Obat Baru Inhibitor SGLT2 Bantu Kurangi Angka Laporan Temuan IDF
loading...
A
A
A
LONDON - International Diabetes Federation (IDF) dalam “IDF Diabetes Atlas 2021” mengungkapkan sejumlah 537 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes pada tahun 2021, yang mengakibatkan 6,7 juta kematian.
BACA JUGA - Kemenperin Dorong Obat Tradisional Dikembangkan Jadi Obat Modern
Melihat jumlah pasien diabetes di seluruh dunia dan prevalensi diabetes pada penduduk Korea yang berusia 30 tahun atau lebih selama 20 tahun terakhir terus meningkat, membuat perusahaan farmasi asal Korea mempercepat pengembangan obat baru.
Dalam laporan yang sama “IDF Diabetes Atlas 2021”, IDF mencatatkan Indonesia sebagai salah satu dari 5 negara yang memiliki prevalensi diabetes tinggi dengan 1:9 penduduknya menderita diabetes.
Selain itu, World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 mencatat bahwa diabetes menempati urutan ketiga sebagai penyakit kronis penyebab kematian di Indonesia.
Berdasarkan fakta yang ada saat ini, pasar pengobatan diabetes di Indonesia juga diperkirakan akan
berkembang secara bertahap di masa mendatang.
Perawatan diabetes mencatat tingkat pertumbuhan tertinggi di bidang penyakit kronis dan diperkirakan akan tumbuh di masa depan. Pada tahun 2019 World Health Organization (WHO) mencatat 10 penyakit kronis menjadi penyebab kematian teratas, menyumbang 55% dari 55,4 juta kematian di seluruh dunia.
Penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, infeksi saluran pernapasan bawah menjadi penyakit paling berbahaya yang berakibat pada kematian.
Di tingkat global, 7 dari 10 penyebab utama kematian pada tahun 2019 termasuk penyakit tidak menular, salah satunya diabetes. Diabetes telah masuk dalam 10 besar penyebab kematian, menyusul kenaikan persentase yang signifikan sebesar 70% sejak tahun 2000.
Diabetes juga bertanggung jawab atas kenaikan terbesar kematian pria di antara 10 besar, dengan peningkatan
sebesar 80% sejak tahun 2000.
Permintaan akan terapi baru sangat tinggi karena jumlah pasien terus meningkat akibat obesitas dan penuaan. Diabetes dibagi menjadi tipe 1 dan tipe 2, dan diabetes tipe 2 menyumbang sekitar 90% dari total pasien.
Pasar global untuk perawatan diabetes tipe 2 diperkirakan akan tumbuh dari USD 76,7 miliar pada tahun 2021 menjadi USD 81,4 miliar pada tahun 2027.
Diantara pengobatan diabetes tipe 2, penghambat SGLT2 semakin banyak digunakan karena luas dampak
pengobatanny a yang juga baik untuk penyakit jantung atau ginjal.
Sebuah perusahaan farmasi Korea, Daewoong Pharmaceutical, telah berhasil mengembangkan dan mendapatkan lisensi produk dari Kementerian Keamanan Pangan dan Obat Korea untuk “Enavogliflozin,” Obat Baru Diabetes Pertama di Korea yang berafiliasi dengan penghambat SGLT2.
Obat ini akan dirilis pada paruh pertama tahun ini di Korea, dan saat ini Daewoong Pharmaceutical juga sedang melakukan uji klinis Enavogliflozin di Tiongkok dan Jepang. Daewoong Pharmaceutical berencana menjadikan Enavogliflozin sebagai blockbuster global dengan mengajukan permohonan izin rilis di 10 negara setiap tahun hingga mencapai 50 negara
pada 2030.
Maret lalu, Daewoong Pharmaceutical juga telah mengajukan aplikasi obat baru (NDA) untuk Enavogliflozin ke Indonesia.
Enavogliflozin memiliki mekanisme untuk menurunkan gula darah dengan menekan transporter SGLT2 secara selektif yang terlibat dalam reabsorpsi glukosa di tubulus proksimal ginjal dan mengeluarkan glukosa ke dalam urin. Uji klinis menunjukkan peningkatan dan keamanan gula darah dan hemoglobin terglikasi (HbA1C) yang unggul dibandingkan dengan obat komersial yang ada.
Enavogliflozin menunjukkan bahwa proporsi pasien yang mencapai target kontrol diabetes lebih dari 20% lebih tinggi daripada penghambat SGLT2 konvensional, oleh karena mencapai kurang dari 7% kadar hemoglobin terglikasi.
Obat ini juga mencatat penurunan kadar HbA1c sebesar 82,9% lebih dari 0,5% dibandingkan sebelum pengobatan, jauh melebihi hasil obat lain di kelas yang sama (40-60%). Selain itu, peningkatan berat badan, tekanan darah, profil
lipid, dan resistensi insulin.
Obat ini juga menunjukkan insiden yang sangat rendah dari efek samping yang berhubungan dengan infeksi jika dibandingkan dengan obat lain di kelas yang sama.
BACA JUGA - Kemenperin Dorong Obat Tradisional Dikembangkan Jadi Obat Modern
Melihat jumlah pasien diabetes di seluruh dunia dan prevalensi diabetes pada penduduk Korea yang berusia 30 tahun atau lebih selama 20 tahun terakhir terus meningkat, membuat perusahaan farmasi asal Korea mempercepat pengembangan obat baru.
Dalam laporan yang sama “IDF Diabetes Atlas 2021”, IDF mencatatkan Indonesia sebagai salah satu dari 5 negara yang memiliki prevalensi diabetes tinggi dengan 1:9 penduduknya menderita diabetes.
Selain itu, World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 mencatat bahwa diabetes menempati urutan ketiga sebagai penyakit kronis penyebab kematian di Indonesia.
Berdasarkan fakta yang ada saat ini, pasar pengobatan diabetes di Indonesia juga diperkirakan akan
berkembang secara bertahap di masa mendatang.
Perawatan diabetes mencatat tingkat pertumbuhan tertinggi di bidang penyakit kronis dan diperkirakan akan tumbuh di masa depan. Pada tahun 2019 World Health Organization (WHO) mencatat 10 penyakit kronis menjadi penyebab kematian teratas, menyumbang 55% dari 55,4 juta kematian di seluruh dunia.
Penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, infeksi saluran pernapasan bawah menjadi penyakit paling berbahaya yang berakibat pada kematian.
Di tingkat global, 7 dari 10 penyebab utama kematian pada tahun 2019 termasuk penyakit tidak menular, salah satunya diabetes. Diabetes telah masuk dalam 10 besar penyebab kematian, menyusul kenaikan persentase yang signifikan sebesar 70% sejak tahun 2000.
Diabetes juga bertanggung jawab atas kenaikan terbesar kematian pria di antara 10 besar, dengan peningkatan
sebesar 80% sejak tahun 2000.
Permintaan akan terapi baru sangat tinggi karena jumlah pasien terus meningkat akibat obesitas dan penuaan. Diabetes dibagi menjadi tipe 1 dan tipe 2, dan diabetes tipe 2 menyumbang sekitar 90% dari total pasien.
Pasar global untuk perawatan diabetes tipe 2 diperkirakan akan tumbuh dari USD 76,7 miliar pada tahun 2021 menjadi USD 81,4 miliar pada tahun 2027.
Diantara pengobatan diabetes tipe 2, penghambat SGLT2 semakin banyak digunakan karena luas dampak
pengobatanny a yang juga baik untuk penyakit jantung atau ginjal.
Sebuah perusahaan farmasi Korea, Daewoong Pharmaceutical, telah berhasil mengembangkan dan mendapatkan lisensi produk dari Kementerian Keamanan Pangan dan Obat Korea untuk “Enavogliflozin,” Obat Baru Diabetes Pertama di Korea yang berafiliasi dengan penghambat SGLT2.
Obat ini akan dirilis pada paruh pertama tahun ini di Korea, dan saat ini Daewoong Pharmaceutical juga sedang melakukan uji klinis Enavogliflozin di Tiongkok dan Jepang. Daewoong Pharmaceutical berencana menjadikan Enavogliflozin sebagai blockbuster global dengan mengajukan permohonan izin rilis di 10 negara setiap tahun hingga mencapai 50 negara
pada 2030.
Maret lalu, Daewoong Pharmaceutical juga telah mengajukan aplikasi obat baru (NDA) untuk Enavogliflozin ke Indonesia.
Enavogliflozin memiliki mekanisme untuk menurunkan gula darah dengan menekan transporter SGLT2 secara selektif yang terlibat dalam reabsorpsi glukosa di tubulus proksimal ginjal dan mengeluarkan glukosa ke dalam urin. Uji klinis menunjukkan peningkatan dan keamanan gula darah dan hemoglobin terglikasi (HbA1C) yang unggul dibandingkan dengan obat komersial yang ada.
Enavogliflozin menunjukkan bahwa proporsi pasien yang mencapai target kontrol diabetes lebih dari 20% lebih tinggi daripada penghambat SGLT2 konvensional, oleh karena mencapai kurang dari 7% kadar hemoglobin terglikasi.
Obat ini juga mencatat penurunan kadar HbA1c sebesar 82,9% lebih dari 0,5% dibandingkan sebelum pengobatan, jauh melebihi hasil obat lain di kelas yang sama (40-60%). Selain itu, peningkatan berat badan, tekanan darah, profil
lipid, dan resistensi insulin.
Obat ini juga menunjukkan insiden yang sangat rendah dari efek samping yang berhubungan dengan infeksi jika dibandingkan dengan obat lain di kelas yang sama.
(wbs)