Tak hanya Gelembung di Patahan Bumi, Tanda Kiamat Inipun Terjadi di Laut
loading...
A
A
A
LONDON - Tanda-tanda Kiamat bermunculan dari dasar laut, usai Patahan Bumi yang mengeluarkan gelembung kini suhu panas laut naik drastis dan mengancam Antartika.
Berdasarkan laporan Copernicus Marine Service baru-baru ini mencatat sejak tahun 1993 hingga 2020, suhu permukaan laut global mengalami peningkatan dengan laju sekitar 0,016°C per tahun.
Ini setara dengan peningkatan sekitar 0,43°C di seluruh dunia.
Peningkatan suhu laut tersebut dapat berdampak signifikan terhadap kehidupan dan ekosistem laut, berpotensi menyebabkan kematian bagi organisme yang tidak dapat bermigrasi ke perairan yang lebih dingin.
Edisi keenam Copernicus Ocean State Report menjelaskan bahwa selama 30 tahun terakhir, permukaan laut telah mengalami kenaikan permukaan laut global lebih dari 9 cm (3 inci) sejak tahun 1993.
Sekitar 30% dari kenaikan permukaan laut global dapat dikaitkan dengan ekspansi panas laut. Sementara 70% sisanya dapat dikaitkan dengan pencairan es di daratan, misalnya.
Copernicus Ocean State Report dikoordinasikan oleh Mercator Ocean International, entitas pelaksana Copernicus Marine Service.
Publikasi tahunan ini memberikan gambaran yang komprehensif dan mutakhir tentang keadaan saat ini, variasi, dan perubahan yang terjadi di laut regional Eropa dan lautan global selama beberapa dekade terakhir, terutama untuk tahun 2020.
Publikasi ini juga menyoroti pentingnya data laut. Pengumpulan data tentang berbagai aspek laut dapat membantu kita lebih memahami dan beradaptasi dengan tantangan perubahan laut.
Fenomena iklim El Nino telah menyebabkan suhu lautan mencapai rekor tertinggi dalam sejarah.
Gletser Thwaites, yang dikenal sebagai “Gletser Kiamat" di Antartika telah kehilangan es pada tingkat tercepatnya dalam 5.500 tahun terakhir.
Hal ini tentunya meningkatkan kekhawatiran mengenai lapisan es di masa depan, termasuk kenaikan permukaan laut akibat pencairan es yang dapat menjadi memicu Kiamat.
Para ilmuwan di seluruh dunia pun mulai khawatir, suhu air laut yang ekstrem, akan menambah pemanasan global Bumi.
Berdasarkan laporan Copernicus Marine Service baru-baru ini mencatat sejak tahun 1993 hingga 2020, suhu permukaan laut global mengalami peningkatan dengan laju sekitar 0,016°C per tahun.
Ini setara dengan peningkatan sekitar 0,43°C di seluruh dunia.
Peningkatan suhu laut tersebut dapat berdampak signifikan terhadap kehidupan dan ekosistem laut, berpotensi menyebabkan kematian bagi organisme yang tidak dapat bermigrasi ke perairan yang lebih dingin.
Edisi keenam Copernicus Ocean State Report menjelaskan bahwa selama 30 tahun terakhir, permukaan laut telah mengalami kenaikan permukaan laut global lebih dari 9 cm (3 inci) sejak tahun 1993.
Sekitar 30% dari kenaikan permukaan laut global dapat dikaitkan dengan ekspansi panas laut. Sementara 70% sisanya dapat dikaitkan dengan pencairan es di daratan, misalnya.
Copernicus Ocean State Report dikoordinasikan oleh Mercator Ocean International, entitas pelaksana Copernicus Marine Service.
Publikasi tahunan ini memberikan gambaran yang komprehensif dan mutakhir tentang keadaan saat ini, variasi, dan perubahan yang terjadi di laut regional Eropa dan lautan global selama beberapa dekade terakhir, terutama untuk tahun 2020.
Publikasi ini juga menyoroti pentingnya data laut. Pengumpulan data tentang berbagai aspek laut dapat membantu kita lebih memahami dan beradaptasi dengan tantangan perubahan laut.
Fenomena iklim El Nino telah menyebabkan suhu lautan mencapai rekor tertinggi dalam sejarah.
Gletser Thwaites, yang dikenal sebagai “Gletser Kiamat" di Antartika telah kehilangan es pada tingkat tercepatnya dalam 5.500 tahun terakhir.
Hal ini tentunya meningkatkan kekhawatiran mengenai lapisan es di masa depan, termasuk kenaikan permukaan laut akibat pencairan es yang dapat menjadi memicu Kiamat.
Para ilmuwan di seluruh dunia pun mulai khawatir, suhu air laut yang ekstrem, akan menambah pemanasan global Bumi.
(wbs)