Disiram!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Studi terbaru yang ditemukan para ilmuwan bikin bergidik: ternyata tumbuhan bisa mengeluarkan suara bernada tinggi yang tidak dapat didengar manusia. Uniknya lagi, suara “teriakkan” tersebut muncul saat mereka sedang stres, terinfeksi, dipotong. Ilmuwan meyakini, serangga dan hewan lain dapat mendengar dan mengartikan suara tersebut.
Tentu saja, hasil studi ini akan membuat Anda bertanya-tanya apakah sudah menyiram tanaman hari ini?
Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal peer-review Cell pada hari Kamis (31/3). Hasil studi itu mengungkap, suara-suara ini kira-kira sama dengan volume percakapan manusia normal. Tetapi bernada sangat tinggi sehingga kita tidak dapat mendengarnya.
“Manusia biasanya mendengar hingga 16 kilohertz. Suara ini sebagian besar antara 40 dan 80 kilohertz,” kata Lilach Hadany, penulis senior studi dan ahli biologi evolusi dan ahli teori di Universitas Tel Aviv, kepada Insider.
Hadany mengatakan, ada kemungkinan suara-suara ini dapat membantu beberapa hewan seperti kelelawar, ngengat, dan tikus memahami kondisi tumbuhan dan spesies tumbuhan.
Sebaliknya, tanaman yang tidak stres hampir tenang. Tapi, jika kebisingan telah ada selama ini, mengapa kita baru mempelajarinya sekarang?
“Saya pikir Anda hanya perlu mencarinya," kata Hadany. “Anda memerlukan peralatan khusus seperti mikrofon ultrasonik untuk merekam suara,” tambahnya.
Hadany, dua mahasiswa bernama Itzhak Khait dan Ohad Lewin-Epstein, serta ilmuwan lain dari Universitas Tel Aviv, MIT, dan Harvard, menemukan bahwa tomat, tembakau, dan kaktus memancarkan “suara ultrasonik yang sangat singkat”.
“Rata-rata mereka mengeluarkan kurang dari satu suara per jam,” kata Hanady.
Tetapi ketika mereka stres, “mereka membuat lebih banyak suara—dan terjadi saat Anda memotong bagian tubuh tanaman dan saat mengalami kekeringan,” katanya.
Belum begitu jelas bagaimana tanaman membuat suara ini, tetapi para ilmuwan menduga itu adalah proses pasif yang terkait dengan kavitasi. Kavitasi adalah kondisi saat tanaman yang stres meletuskan gelembung udara dalam sistem sirkulasinya yang menyebabkan getaran.
“Studi kami mengarah ke hal ini,” katanya seraya menyebut tumbuhan yang berbeda menghasilkan suara yang berbeda
Untuk menguji seberapa banyak informasi yang terkandung dalam suara-suara ini, para ilmuwan mencatat tanaman tomat, tembakau, dan kaktus ketika mereka sehat atau stres karena kekeringan, infeksi, dan pemotongan.
Ketika mereka memasukkan perpustakaan suara ini ke komputer, para ilmuwan menemukan bahwa mesin tersebut mampu membedakan tanaman yang stres dari tanaman yang sehat. Komputer juga mampu membedakan suara dari berbagai jenis stres, bahkan dari berbagai jenis tumbuhan, kata Hadany.
“Kita bisa memisahkan antara suara yang dipancarkan tomat dan tembakau, antara tomat dan kaktus, juga antara tomat potong dan tomat kering, tomat agak kering dan tomat sangat kering,” ujarnya.
Menurutnya hal ini mungkin sangat membantu untuk pertanian. Misalnya, tanaman tomat mengeluarkan suara stres sebelum mulai terlihat dehidrasi, kata Hadany.
“Saya tidak bermaksud bahwa itu akan menggantikan pemantauan visual tanaman, tetapi pada akhirnya saya berpikir bahwa kombinasi pemantauan visual dan akustik bisa lebih kuat," katanya.
Hadany mengatakan dia dan rekan-rekannya mengaku sedang menulis paten untuk mengatur irigasi menggunakan informasi akustik.
Tapi, apakah ini berarti tanaman punya perasaan atau bisa merasakan sakit? Ditanya hal tersebut, Hadany mengatakan bahwa tidak ada bukti definitif sampai saat ini bahwa tanaman memiliki “perasaan” yang sama seperti manusia.
“Saya pikir kita belum sampai di sana,” katanya. “Kita tidak bisa mengatakan bahwa tanaman merasakan stres dan karena itu mengeluarkan suara. Mungkin saja suara dibuat secara pasif, seperti proses fisik,”tutupnya.
Tentu saja, hasil studi ini akan membuat Anda bertanya-tanya apakah sudah menyiram tanaman hari ini?
Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal peer-review Cell pada hari Kamis (31/3). Hasil studi itu mengungkap, suara-suara ini kira-kira sama dengan volume percakapan manusia normal. Tetapi bernada sangat tinggi sehingga kita tidak dapat mendengarnya.
“Manusia biasanya mendengar hingga 16 kilohertz. Suara ini sebagian besar antara 40 dan 80 kilohertz,” kata Lilach Hadany, penulis senior studi dan ahli biologi evolusi dan ahli teori di Universitas Tel Aviv, kepada Insider.
Hadany mengatakan, ada kemungkinan suara-suara ini dapat membantu beberapa hewan seperti kelelawar, ngengat, dan tikus memahami kondisi tumbuhan dan spesies tumbuhan.
Sebaliknya, tanaman yang tidak stres hampir tenang. Tapi, jika kebisingan telah ada selama ini, mengapa kita baru mempelajarinya sekarang?
“Saya pikir Anda hanya perlu mencarinya," kata Hadany. “Anda memerlukan peralatan khusus seperti mikrofon ultrasonik untuk merekam suara,” tambahnya.
Hadany, dua mahasiswa bernama Itzhak Khait dan Ohad Lewin-Epstein, serta ilmuwan lain dari Universitas Tel Aviv, MIT, dan Harvard, menemukan bahwa tomat, tembakau, dan kaktus memancarkan “suara ultrasonik yang sangat singkat”.
“Rata-rata mereka mengeluarkan kurang dari satu suara per jam,” kata Hanady.
Tetapi ketika mereka stres, “mereka membuat lebih banyak suara—dan terjadi saat Anda memotong bagian tubuh tanaman dan saat mengalami kekeringan,” katanya.
Belum begitu jelas bagaimana tanaman membuat suara ini, tetapi para ilmuwan menduga itu adalah proses pasif yang terkait dengan kavitasi. Kavitasi adalah kondisi saat tanaman yang stres meletuskan gelembung udara dalam sistem sirkulasinya yang menyebabkan getaran.
“Studi kami mengarah ke hal ini,” katanya seraya menyebut tumbuhan yang berbeda menghasilkan suara yang berbeda
Untuk menguji seberapa banyak informasi yang terkandung dalam suara-suara ini, para ilmuwan mencatat tanaman tomat, tembakau, dan kaktus ketika mereka sehat atau stres karena kekeringan, infeksi, dan pemotongan.
Ketika mereka memasukkan perpustakaan suara ini ke komputer, para ilmuwan menemukan bahwa mesin tersebut mampu membedakan tanaman yang stres dari tanaman yang sehat. Komputer juga mampu membedakan suara dari berbagai jenis stres, bahkan dari berbagai jenis tumbuhan, kata Hadany.
“Kita bisa memisahkan antara suara yang dipancarkan tomat dan tembakau, antara tomat dan kaktus, juga antara tomat potong dan tomat kering, tomat agak kering dan tomat sangat kering,” ujarnya.
Menurutnya hal ini mungkin sangat membantu untuk pertanian. Misalnya, tanaman tomat mengeluarkan suara stres sebelum mulai terlihat dehidrasi, kata Hadany.
“Saya tidak bermaksud bahwa itu akan menggantikan pemantauan visual tanaman, tetapi pada akhirnya saya berpikir bahwa kombinasi pemantauan visual dan akustik bisa lebih kuat," katanya.
Hadany mengatakan dia dan rekan-rekannya mengaku sedang menulis paten untuk mengatur irigasi menggunakan informasi akustik.
Tapi, apakah ini berarti tanaman punya perasaan atau bisa merasakan sakit? Ditanya hal tersebut, Hadany mengatakan bahwa tidak ada bukti definitif sampai saat ini bahwa tanaman memiliki “perasaan” yang sama seperti manusia.
“Saya pikir kita belum sampai di sana,” katanya. “Kita tidak bisa mengatakan bahwa tanaman merasakan stres dan karena itu mengeluarkan suara. Mungkin saja suara dibuat secara pasif, seperti proses fisik,”tutupnya.
(dan)