Senjata Super Canggih Ini Dituding Digunakan untuk Membunuh Para Ilmuwan Iran
loading...
A
A
A
TEHERAN - Terbunuhnya para ilmuwan Iran mengundang pertayaan besar saat ini, apa alasannya dan dengan apa ilmuwan tersebut dibunuh.
Pemerintah Iran menuding Barat membunuh mereka dengan senjata berteknologi super canggih.
Perlu ditekankan bahwa klaim itu belum diverifikasi oleh siapa pun. Klaim yang dibuat tentang serangan yang dilakukan dengan menggunakan senjata canggih berteknologi tinggi itu sama mengkhawatirkannya seperti halnya distopia.
Penggunaan kecerdasan buatam dalam konflik adalah konsep yang mengkhawatirkan banyak ilmuwan selama beberapa waktu.
Pada 2015, mendiang Profesor Stephen Hawking adalah salah satu dari 1.000 ilmuwan yang menandatangani surat terbuka yang menyerukan larangan pengembangan kecerdasan buatan untuk penggunaan militer.
Analis Tom Withington, yang berspesialisasi dalam perang elektronik, mengatakan laporan itu harus diperlakukan dengan "sedikit skeptis", dan menambahkan bahwa deskripsi Iran tampaknya tidak lebih dari kumpulan "kata-kata keren" yang dirancang untuk menunjukkan bahwa hanya kekuatan besar yang mungkin melakukan misi ini.
Profesor Noel Sharkey, anggota Campaign Against Killer Robots, mengatakan konsekuensi pasukan militer yang memiliki akses ke senjata semacam itu akan memiliki "konsekuensi yang tak terbayangkan".
"Jika perangkat semacam itu bisa beroperasi sendiri, menggunakan pengenalan wajah untuk menentukan dan membunuh orang, kita akan berada di jalur menurun yang sepenuhnya akan mengganggu keamanan global," katanya seperti dilansir dari BBC.
Pemerintah Iran menuding Barat membunuh mereka dengan senjata berteknologi super canggih.
Perlu ditekankan bahwa klaim itu belum diverifikasi oleh siapa pun. Klaim yang dibuat tentang serangan yang dilakukan dengan menggunakan senjata canggih berteknologi tinggi itu sama mengkhawatirkannya seperti halnya distopia.
Penggunaan kecerdasan buatam dalam konflik adalah konsep yang mengkhawatirkan banyak ilmuwan selama beberapa waktu.
Pada 2015, mendiang Profesor Stephen Hawking adalah salah satu dari 1.000 ilmuwan yang menandatangani surat terbuka yang menyerukan larangan pengembangan kecerdasan buatan untuk penggunaan militer.
Analis Tom Withington, yang berspesialisasi dalam perang elektronik, mengatakan laporan itu harus diperlakukan dengan "sedikit skeptis", dan menambahkan bahwa deskripsi Iran tampaknya tidak lebih dari kumpulan "kata-kata keren" yang dirancang untuk menunjukkan bahwa hanya kekuatan besar yang mungkin melakukan misi ini.
Profesor Noel Sharkey, anggota Campaign Against Killer Robots, mengatakan konsekuensi pasukan militer yang memiliki akses ke senjata semacam itu akan memiliki "konsekuensi yang tak terbayangkan".
"Jika perangkat semacam itu bisa beroperasi sendiri, menggunakan pengenalan wajah untuk menentukan dan membunuh orang, kita akan berada di jalur menurun yang sepenuhnya akan mengganggu keamanan global," katanya seperti dilansir dari BBC.