Vaksin Buatan Oxford dan AstraZeneca Masuki Fase Terakhir dan Siap Uji Coba
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak ilmuwan di dunia masih terus mencoba mencari vaksin dari virus Corona . Sebab hingga saat ini belum ada penemuan obat ampuh yang bisa melawan virus mematikan tersebut. (Baca juga: Gawat, Peneliti Kesulitan Membuat Vaksin COVID-19 untuk Lansia )
Salah satunya adalah kolaborasi antara Universitas Oxford dan AstraZeneca. Vaksin hasil kerja sama keduanya saat ini sudah memasuki fase ketiga dan siap diuji coba. Artinya, vaksin tersebut diuji untuk mengetahui apakah bekerja terhadap tubuh manusia atau tidak.
Kendati demikian, mengutip dari Times of India, Minggu (19/7/2020), kedua lembaga yang bermarkas di Inggris itu hingga sekarang belum mengumumkan hasil pengujian fase pertama.
Dalam fase pertama, pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah vaksin aman jika diinjeksikan ke tubuh manusia. Selain itu vaksin itu akan mengaktifkan respons imun di tubuh.
Ilmuwan yang mengembangkannya mengklaim vaksin yang dilandaskan adenovirus simpanse yang disebut ChAdOx1 itu, mampu membuat tubuh menunjukkan adanya respons kekebalan.
Perusahaan kemudian ingin mempercepat pengembangan vaksin dengan target hasil fase pertama diumumkan pada akhir Juli. Diharapkan hasilnya dapat dipublikasikan di jurnal medis The Lancet.
Setidaknya ada sekitar 160 vaksin yang dikembangkan saat ini. Pada Juni lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, vaksin buatan AstraZeneca dan Oxford ini adalah kandidat terdepan dan paling maju dalam hal pengembangan.
Salah satunya adalah kolaborasi antara Universitas Oxford dan AstraZeneca. Vaksin hasil kerja sama keduanya saat ini sudah memasuki fase ketiga dan siap diuji coba. Artinya, vaksin tersebut diuji untuk mengetahui apakah bekerja terhadap tubuh manusia atau tidak.
Kendati demikian, mengutip dari Times of India, Minggu (19/7/2020), kedua lembaga yang bermarkas di Inggris itu hingga sekarang belum mengumumkan hasil pengujian fase pertama.
Dalam fase pertama, pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah vaksin aman jika diinjeksikan ke tubuh manusia. Selain itu vaksin itu akan mengaktifkan respons imun di tubuh.
Ilmuwan yang mengembangkannya mengklaim vaksin yang dilandaskan adenovirus simpanse yang disebut ChAdOx1 itu, mampu membuat tubuh menunjukkan adanya respons kekebalan.
Perusahaan kemudian ingin mempercepat pengembangan vaksin dengan target hasil fase pertama diumumkan pada akhir Juli. Diharapkan hasilnya dapat dipublikasikan di jurnal medis The Lancet.
Setidaknya ada sekitar 160 vaksin yang dikembangkan saat ini. Pada Juni lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, vaksin buatan AstraZeneca dan Oxford ini adalah kandidat terdepan dan paling maju dalam hal pengembangan.
(iqb)