India Produksi Vaksin COVID-19 di Bulan Agustus, Harganya di Bawah Rp200.000
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Institut Serum India telah meminta persetujuan dari Pengawas Obat-obatan Umum India (DGCI) untuk memulai uji coba fase II dan III dari vaksin COVID-19, yang dikembangkan oleh University of Oxford, di India. (Baca juga: Singapura Siap Uji Coba Vaksin COVID-19 Pada Manusia Pekan Ini )
Dikenal sebagai AZD1222, kandidat vaksin telah dibuat oleh Jenner Institute, bagian dari Departemen Kedokteran Nuffield di Universitas Oxford. Formulasi ini didukung oleh AstraZeneca PLC, sebuah perusahaan farmasi Inggris-Swedia. AstraZeneca telah bekerja sama dengan Serum Institute of India untuk memproduksi vaksin potensial.
Menurut laporan oleh kantor berita Press Trust of India (PTI), perusahaan obat yang dipimpin Adar Poonawalla mengajukan permohonannya ke DCGI pada Jumat lalu untuk meminta izin melakukan uji coba terhadap calon vaksin. Perusahaan akan meluncurkan vaksin dengan merek Covishield jika uji coba berhasil.
Sekitar 1.600 peserta tes vaksin akan mengambil bagian dalam percobaan manusia fase II kandidat vaksin COVID-19. Pengujian akan dimulai bulan depan (Agustus 2020). "Menurut aplikasi, itu akan melakukan penelitian buta-pengamat, acak terkontrol untuk menentukan keamanan dan imunogenisitas 'Covishield' pada orang dewasa India yang sehat," menurut PTI dikutip dari situs Livemint.
Kandidat vaksin aman dan memicu respons imun protektif, menurut sebuah laporan di The Lancet. "Pada akhir tahun ini, kita harus dapat menghasilkan 3 hingga 4 juta dosis pada akhir Desember. Itulah targetnya dan saya harap kita dapat melakukannya," kata Poonawalla sebelumnya.
Serum Institute akan memproduksi hingga 70 juta dosis vaksin per bulan hingga Oktober. Mereka juga berencana menggunakannya hingga 100 juta per bulan pada bulan Desember.
Ditanya tentang harga vaksin COVID-19 Oxfords di India, Poonawalla menjawab, "Masih terlalu dini untuk mengomentari harga vaksin. Namun, kami akan menyimpannya di bawah Rp200.000 per dosis."
Dia menambahkan, sangat mungkin vaksin COVID-19 akan membutuhkan dua atau lebih dosis, seperti dalam kasus penangkal campak dan penyakit lainnya. "Saya tidak berpikir warga negara India atau negara lain mana pun harus membayarnya karena akan dibeli oleh pemerintah dan dibagikan secara gratis," kata Poonawalla seraya berharap vaksin mencapai rakyat India dalam jumlah besar pada kuartal pertama 2021. (Baca juga: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Tembus Angka 100.303 )
Dikenal sebagai AZD1222, kandidat vaksin telah dibuat oleh Jenner Institute, bagian dari Departemen Kedokteran Nuffield di Universitas Oxford. Formulasi ini didukung oleh AstraZeneca PLC, sebuah perusahaan farmasi Inggris-Swedia. AstraZeneca telah bekerja sama dengan Serum Institute of India untuk memproduksi vaksin potensial.
Menurut laporan oleh kantor berita Press Trust of India (PTI), perusahaan obat yang dipimpin Adar Poonawalla mengajukan permohonannya ke DCGI pada Jumat lalu untuk meminta izin melakukan uji coba terhadap calon vaksin. Perusahaan akan meluncurkan vaksin dengan merek Covishield jika uji coba berhasil.
Sekitar 1.600 peserta tes vaksin akan mengambil bagian dalam percobaan manusia fase II kandidat vaksin COVID-19. Pengujian akan dimulai bulan depan (Agustus 2020). "Menurut aplikasi, itu akan melakukan penelitian buta-pengamat, acak terkontrol untuk menentukan keamanan dan imunogenisitas 'Covishield' pada orang dewasa India yang sehat," menurut PTI dikutip dari situs Livemint.
Kandidat vaksin aman dan memicu respons imun protektif, menurut sebuah laporan di The Lancet. "Pada akhir tahun ini, kita harus dapat menghasilkan 3 hingga 4 juta dosis pada akhir Desember. Itulah targetnya dan saya harap kita dapat melakukannya," kata Poonawalla sebelumnya.
Serum Institute akan memproduksi hingga 70 juta dosis vaksin per bulan hingga Oktober. Mereka juga berencana menggunakannya hingga 100 juta per bulan pada bulan Desember.
Ditanya tentang harga vaksin COVID-19 Oxfords di India, Poonawalla menjawab, "Masih terlalu dini untuk mengomentari harga vaksin. Namun, kami akan menyimpannya di bawah Rp200.000 per dosis."
Dia menambahkan, sangat mungkin vaksin COVID-19 akan membutuhkan dua atau lebih dosis, seperti dalam kasus penangkal campak dan penyakit lainnya. "Saya tidak berpikir warga negara India atau negara lain mana pun harus membayarnya karena akan dibeli oleh pemerintah dan dibagikan secara gratis," kata Poonawalla seraya berharap vaksin mencapai rakyat India dalam jumlah besar pada kuartal pertama 2021. (Baca juga: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Tembus Angka 100.303 )
(iqb)