Ratusan Orang Tewas di India karena Gelombang Panas, Begini Situasinya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gelombang panas yang menghantam berbagai negara termasuk India menyebabkan banyak orang terdampak. Diketahui hampir 170 korban meninggal dunia di sana.
Menurut laporan berita lokal dan pejabat kesehatan pada negara bagian utara Uttar Pradesh sebanyak 119 orang meninggal, karena penyakit terkait panas tinggi selama beberapa hari terakhir. Sementara negara bagian Bihar yang bertetangga, melaporkan 47 kematian.
Kondisi para tenaga kesehatan atau medis dikatakan sibuk, menurut supir mobil Jenazah hingga tak punya waktu istirahat. "Begitu banyak orang sekarat karena kepanasan sehingga kami tidak punya waktu semenit pun untuk beristirahat. Pada hari Minggu, saya membawa 26 mayat,” kata Jitendra Kumar Yadav, seorang pengemudi mobil jenazah di kota Deoria, dilansir dari abc4, Selasa (20/6/2023)
Sehubungan dengan kondisi ini, pada hari Minggu, menteri kesehatan negara bagian, Brajesh Pathak, mengatakan tim beranggotakan dua orang akan menyelidiki apa penyebab banyak kematian, dan menyelidiki berapa banyak dari mereka yang terdampak langsung dengan panas.
Sementara wilayah utara India terkenal dengan panas terik selama bulan-bulan musim panas, yang mana suhunya konsisten di atas normal, menurut Departemen Meteorologi India. Dengan suhu tertinggi mencapai 43,5 derajat Celcius (110 derajat Fahrenheit).
Gelombang panas dinyatakan di India jika suhu setidaknya 4,5 C di atas normal, atau jika suhu di atas 45 C (113 F). Kondisi ini sudah pernah disampaikan oleh ilmuwan.
"Kami telah mengeluarkan peringatan gelombang panas selama beberapa hari terakhir,” kata Atul Kumar Singh, seorang ilmuwan di IMD
Kondisi ini dikatakan semakin parah karena adanya pemadaman listrik, yang konsisten di seluruh wilayah, membuat orang tidak memiliki aliran air, kipas angin, atau AC.
Kemudian, untuk kondisi Rumah Sakit di sana, dijelaskan dr. Aditya Singh, seorang petugas medis darurat kalau dalam rumah sakit distrik Ballia, pemandangan kacau.
Situasinya mengingatkan pada pandemi virus corona, dengan keluarga dan dokter berebut karena banyak pasien membutuhkan perhatian segera.
Bahkan kondisi, di Koridor berbau pesing, sampah dan limbah medis, dan dinding rumah sakit ternoda sama ludah daun sirih. "Semua staf kami telah berada di sini selama tiga hari berturut-turut dan terlalu banyak bekerja,” kata dr. Singh
Menurut laporan berita lokal dan pejabat kesehatan pada negara bagian utara Uttar Pradesh sebanyak 119 orang meninggal, karena penyakit terkait panas tinggi selama beberapa hari terakhir. Sementara negara bagian Bihar yang bertetangga, melaporkan 47 kematian.
Kondisi para tenaga kesehatan atau medis dikatakan sibuk, menurut supir mobil Jenazah hingga tak punya waktu istirahat. "Begitu banyak orang sekarat karena kepanasan sehingga kami tidak punya waktu semenit pun untuk beristirahat. Pada hari Minggu, saya membawa 26 mayat,” kata Jitendra Kumar Yadav, seorang pengemudi mobil jenazah di kota Deoria, dilansir dari abc4, Selasa (20/6/2023)
Sehubungan dengan kondisi ini, pada hari Minggu, menteri kesehatan negara bagian, Brajesh Pathak, mengatakan tim beranggotakan dua orang akan menyelidiki apa penyebab banyak kematian, dan menyelidiki berapa banyak dari mereka yang terdampak langsung dengan panas.
Sementara wilayah utara India terkenal dengan panas terik selama bulan-bulan musim panas, yang mana suhunya konsisten di atas normal, menurut Departemen Meteorologi India. Dengan suhu tertinggi mencapai 43,5 derajat Celcius (110 derajat Fahrenheit).
Gelombang panas dinyatakan di India jika suhu setidaknya 4,5 C di atas normal, atau jika suhu di atas 45 C (113 F). Kondisi ini sudah pernah disampaikan oleh ilmuwan.
"Kami telah mengeluarkan peringatan gelombang panas selama beberapa hari terakhir,” kata Atul Kumar Singh, seorang ilmuwan di IMD
Kondisi ini dikatakan semakin parah karena adanya pemadaman listrik, yang konsisten di seluruh wilayah, membuat orang tidak memiliki aliran air, kipas angin, atau AC.
Kemudian, untuk kondisi Rumah Sakit di sana, dijelaskan dr. Aditya Singh, seorang petugas medis darurat kalau dalam rumah sakit distrik Ballia, pemandangan kacau.
Situasinya mengingatkan pada pandemi virus corona, dengan keluarga dan dokter berebut karena banyak pasien membutuhkan perhatian segera.
Bahkan kondisi, di Koridor berbau pesing, sampah dan limbah medis, dan dinding rumah sakit ternoda sama ludah daun sirih. "Semua staf kami telah berada di sini selama tiga hari berturut-turut dan terlalu banyak bekerja,” kata dr. Singh
(nag)