Ungkap Ular Naga Nabau Kalimantan, Arkeolog Teliti Fosil Najash
loading...
A
A
A
LIMA - Mahkluk mitologi ular Naga Nabau hingga kini masih menjadi misteri. Mahkluk diduga memiliki bentuk tubuh sangat besar dan Suku Dayak mengangap ular tersebut Naga penunggu Hutan Kalimatan.
Dan akhirnya, arkeolog berhasil menguaknya dari sebuah fosil istimewa yang digali dapat menunjukkan pandangan luar biasa akan evolusi sekelompok organisme.
Kali ini, fosil yang digali merupakan tulang tengkorak seekor ular purba yang memiliki tungkai belakang mirip kaki, Najash rionegrina dan dipublikasikan dalam jurnal Science Advances Sabtu (27/5/2023).
Fosil ini dan beberapa fosil lainnya membantu menjawab pertanyaan selama ini mengenai asal usul ular, seperti bagaimana mereka kehilangan anggota tubuh, terutama kaki, dan berevolusi memiliki tulang tengkorak yang sangat khusus.
Najash rionegrina diberi nama sesuai ular berkaki dalam Alkitab, yakni Nahash, yang berarti ular dalam bahasa Ibrani, sedangkan rionegrina diambil dari nama tempat fosil ini ditemukan, yaitu Provinsi Rio Negro di Argentina.
Fosil Najash diperkirakan berumur 95 juta tahun dan pertama kali dijelaskan dalam Nature sebagai tengkorak fragmentaris atau terpisah-pisah dan berupa kerangka tubuh parsial yang melindungi tungkai belakang dengan kuat..
Namun di bulan Februari 2013 ketika Fernando Garberoglio, seorang sarjana palaentologi dari Universidad de Buenos Aires, pergi dalam penjelajahan pertamanya mengunjungi La Buitrera Area di utara Patagonia, Argentina.
Bersama dengan dia, ikut pula dua palaeontolog lainnya: Sebasitian Apesteguia dari Universidad Maimoniedes dan Guillermo Rougier dari University of Lousville. meminta untuk memeriksa fosil itu dan mendapati bahwa Garberoglio benar-benar menemukan tengkorak ular.
Yang mengejutkannya, tengkorak itu hampir sempurna, berumur 95 juta tahun dan berbentuk 3 dimensi seperti tengkorak yang diawetkan.
Fosil ular bertungkai belakang ini mengundang sejumlah ketertarikan media karena mengikuti laporan sebelumnya mengenai fosil ular laut dengan tungkai belakang.
Fosil Najash sangatlah unik karena ini bukan seekor ular laut, melainkan ular darat yang hidup di gurun. Ditambah dengan keadaan fosil ini yang ditemukan tidak dalam keadaan tertekan oleh beratnya sedimen tanah di atasnya, sehingga mereka terlindung dan mempertahankan bentuk tiga dimensi, tidak seperti fosil ular laut yang ditemukan sebelumnya.
Sayangnya, deskripsi awal Najash didasarkan pada tengkorak yang terpisah-pisah. Para ahli evolusi ular harus menebak-nebak seperti apa bentuk kepala hewan purba ini.
Tengkorak fosil Najash yang baru akan sangat memberikan informasi dalam mempelajari pola evolusi tengkorak ular.
Terhitung sudah 13 tahun sejak Najash diberi nama dan 7 tahun sejak penemuan Fernando, tapi baru hari ini perburuan panjang itu memperoleh hasil
Dan akhirnya, arkeolog berhasil menguaknya dari sebuah fosil istimewa yang digali dapat menunjukkan pandangan luar biasa akan evolusi sekelompok organisme.
Kali ini, fosil yang digali merupakan tulang tengkorak seekor ular purba yang memiliki tungkai belakang mirip kaki, Najash rionegrina dan dipublikasikan dalam jurnal Science Advances Sabtu (27/5/2023).
Fosil ini dan beberapa fosil lainnya membantu menjawab pertanyaan selama ini mengenai asal usul ular, seperti bagaimana mereka kehilangan anggota tubuh, terutama kaki, dan berevolusi memiliki tulang tengkorak yang sangat khusus.
Najash rionegrina diberi nama sesuai ular berkaki dalam Alkitab, yakni Nahash, yang berarti ular dalam bahasa Ibrani, sedangkan rionegrina diambil dari nama tempat fosil ini ditemukan, yaitu Provinsi Rio Negro di Argentina.
Fosil Najash diperkirakan berumur 95 juta tahun dan pertama kali dijelaskan dalam Nature sebagai tengkorak fragmentaris atau terpisah-pisah dan berupa kerangka tubuh parsial yang melindungi tungkai belakang dengan kuat..
Namun di bulan Februari 2013 ketika Fernando Garberoglio, seorang sarjana palaentologi dari Universidad de Buenos Aires, pergi dalam penjelajahan pertamanya mengunjungi La Buitrera Area di utara Patagonia, Argentina.
Bersama dengan dia, ikut pula dua palaeontolog lainnya: Sebasitian Apesteguia dari Universidad Maimoniedes dan Guillermo Rougier dari University of Lousville. meminta untuk memeriksa fosil itu dan mendapati bahwa Garberoglio benar-benar menemukan tengkorak ular.
Yang mengejutkannya, tengkorak itu hampir sempurna, berumur 95 juta tahun dan berbentuk 3 dimensi seperti tengkorak yang diawetkan.
Fosil ular bertungkai belakang ini mengundang sejumlah ketertarikan media karena mengikuti laporan sebelumnya mengenai fosil ular laut dengan tungkai belakang.
Fosil Najash sangatlah unik karena ini bukan seekor ular laut, melainkan ular darat yang hidup di gurun. Ditambah dengan keadaan fosil ini yang ditemukan tidak dalam keadaan tertekan oleh beratnya sedimen tanah di atasnya, sehingga mereka terlindung dan mempertahankan bentuk tiga dimensi, tidak seperti fosil ular laut yang ditemukan sebelumnya.
Sayangnya, deskripsi awal Najash didasarkan pada tengkorak yang terpisah-pisah. Para ahli evolusi ular harus menebak-nebak seperti apa bentuk kepala hewan purba ini.
Tengkorak fosil Najash yang baru akan sangat memberikan informasi dalam mempelajari pola evolusi tengkorak ular.
Terhitung sudah 13 tahun sejak Najash diberi nama dan 7 tahun sejak penemuan Fernando, tapi baru hari ini perburuan panjang itu memperoleh hasil
(wbs)